Apakah Diabetes Bisa Sembuh? Ketahui Kemungkinan Sembuhnya

Oleh Tim RS Pondok Indah

Selasa, 26 November 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Diabetes tidak bisa sembuh total, tetapi dapat dikontrol dengan baik lewat perubahan gaya hidup, pola makan dan olahraga teratur untuk menjaga kadar gula darah.

Apakah Diabetes Bisa Sembuh? Ketahui Kemungkinan Sembuhnya

Diabetes dibedakan menjadi tipe 1 dan diabetes tipe 2, tetapi keduanya sama-sama ditandai dengan peningkatan kadar gula darah. Sayangnya kondisi ini jarang menyebabkan gejala khas saat awal terjadi. Kebanyakan penderita diabetes baru mengetahui kondisinya ketika sudah parah, atau mengalami komplikasi. Jadi, skrining maupun pemeriksaan kesehatan secara berkala merupakan langkah awal yang memegang peran penting dalam penanganan diabetes.


Pemeriksaan Diabetes

Sebelum memberikan penanganan, dokter pasti akan melakukan berbagai pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa diabetes. Pemeriksaan akan diawali dengan anamnesis atau proses tanya jawab, yang kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Anda juga akan dinilai status gizinya, melalui pemeriksaan tinggi badan dan berat badan.


Untuk menegakkan diagnosa, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang diabetes, meliputi:


1. Pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS)

Dilakukan untuk memeriksa kadar glukosa darah pada suatu waktu tertentu, secara acak. Anda tidak diharuskan untuk puasa sebelum melakukan pemeriksaan ini. Hasil pemeriksaan GDS yang lebih dari 200 mg/dL dapat menjadi penegak diagnosa diabetes.


2. Pemeriksaan gula darah puasa (GDP)

Anda akan diminta untuk berpuasa selama 8 jam sebelum melakukan pemeriksaan GDP. Dokter akan melihat hasil pemeriksaan kadar glukosa darah yang Anda miliki dalam kondisi puasa. Jika hasil pemeriksaan GDP lebih dari 126 mg/dL, Anda dinyatakan menderita diabetes.


3. Tes toleransi Glukosa Oral (TTGO)

Pemeriksaan ini biasa dilakukan sebagai lanjutan dari pemeriksaan GDP. Setelah darah diambil untuk pemeriksaan GDP, Anda akan diminta untuk minum larutan gula yang disediakan khusus oleh pihak laboratorium. Petugas akan kembali memeriksa kadar gula darah selama 2 jam setelah Anda mengonsumsi larutan gula. Hasil TTGO yang lebih dari 200 mg/dL dapat menjadi acuan dalam menegakkan diagnosa diabetes.


Baca juga: Peduli dan Kenali Gejala Diabetes Mellitus sejak Dini


4. Pemeriksaan A1C (HbA1C)

Jika ketiga pemeriksaan sebelumnya bertujuan mengukur kadar gula darah dalam waktu singkat, pemeriksaan A1C atau tes HbA1C dilakukan untuk mengetahui rerata kadar gula darah selama 2-3 bulan terakhir. Tes HbA1C ini tidak memerlukan puasa dan hasilnya diinterpretasikan berdasarkan rentang persentase yang berbeda. Pemeriksaan ini dinilai lebih akurat dalam menentukan diagnosa diabetes, karena menilai banyaknya gula yang menempel pada sel darah merah.


Hasil pemeriksaan A1C yang lebih dari 6,5% menyatakan bahwa Anda menderita diabetes. Selain pemeriksaan A1C, dokter juga bisa menyarankan pemeriksaan estimasi glukosa rata-rata (eAG atau estimated average glucose) yang merupakan konversi hasil pemeriksaan A1C dalam bentuk mg/dL dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi.


5. Pemeriksaan lain

Jika dokter mencurigai Anda menderita diabetes tipe 1, pelaksanaan tes autoantibodi bisa saja dijadwalkan. Selain itu, dokter juga bisa meminta pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan urine, untuk mengetahui adanya keton yang menjadi bukti pembakaran lemak sebagai sumber energi, alih-alih menggunakan glukosa.


Baca juga: Diabetes Gestasional, Diabetesnya Ibu Hamil



Penanganan Diabetes

Setelah dinyatakan mengalami diabetes, dokter akan menyarankan Anda untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Adapun gaya hidup sehat yang dimaksud adalah:


1. Menerapkan pola makan sehat

Dengan membatasi konsumsi gula dan memperbanyak konsumsi buah maupun sayur. Pola diet rendah lemak dan rendah kalori merupakan suatu hal yang dianjurkan untuk menangani diabetes. Pastikan juga Anda selalu mencukupi kebutuhan cairan harian.


2. Rutin melakukan aktivitas fisik

Rutin berolahraga selama 150 menit dalam 1 minggu dengan intensitas ringan-sedang sudah menjadi hal wajib dalam mengupayakan pola hidup yang lebih aktif. 


3. Mengelola stres dengan bijaksana

Radikal bebas merupakan salah satu penyebab kerusakan berbagai organ, yang juga menjadi pemicu terjadinya maupun faktor yang memperparah diabetes. Stres yang dialami setiap orang memang hal yang wajar, bahkan kondisi ini diperlukan untuk kehidupan yang lebih baik. Namun, stres berlebih bisa menjadi sumber radikal bebas. Oleh karena itu, upayakan untuk mengontrol stres dengan bijaksana.


