Oleh Tim RS Pondok Indah
Meskipun sama-sama menyebabkan penurunan kemampuan penglihatan, glaukoma dan katarak adalah dua kondisi yang berbeda. Ketahui perbedaan glaukoma dan katarak di sini!
Meski banyak yang mengira glaukoma dan katarak adalah dua gangguan penglihatan yang sama, keduanya sangat berbeda, terutama pada bagian mata yang terdampak. Jika pada glaukoma permasalahan terjadi pada saraf optik, katarak merupakan gangguan penglihatan akibat adanya masalah pada lensa mata.
Glaukoma dan katarak merupakan penyebab kebutaan terbesar di Indonesia. Dari 8 juta kasus gangguan penglihatan, sebanyak 81% di antaranya adalah katarak. Sementara itu, sekitar 4–5 orang per 1.000 penduduk diketahui menderita glaukoma.
Kedua kondisi ini perlu mendapatkan penanganan yang tepat agar dapat disembuhkan, atau setidaknya memperlambat perkembangan penyakit, sehingga risiko terjadinya kebutaan bisa diminimalkan. Oleh karena itu, Anda perlu mengenali lebih jauh mengenai perbedaan katarak dan glaukoma, mulai dari penyebabnya serta gejala yang mudah dikenali.
Untuk mengenali perbedaan glaukoma dan katarak, ada baiknya Anda mengetahui informasi dasar tentang kedua penyakit mata ini:
Glaukoma merujuk pada gangguan penglihatan yang terjadi akibat masalah pada saraf optik mata yang membuat penglihatan menyempit. Kondisi ini terjadi akibat adanya penumpukan cairan dalam bola mata yang meningkatkan tekanan dalam bola mata. Glaukoma sering kali tidak menunjukkan gejala di awal, tetapi jika sudah parah, gangguan mata ini membuat penderitanya merasakan nyeri pada mata dan mata merah.
Katarak adalah gangguan pada lensa mata yang dapat menyebabkan penurunan penglihatan, melihat cincin berwarna saat melihat lampu, bahkan kehilangan penglihatan. Lensa di dalam mata yang seharusnya berwarna bening berubah menjadi keruh saat mengalami katarak. Akibatnya, penglihatan dapat buram karena cahaya tidak bisa masuk ke dalam retina. Kondisi ini bisa dikenali dari tampilan pupil yang tampak seperti berkabut.
Baca juga: Mengenal 4 Jenis Komplikasi Diabetes pada Mata, Waspadalah!
Anda bisa mengenal perbedaan katarak dan glaukoma dari beberapa aspek berikut ini:
Penderita katarak umumnya merasakan gejala penglihatan kabur seperti berkabut yang disertai dengan kekeruhan lensa dalam mata. Selain itu, mata penderita katarak juga menjadi sangat sensitif terhadap cahaya (mengeluhkan silau atau terdapat lingkaran saat melihat lampu), mengalami kesulitan melihat di malam hari (membutuhkan cahaya terang untuk beraktivitas), atau mengalami penglihatan ganda pada satu mata.
Sementara pada glaukoma, gejalanya bisa berupa penyempitan bidang pandang sehingga tidak bisa melihat sama sekali. Penderita glaukoma juga banyak yang merasakan nyeri mata yang parah dan disertai mata merah, sakit kepala parah, serta pandangan kabur secara mendadak.
Penyebab utama katarak adalah kerusakan protein di lensa mata. Protein yang rusak ini menumpuk sehingga membuat lensa jadi keruh.
Sementara pada glaukoma, penumpukan tekanan intraokular, atau cairan dalam bola mata, yang merusak saraf optik mata. Hal ini terjadi karena saluran untuk mengeluarkan aqueous humor (cairan bening di mata) tersumbat, sehingga cairan menumpuk dan meningkatkan tekanan pada mata bagian dalam.
Baca juga: Bahaya Sinar UV bagi Mata dan Cara Mencegahnya
Faktor risiko katarak dan glaukoma memiliki beberapa kemiripan, di antaranya:
Perbedaannya, katarak lebih berisiko terjadi pada orang yang terpapar sinar UV berlebih, pernah menjalani operasi mata, kecanduan minuman beralkohol, atau memiliki kebiasaan merokok.
Sementara risiko terjadinya glaukoma lebih tinggi pada orang yang memiliki riwayat keluarga dengan glaukoma, mengalami rabun jauh maupun rabun dekat yang parah, serta mengalami kondisi tertentu, seperti kornea tipis.
Perkembangan penyakit menjadikan perbedaan glaukoma dan katarak begitu signifikan. Pada umumnya, perkembangan penyakit katarak terjadi secara bertahap, mulai dari penglihatan buram hingga akhirnya terjadi kebutaan seiring dengan makin keruhnya lensa mata, jika tidak ditangani dengan tepat.
