Meski sama-sama menyebabkan penurunan fungsi kognitif, perbedaan Alzheimer dan demensia tetap terlihat dari gejala hingga cara penanganannya. Pahami lebih lanjut di sini.
Penyakit Alzheimer dan demensia merupakan dua kondisi medis yang menyebabkan gangguan fungsi kognitif. Meskipun keduanya memiliki gejala yang mirip, demensia dan Alzheimer bukanlah kondisi yang sama.
Sebenarnya, demensia bukanlah penyakit tunggal, melainkan istilah umum untuk menggambarkan kumpulan gejala penurunan fungsi kognitif, seperti pikun, kesulitan berpikir, dan perubahan perilaku. Sementar, penyakit Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang paling umum terjadi, sekaligus merupakan terbesar kasus demensia.
Memahami perbedaan Alzheimer dan demensia penting agar diagnosis bisa ditegakkan dengan tepat, sehingga penanganan yang diberikan bisa lebih efektif. Dengan demikian, kualitas hidup penderitanya tetap terjaga.
Sebelum mengetahui lebih jauh perbedaan alzheimer dan demensia, Anda perlu memahami terlebih dahulu informasi singkat terkait kedua kondisi ini.
Penyakit Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif yang menyerang fungsi otak. Seiring berjalannya waktu, penyakit Alzheimer menyebabkan kerusakan permanen pada sel-sel otak, mengakibatkan penurunan fungsi kognitif secara bertahap. Kondisi ini mengakibatkan daya ingat, kemampuan berpikir, dan perilaku mengalami gangguan. Penyakit Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling umum dan sering dialami oleh lansia.
Demensia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekumpulan gejala yang memengaruhi daya ingat, berpikir, dan kemampuan bersosialisasi. Selain disebabkan oleh penyakit Alzheimer, ada beberapa gangguan kesehatan lain yang menyebabkan demensia, termasuk penyakit Parkinson dan cedera kepala.
Baca juga: Berbagai Perbedaan Alzheimer dan Parkinson yang Perlu Anda Tahu
Berikut ini adalah beberapa perbedaan Alzheimer dan demensia yang perlu Anda kenali:
Gejala demensia secara umum meliputi penurunan daya ingat, kesulitan berkomunikasi dan konsentrasi, serta kesulitan dalam melakukan tugas yang dilakukan sehari-hari. Meskipun demikian, gejala spesifik dan kecepatan perkembangannya dapat berbeda-beda tergantung pada penyebab demensia tersebut.
Di sisi lain, gejala Alzheimer yang paling sering muncul adalah kesulitan mengingat informasi yang baru saja didapatkan. Seiring waktu, gangguan kognitif tersebut semakin memburuk dan disertai dengan kesulitan berbicara, perubahan suasana hati dan perilaku, kehilangan memori, hingga penderitanya sulit menjalani aktivitas sehari-hari.
Penyakit Alzheimer disebabkan oleh penumpukan protein abnormal di otak yang akhirnya membentuk plak. Penumpukan plak ini lama-kelamaan akan menyebabkan penurunan kemampuan komunikasi antar sel otak, bahkan memicu kematian sel secara bertahap
Sementara itu, demensia bisa disebabkan oleh berbagai kondisi yang berbeda. Selain penyakit Alzheimer, beberapa penyebab umum meliputi:
Baca juga: Apa yang Dapat Kita Lakukan untuk Mencegah Alzheimer pada Lansia?
Penyakit Alzheimer bersifat progresif dan tidak bisa dicegah atau disembuhkan. Penyakit ini umumnya berkembang secara perlahan, dimulai dari tahap ringan hingga akhirnya menjadi parah seiring berjalannya waktu.
Lain hal dengan demensia, perkembangan penyakitnya tergantung pada jenis dan penyebabnya. Misalnya, demensia akibat stroke (vascular dementia) bisa berkembang secara tiba-tiba dan memburuk seiring bertambahnya kerusakan pembuluh darah di otak.
Perbedaan Alzheimer dan demensia juga tampak pada aspek pengobatannya. Bila penyakit Alzheimer belum ada pengobatan untuk menyembuhkan, pengobatan demensia lebih berfokus pada penanganan penyebab yang mendasari. Misalnya, kontrol tekanan darah pada demensia vaskular.
Meski penyakit Alzheimer belum bisa disembuhkan, perersepan obat-obatan, seperti cholinesterase inhibitors (donepezil) dan memantine, dapat membantu memperlambat perkembangan gejala. Selain itu, dukungan terapi kognitif dan lingkungan yang aman, termasuk dukungan keluarga, turut berperan dalam menjaga kualitas hidup pasien.
Itulah perbedaan Alzheimer dan demensia yang perlu Anda pahami. Deteksi dini dan penanganan yang tepat dapat membantu memperlambat progresi penyakit demensia maupun Alzheimer, serta meningkatkan kualitas hidup penderitanya.
Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala gangguan memori atau perubahan perilaku, segera konsultasikan dengan dokter spesialis saraf di RS Pondok Indah. Dengan pemeriksaan yang menyeluruh dan perawatan yang tepat, langkah penanganan bisa dioptimalkan untuk memperlambat perkembangan penyakit.
Baca juga: Waspada Penyakit Alzheimer di Usia Muda, Ketahui Gejala dan Penyebabnya
Terdapat beberapa jenis demensia, yakni:
Sayangnya, otak tidak bisa sepenuhnya pulih dari demensia. Penyakit neurodegeneratif ini menyebabkan kerusakan sel otak permanen. Meski tidak bisa mengembalikan otak ke kondisi normal, penanganan dan terapi yang tepat dapat membantu memperlambat progresi kerusakan otak serta meningkatkan kualitas hidup penderitanya.
Alzheimer adalah tipe demensia yang paling umum dan memiliki gejala khas berupa kehilangan memori jangka panjang, kesulitan berbicara, dan perubahan perilaku secara bertahap. Demensia sendiri adalah istilah umum untuk penurunan fungsi kognitif yang meliputi berbagai penyebab dan jenis.
Jadi, Alzheimer adalah salah satu jenis demensia, sedangkan demensia mencakup berbagai kondisi yang menyebabkan gangguan fungsi otak.
Jika Alzheimer tidak diobati, gejala penyakit ini akan terus memburuk seiring waktu dan kerusakan otak akan bertambah parah. Tanpa pengobatan, kualitas hidup pasien akan menurun secara drastis dan risiko komplikasi, seperti malnutrisi dan infeksi, pun meningkat secara signifikan.
Referensi: