5 Penyebab Miom yang Sering Diabaikan Wanita!

Oleh Tim RS Pondok Indah

Jumat, 23 Mei 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Miom dipicu ketidakseimbangan hormon, faktor genetik, hingga obesitas. Kenali 5 penyebab utamanya, termasuk pola makan dan stres kronis.

5 Penyebab Miom yang Sering Diabaikan Wanita!

Miom atau mioma uteri merupakan tumor jinak yang sering ditemukan pada organ reproduksi wanita, terutama pada usia produktif. Meskipun bersifat non-kanker, kondisi ini dapat menimbulkan berbagai keluhan yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Memahami faktor-faktor penyebabnya merupakan langkah penting dalam upaya pencegahan dan penanganan dini.


Faktor-faktor Penyebab Miom


1. Ketidakseimbangan Hormon

Kadar hormon estrogen dan progesteron yang tidak seimbang berperan penting dalam pertumbuhan miom. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh:


2. Faktor Genetik

Riwayat keluarga dengan miom meningkatkan risiko hingga tiga kali lipat. Beberapa penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara mutasi gen tertentu dengan perkembangan jaringan miom.


3. Indeks Massa Tubuh yang Tinggi

Kelebihan berat badan dan obesitas berkontribusi terhadap peningkatan risiko miom. Jaringan lemak berlebih dapat memproduksi estrogen tambahan yang merangsang pertumbuhan miom.



4. Pola Makan Tidak Seimbang

Beberapa kebiasaan makan yang perlu diperhatikan:

  • Konsumsi daging merah berlebihan
  • Kurangnya asupan sayuran dan buah-buahan
  • Paparan bahan kimia dalam makanan olahan
  • Sebaliknya, makanan kaya serat dan asam lemak omega-3 memiliki efek protektif.


5. Stres Kronis

Kondisi stres yang berkepanjangan dapat mengganggu keseimbangan hormonal dan sistem imun tubuh, yang pada akhirnya dapat memicu pertumbuhan jaringan abnormal.


Jika Anda mengalami gejala seperti menstruasi berkepanjangan, nyeri panggul, atau gangguan reproduksi lainnya, segera konsultasikan dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Deteksi dini melalui USG dan evaluasi hormonal dapat membantu menentukan penanganan yang tepat, baik melalui terapi obat maupun tindakan medis lainnya.


FAQ


Apakah Miom Bisa Muncul karena Keturunan?

Ya, faktor keturunan berpengaruh besar. Jika ibu, saudara perempuan, atau nenek Anda pernah punya miom, risiko Anda mengalaminya 3x lebih tinggi. Ini karena ada gen tertentu yang membuat seseorang lebih rentan terhadap pertumbuhan miom. Namun, bukan berarti pasti terjadi—gaya hidup sehat bisa mengurangi risikonya.


Benarkah Makanan Bisa Memicu Miom?

Ya, beberapa jenis makanan bisa meningkatkan risiko miom, terutama yang mengandung:

  • Daging merah berlebihan (memicu peradangan)
  • Makanan tinggi gula (meningkatkan estrogen)
  • Makanan olahan (mengandung bahan kimia pengganggu hormon).


Apakah Stres Bisa Menyebabkan Miom?

Stres tidak langsung menyebabkan miom, tapi bisa memperburuk kondisi hormon. Saat stres, tubuh memproduksi hormon kortisol yang mengganggu keseimbangan estrogen. Jika stres berkepanjangan, risiko gangguan hormonal (termasuk miom) meningkat. Kelola stres dengan olahraga, meditasi, atau istirahat cukup.


Apakah Kegemukan (Obesitas) Memicu Miom?

Ya, wanita dengan berat badan berlebih (BMI > 25) lebih berisiko karena jaringan lemak memproduksi estrogen ekstra. Semakin tinggi lemak tubuh, semakin banyak estrogen yang beredar, sehingga miom lebih mudah tumbuh. Menjaga berat badan ideal bisa mengurangi risikonya.


Apakah Pil KB Bisa Menyebabkan Miom?

Tidak selalu. Pil KB mengandung hormon sintetis, tetapi tidak semua jenis memicu miom. Justru, beberapa pil KB dengan dosis rendah bisa membantu mengontrol hormon. Namun, bagi yang sudah punya miom, sebaiknya konsultasi dokter sebelum memilih kontrasepsi hormonal.


Apakah Miom Bisa Hilang Sendiri?

Miom kecil bisa menyusut setelah menopause karena kadar estrogen turun. Namun, selama masih menstruasi, miom biasanya tetap ada atau bahkan membesar. Jika mengganggu, perlu penanganan medis seperti obat atau operasi.


Referensi:

  1. Mayo Clinic. Uterine Fibroids. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/uterine-fibroids/symptoms-causes/syc-20354288). Diakses pada 3 Desember 2024.
  2. Cleveland Clinic. Uterine Fibroids: Causes, Symptoms & Treatment. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9130-uterine-fibroids). Diakses pada 3 Desember 2024.
  3. Office on Women's Health (U.S. Department of Health & Human Services). Uterine Fibroids. (https://www.womenshealth.gov/a-z-topics/uterine-fibroids). Diakses pada 3 Desember 2024.
  4. Johns Hopkins Medicine. Uterine Fibroids. (https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/uterine-fibroids). Diakses pada 3 Desember 2024.
  5. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). Uterine Fibroids. (https://www.acog.org/womens-health/faqs/uterine-fibroids). Diakses pada 3 Desember 2024.
  6. Harvard Health Publishing. Fibroids: What You Need to Know. (https://www.health.harvard.edu/womens-health/fibroids-what-you-need-to-know). Diakses pada 3 Desember 2024.
  7. National Health Service (NHS UK). Fibroids. (https://www.nhs.uk/conditions/fibroids/). Diakses pada 3 Desember 2024.
  8. Medical News Today. What to Know About Uterine Fibroids. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/151405). Diakses pada 3 Desember 2024.
  9. WebMD. Uterine Fibroids: Symptoms, Causes, and Treatment. (https://www.webmd.com/women/uterine-fibroids/uterine-fibroids). Diakses pada 3 Desember 2024.