Namun, lain cerita dengan glaukoma yang kebanyakan terjadi secara mendadak. Meskipun ada juga beberapa kasus yang mengalami perburukan gejala secara bertahap.
Baca juga: Ketahui Degenerasi Makula, Gangguan Penglihatan yang Dapat Terjadi pada Orang Tua
Katarak bisa disembuhkan lewat operasi penggantian lensa mata yang keruh dengan lensa buatan. Sementara glaukoma tidak bisa disembuhkan dan hanya bisa dihambat perkembangannya agar tidak sampai menimbulkan kebutaan.
Dalam menegakkan diagnosis katarak, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan mata, termasuk tes tajam penglihatan, pemeriksaan struktur mata, pemeriksaan retina, dan tes tekanan intraokular (dengan alat tonometri).
Sementara itu, diagnosis glaukoma dilakukan dengan tonometri, pemeriksaan lapang pandang, pachymetry, dan gonioskopi. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan lanjutan dengan USG mata, CT scan, atau MRI.
Pada penyakit katarak, penanganannya berupa operasi penggantian lensa mata dengan lensa intraokular. Setelah operasi, pasien bisa melihat kembali dengan normal tanpa bantuan kaca mata atau lensa kontak.
Sementara pada glaukoma, penanganan bisa dilakukan dengan pemberian obat tetes mata untuk menurunkan tekanan intraokular, obat oral untuk mengeluarkan cairan dalam bola mata, terapi laser, hingga operasi.
Demikianlah beberapa aspek perbedaan antara katarak dan glaukoma. Meskipun umum dialami oleh orang yang berusia lanjut, kedua gangguan pada mata ini tidaklah sama.
Namun, satu hal yang pasti, katarak dan glaukoma sama-sama dapat menyebabkan kehilangan penglihatan dan penurunan kualitas hidup secara signifikan, bila tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
Pada kasus glaukoma, penanganan dini bisa menghambat perkembangan penyakit sehingga risiko kebutaan bisa berkurang. Sementara pada katarak, operasi yang cepat dilakukan dapat mengatasi gangguan penglihatan sehingga Anda bisa kembali melihat dengan jelas.
Jadi, jangan tunda pemeriksaan dengan dokter spesialis mata di RS Pondok Indah cabang terdekat apabila Anda atau keluarga mengalami keluhan yang mengarah pada katarak atau glaukoma. Pemeriksaan rutin 1-2 tahun sekali juga bisa menjadi upaya untuk skrining dan menanggulangi masalah kesehatan mata yang mungkin dialami dengan lebih cepat.
Baca juga: Katarak: Berbahayakah dan Bagaimana Penanganannya?
Katarak sendiri biasanya tidak secara langsung menyebabkan glaukoma. Namun, dalam beberapa kasus, katarak yang sudah parah bisa meningkatkan risiko terjadinya glaukoma sekunder.
Glaukoma sendiri tidak langsung menyebabkan katarak. Namun, beberapa pengobatan glaukoma, baik penggunaan obat-obatan tertentu maupun operasi, dapat meningkatkan risiko atau bahkan, mempercepat terjadinya katarak.
Selain itu, proses degeneratif pada mata yang terjadi seiring bertambahnya usia bisa meningkatkan kemungkinan kedua kondisi ini muncul bersamaan. Jadi, meski glaukoma tidak secara langsung menyebabkan katarak, pengobatan dan faktor risiko terkait bisa meningkatkan peluang terjadinya katarak.
Seseorang bisa mengalami glaukoma dan katarak secara bersamaan. Kedua kondisi ini paling umum terjadi akibat proses degeneratif yang terjadi pada usia lanjut. Selain itu, beberapa faktor risiko katarak dan glaukoma pun bisa beririsan, sehingga keduanya mungkin terjadi secara bersamaan.
Glaukoma dan katarak bisa dibedakan dari gejala yang dialami. Gejala katarak biasanya terjadi secara bertahap. Kondisi ini menyebabkan penurunan penglihatan secara bertahap, penderita perlu menggunakan cahaya lebih terang untuk melihat, ukuran lensa kacamata yang sering berubah, pandangan berkabut, dan pupil mata berwarna putih atau abu-abu.
Di sisi lain, gejala glaukoma seringkali terjadi mendadak, yakni nyeri mata yang parah dan disertai mata merah, sakit kepala parah,mual, dan ingin muntah.
Namun, untuk membedakan kedua kondisi ini dengan lebih jelas, Anda memerlukan diagnosis dari dokter spesialis mata.
Tanpa pengobatan, glaukoma dapat menyebabkan kerusakan permanen pada saraf optik dan menimbulkan kebutaan dalam beberapa tahun. Kecepatan kerusakan tergantung pada tingkat tekanan intraokular dan pengobatan yang dijalani.
Referensi: