Tulang Belakang Ideal Remaja Aktif

Selasa, 05 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Menyebabkan rasa nyeri hingga penurunan fungsi organ-organ penting, kasus skoliosis justru banyak ditemukan pada usia anak dan remaja

Tulang Belakang Ideal Remaja Aktif

Seperti halnya organ-organ tubuh lainnya, tulang memerlukan perhatian khusus agar kondisinya tetap prima. Untuk tulang belakang, skoliosis menjadi salah satu permasalahan yang kerap terjadi.


Skoliosis merupakan kelainan pada muskuloskeletal (tulang, sendi, otot) karena terjadinya pergeseran curvacture dari tulang belakang.


Pergeseran ini menumbulkan kemiringan vertebrae (tulang yang membentuk tulang belakang, sehingga membuat bahu, pinggang, dan panggul bagian kanan dan kiri tidak sama tinggi – bahkan terkadang membuat kaki penderita tidak sama panjang.


Pada kasus dengan sudut kemiringan yang tinggi, skoliosis dapat membuat organ penting seperti jantung dan paru tidak dapat bekerja dengan sempurna – pada tingkat keparahan tertentu akhirnya dapat menyebabkan kematian.


Pada kasus dengan derajat kemiringan yang rendah atau sedang, skoliosis dapat menyebabkan rasa nyeri. 


Secara umum, kondisi ini dapat dialami oleh siapapun. Skoliosis tidak mengenal usia. Tetapi dari data yang ada, kasus skoliosis paling tinggi dialami oleh anak dan remaja – mencapai 90 persen dari seluruh kasus skoliosis.


Jika tidak cepat ditangani dengan baik, remaja yang menderita skoliosis setidaknya akan terganggu aktivitasnya padahal masa remaja biasanya merupakan masa yang paling aktif. 


Sampai saat ini, penyebab terjadinya skoliosis tidak diketahui secara pasti (idiopatik). Karenanya, skoliosis pada remaja disebut adolescent idiopathic scoliosis. Walau begitu, terdapat kemungkinan skoliosis diturunkan secara genetik.


Karena belum diketahui penyebab terjadinya, melakukan pemeriksaan merupakan usaha terbaik agar terhindar.


Pemeriksaan dalam Diagnosa Skoliosis

Terdapat serangkaian pemeriksaan yang perlu dilakukan dalam diagnosa skoliosis:


1. Riwayat Kesehatan

Adanya riwayat yang diketahui dari pasien maupun keluarga pasien, termasuk riwayat kesehatan yang mungkin berhubungan seperti trauma atau kelainan lahir.


2. Pemeriksaan Fisik

Penderita skoliosis akan menampakkan kelainan pada punggung, dada, panggul, kaki, telapak kaki, bahu, dan lain-lain. Adanya tonjolan dari iga di bagian belakang akan sangat membantu dalam diagnosa.


3. Radiologis

Hasil X-ray tulang belakang akan mengonfirmasi adanya skoliosis. Dokter akan mengukur sudut kemiringan serta mengelompokkan skoliosis berdasarkan lokasi, bentuk, pola, dan penyebab.


4. Lokasi

Puncak kemiringan (apex) ditentukan dari pengukuran thoracal,lumbal, atau thorakolumbal.


5. Bentuk

Skoliosis dapat berbentuk (shape) S dan C.


6. Pola

Semakin tinggi sudut kemiringan, semakin besar kecenderungan sudut kemiringan bertambah dengan cepat.


Tingginya angka kasus skoliosis pada usia sekolah membuat program pemeriksaan skoliosis penting dilakukan. Jika program ini berjalan dengan baik, penderita skoliosis usia sekolah dapat diketahui sejak fase dini dan dapat ditangani tanpa tindakan.


Kalaupun ditemukan pada fase yang lebih lanjut, penderita skoliosis dapat langsung dirujuk ke dokter spesialis bedah ortopedi dan traumatologi konsultan tulang belakang.


Penanganan skoliosis sangat bergantung pada usia, derajat, dan pola sudut kemiringan. Karenanya, masing masing pasien akan mendapat penanganan yang berbeda.


Terdapat beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani skoliosis, mulai dari observasi, pemakaian bracing, sampai operasi. Selain itu, juga dikenal berbagai tindakan lain seperti manipulasi, electrical stimulation, dan dietary supplements untuk menangani skoliosis.


Hanya saja, berdasarkan penelitian, cara-cara tersebut tidak mencegah pertambahan sudut kemiringan atau mencegah perburukan. Sementara, exercise tetap dianjurkan bagi penderita skoliosis.


Meski belum terbukti efektif mempengaruhi perjalanan skoliosis secara natural, exercise dapat mencegah penurunan kemampuan fungsional dan menjaga kebugaran tubuh.