Gangguan Berkemih pada Geriatri

Rabu, 06 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Gangguan saat buang air kecil (BAK) sering kali dialami orang berusia lanjut (geriatri)

Gangguan Berkemih pada Geriatri

Gangguan saat buang air kecil (BAK) sering kali dialami orang berusia lanjut (geriatri). Meski terjadi penurunan fungsi organ seiring pertambahan usia (degenerasi), gangguan BAK bukanlah hal normal dan ada terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. 


Yang dimaksud gangguan buang air kecil adalah keluarnya urin tanpa disadari oleh orang tersebut (inkontinensia urin). Angka kejadian gangguan ini meningkat seiring bertambahnya usia.


Pada pria, angka kejadiannya meningkat dari 4,8 persen pada usia 19 – 44 tahun; 11,2 persen pada 45 – 64 tahun; hingga 21,1 persen pada lebih dari 65 tahun. Sementara pada wanita berusia lebih dari 65 tahun, angka kejadiannya mencapai 50 persen.


Sayangnya, kebanyakan pasien tidak segera memeriksakan diri ke dokter sampai benar-benar menimbulkan gejala yang serius.


Apabila dibiarkan berlarut-larut, gangguan ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi, seperti:


  • Tiba-tiba tidak bisa BAK (retensi urin);
  • Urosepsis (kondisi infeksi yang mengancam jiwa);
  • Batu di kandung kemih;
  • Kerusakan kandung kemih;
  • Sumbatan saluran kencing;
  • Penurunan fungsi ginjal; dan
  • Iritasi kulit dan dermatitis.


Gangguan Berkemih pada Pria

Pada pria, kesulitan berkemih dibagi menjadi dua kelompok:


  1. Gejala iritatif
  2. Urgency: Keinginan mendadak untuk berkemih yang tidak bisa ditahan
  3. Daytime frequency: Peningkatan frekuensi berkemih pada siang hari
  4. Nokturia: Sering terbangun di malam hari untuk berkemih
  5. Inkontinensia: Mengompol sebelum sampai ke toilet 
  6. Gejala berkemih (voiding)
  7. Slow stream: Pancaran urin yang lemah
  8. Hesitancy: Kesulitan untuk mulai berkemih
  9. Intermittency: Aliran urin yang terputus-putus
  10. Straining to void: Mengejan saat berkemih
  11. Terminal dribble: Urin menetes-netes pada fase akhir berkemih
  12. Faktor Penyebab:
  13. Pembesaran kelenjar prostat (benign prostate hypertrophy/BPH)
  14. Penyempitan saluran uretra
  15. Kandung kemih yang terlalu aktif (overactive bladder/OAB)
  16. Penyebab lainnya: diabetes mellitus (DM), infeksi saluran kemih (ISK), batu kandung kemih, kanker prostat, kanker kandung kemih, kelainan neurologis, konstipasi, dan depresi.


Gangguan Berkemih pada Wanita

Sementara pada wanita, gejala yang paling sering terjadi adalah:


  • Rasa nyeri atau terbakar saat BAK;
  • Nyeri perut bagian bawah;
  • Frekuensi buang air kecil meningkat;
  • Perasaan mendesak untuk BAK (urgensi);
  • Mengompol saat batuk, bersin, atau beraktivitas fisik;
  • Kehilangan kontrol kandung kemih;
  • Nokturia;
  • Rasa tidak tuntas setelah BAK atau meneteskan urin setelah BAK selesai; dan
  • Pancaran urin lemah.


Faktor Penyebab

Berbagai faktor risiko gangguan BAK pada wanita antara lain: usia lanjut, obesitas, paritas (jumlah kelahiran anak), cara persalinan, menopause, riwayat keluarga dengan gangguan BAK, merokok, mengonsumsi minuman yang mengandung kafein dan alkohol, DM, stroke, konstipasi, depresi, dan riwayat operasi pengangkatan rahim atau radiasi.


Agar Tercegah dari Gangguan BAK

Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan agar terhindar dari gangguan BAK:


  • Modifikasi gaya hidup dengan menghindari konsumsi minumal beralkohol, kafein (kopi, teh), soda, makanan pedas atau asam, dan rokok
  • Menurunkan berat badan
  • Minum cairan dalam jumlah sedikit tapi sering pada interval yang teratur sepanjang hari. Namun, jangan kurangi jumlah total cairan hingga kurang dari 2 – 2,5 liter per hari
  • Menghindari konstipasi dengan cara meningkatkan asupan serat
  • Berkonsultasi dengan dokter. Dokter mungkin menganjurkan terapi obat, pembedahan, atau non-pembedahan— tergantung pada tingkat keparahan dan penyebab gangguan BAK.
  • Terapi non-pembedahan antara lain behavioral therapy, biofeedback, latihan otot dasar panggul (Kegel), dan stimulasi elektrik otot dasar panggul. Pemeriksaan evaluasi yang mungkin diperlukan untuk mengetahui penyebabnya, antara lain laboratorium, ultrasonografi (USG), uroflowmetri, urodinamik, CT-scan, atau Magnetic Resonance Imaging (MRI).


Bijak Menggunakan Popok Dewasa

Popok dewasa berguna bagi orang dengan gangguan BAK karena dapat membuat individu tersebut merasa nyaman dan tetap aktif, berada dalam kondisi higienis, dan percaya diri untuk bersosialisasi.


Popok dewasa juga dapat mengurangi komplikasi antara lain ISK dan iritasi kulit yang lembap akibat mengompol (dermatitis). Namun, perlu diingat bahwa tetap diperlukan pendekatan terapi lain sebelum menggunakan popok dewasa untuk jangka panjang.