Jaga Jantung Hati

Selasa, 05 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Gagal jantung dapat terjadi pada bayi dan anak. Meski demikian, penyebab terjadinya berbeda dengan orang dewasa

Jaga Jantung Hati

Salah satu hasil riset menunjukkan bahwa gagal jantung pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 


  • Penyakit jantung bawaan atau PJB (66 persen), yakni PJB sianotik (dengan gejala bibir dan wajah terlihat membiru), dan asianotik (tanpa gejala biru, tetapi napas tampak cepat hingga sesak) 
  • Aritmia atau gangguan konduksi/listrik jantung (14 persen), akibat hantaran listrik jantung yang abnormal 
  • Kardiomiopati (13 persen) yakni kelemahan pada otot jantung 


Secara umum, ada beberapa gejala yang timbul ketika bayi atau anak mengalami permasalahan pada jantung, yaitu sesak, pucat, kulit atau bibir kebiruan, lemas, dan malas menyusu atau sering berhenti saat menyusu. 


Khusus pada kejadian yang disebabkan aritmia, gejala yang timbul adalah: jantung berdetak cepat (berdebar) meski tidak melakukan aktivitas fisik, kaki dan tangan terasa dingin, lemas, kejang, dan pingsan.


Namun, ada juga kelainan aritmia yang disertai dengan detak jantung yang lambat. Saat melihat buah hati mengalami kondisi demikian, penting untuk sesegera mungkin memeriksakannya ke pusat kesehatan. Terlebih jika ia sulit makan dan minum. Perburukan pada bayi biasanya berlangsung dengan cepat. 


Untuk mendiagnosis gagal jantung, ada beberapa pemeriksaan penunjang yang diperlukan, yaitu foto rontgen toraks, EKG, dan pemeriksaan darah seperti enzim jantung. Selain itu, ada pula pencitraan kardiovaskular dengan echocardiography, cardiac MSCT, dan cardiac Magnetic Resonance Imaging (cMRI), untuk mengetahui struktur dan fungsi jantung. 


Penanganan gagal jantung pada bayi dan anak bergantung pada penyebabnya. Penyakit jantung bawaan dapat ditangani dengan operasi atau bedah. Namun, ada pula beberapa penyakit jantung bawaan yang dapat ditangani dengan metode non-surgical atau tanpa tindakan bedah, di antaranya Patent Ductus Arteriosus (PDA), Ventricular Septal Defect (VSD), dan Atrial Septal Defect (ASD). 


Bayi dengan gagal jantung yang disebabkan oleh PDA besar dapat ditutup secara transkateter dengan okluder khusus. Dengan demikian, gagal jantung dapat diatasi, sehingga bayi dapat tumbuh dengan sehat dan optimal. 


Pada kasus aritmia, gangguan konduksi listrik jantung dapat terjadi sejak masa janin, pada bayi baru lahir, sampai masa remaja. Gangguan ini ditangani dengan pemberian obat-obatan, tetapi ada pula yang memerlukan tindakan invasif, misalnya ablasi.


Sedangkan pada kasus bayi dengan congenital total atrioventricular block memerlukan pemasangan alat pacu jantung permanen (permanent peacemaker), bahkan saat masih berusia satu sampai dua minggu. 


Penyebab gagal jantung lainnya adalah kardiomiopati. Kondisi bayi yang sesak dan didahului dengan batuk pilek dapat menjadi gejala gagal jantung akibat kardiomiopati ini. Selain itu, bayi juga mengalami lemas, pucat, tidak mampu menyusu langsung, ataupun minum susu dengan botol. 


Di negara maju, anak dengan gagal jantung berat yang tidak berhasil ditangani dengan pengobatan akan dipasang alat bantu ventrikel atau ventricular assisst device (VAD). Pemasangan VAD dapat menjadi terapi akhir (destination) atau sebagai perantara (bridging) sebelum dilakukannya transplantasi jantung. 


Penting diketahui bahwa gagal jantung merupakan salah satu faktor penghambat krusial pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Meski bayi atau anak yang mengalami gagal jantung dapat bertahan hidup, tetapi jika belum ditangani dengan tepat maka masalah tumbuh kembang dapat terjadi di masa yang akan datang.


Oleh karena itu, orang tua perlu memperhatikan periode seribu hari pertama kehidupan anak sebagai masa yang sangat penting, terhitung sejak janin dalam kandungan sampai usia 2 tahun, dengan mengenali dan mencegah semua penyakit sejak dini.


Deteksi Saat Hamil

Kelainan jantung bawaan dapat dideteksi sejak masa kehamilan mulai usia 18 minggu, dengan pemeriksaan fetal echocardiography. Saat ini, tindakan untuk menangani kasus kelainan jantung bawaan pada masa kehamilan masih sulit dilakukan.


Di Amerika Serikat dan Kanada misalnya, telah dilakukan fetal valvuloplasty. Sedangkan di Indonesia, setidaknya sudah dapat menangani kasus janin dengan takikardia (irama detak jantung yang sangat cepat) secara transplasental, yaitu memberikan obat kepada ibu hamil.


Sedangkan pada janin dengan denyut jantung lambat, dapat dilakukan terapi obat jika diketahui sebelum usia kehamilan 28 minggu. Mengetahui kondisi si kecil sedini mungkin sangatlah penting agar persiapan saat sang buah hati lahir menjadi lebih baik. 


Terapi Regeneratif Sel Punca (Stem Cell)

Kini tengah dikembangkan penanganan terapi regeneratif dengan sel punca (stem cell-based therapy). Jika penelitian ini berhasil, tentu akan sangat membantu dalam menangani gagal jantung pada bayi dan anak, terutama pada kasus yang banyak diteliti seperti kardiomiopati dan Hypoplastic Left Heart Syndrome (HLHS).