Anda bisa melakukan kegiatan yang digemari, melakukan teknik relaksasi, maupun mempelajari hal baru untuk meredakan stres yang bisa memperparah diabetes.


4. Mencukupi waktu tidur

Upayakan untuk mencukupi waktu tidur di malam hari selama 7-9 jam. Sebab kurang tidur juga bisa menyebabkan radikal bebas yang membuat diabetes menjadi lebih parah.


5. Tidak merokok

Merokok tidak hanya merusak paru-paru, tetapi juga bisa menyebabkan kerusakan pada banyak organ serta memperburuk diabetes.


Baca juga: Daftar Makanan untuk Gula Darah Tinggi yang Sehat dan Enak



Obat-Obatan untuk Diabetes

Dokter akan meresepkan obat sesuai dengan jenis diabetes yang Anda derita, dengan mempertimbangkan keparahan kondisi, keluhan yang terjadi, riwayat kesehatan, maupun kondisi Anda secara umum. Secara umum obat diabetes dibedakan menjadi insulin dan OHO (obat hipoglikemik oral atau obat penurun gula darah yang diminum), berikut ini adalah penjelasan singkatnya:


1. Insulin 

Dokter biasa meresepkan insulin pada penderita diabetes tipe 1 untuk mempertahankan kadar gula darah penderita tetap dalam rentang normal. Namun, ada juga beberapa penderita diabetes tipe 2 yang juga disarankan menggunakan insulin sebagai pengobatannya. Ada 4 jenis insulin, kerja cepat, kerja pendek, kerja sedang, dan kerja panjang, yang akan ditentukan oleh dokter sesuai dengan kondisi Anda.


2. Obat antidabetes atau OHO 

Peresepan obat diabetes ini bertujuan untuk menurunkan kadar gula darah, dengan berbagai cara kerja, antara lain:


  • Kelompok biguanide, yang bekerja dengan cara meningkatkan kerja hormon insulin dalam mengelola gula darah, menurunkan penyerapan gula di dalam usus, dan menghambat pembentukan gula darah di dalam hati. Contoh obat dari golongan ini adalah metformin.
  • Kelompok sulfonilurea, akan merangsang pankreas agar menghasilkan lebih banyak hormon insulin dan membantu tubuh menggunakan insulin secara lebih efisien. Contoh obat antidiabetes dari kelompok ini adalah glimepiride dan glibenclamide.
  • Kelompok penghambat alfa-glukosidase, akan menurunkan kadar gula darah dengan memperlambat proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat di saluran cerna, sehingga dapat mencegah kenaikkan kadar gula darah yang drastis setelah makan. Contoh obat antidiabetes yang memiliki cara kerja ini adalah acarbose.
  • Kelompok penghambat DPP-4 (Dipeptidyl peptidase 4 inhibitors) atau gliptin, akan meningkatkan produksi insulin di pankreas dan mengurangi produksi gula darah oleh hati, tanpa menyebabkan hipoglikemia maupun kenaikan berat badan. Contoh obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah linagliptin.
  • Kelompok meglitinide, merupakan alternatif pengobatan bagi yang alergi terhadap golongan sulfonilurea, contohnya repaglinide.
  • Kelompok thiazolidinedione, merupakan alternatif metformin, yang akan mengurangi produksi glukosa di hati sekaligus membuat penggunaan insulin lebih efisien. Pioglitazone merupakan contoh obat dari golongan ini.
  • Kelompok penghambat SGLT2 (Sodium-glucose transporter 2 inhibitors), yang akan merangsang ginjal untuk membuang lebih banyak glukosa melalui urine. Obat ini lebih banyak diresepkan untuk penderita diabetes tipe 2 yang juga menderita penyakit ginjal atau penyakit jantung, termasuk gagal jantung. Empagliflozin merupakan contoh OHO dari kelompok ini.
  • Kelompok agonis reseptor GLP-1 (Glucagon-like peptide-1 receptor agonists/ GLP-1 receptor agonist) yang dikenal juga dengan nama lain inkretin mimetik, memiliki cara kerja meniru hormon inkretin di dalam tubuh, yang bekerja pada reseptor GLP-1 untuk merangsang produksi insulin di pankreas, sehingga menghambat proses penyerapan glukosa setelah makan. 


Contoh obat dari kelompok inkretin mimetik ini adalah semaglutide.


Anda juga disarankan untuk bisa dan rutin melakukan pemeriksaan kadar gula darah mandiri, setidaknya sebanyak 4x dalam sehari, atau sesuai dengan arahan dokter spesialis penyakit dalam.


Pemeriksaan dilakukan sebelum dan setelah makan maupun tidur, terutama bagi yang menjalani pengobatan diabetes menggunakan insulin. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui pola kadar gula darah Anda dalam sehari.


Baca juga: Rekomendasi Olahraga untuk Diabetes yang Aman dan Efektif


Apakah Diabetes Bisa Sembuh?

Diabetes tidak bisa sembuh total. Namun pengobatan yang dilakukan sesuai dengan arahan dokter spesialis penyakit dalam ketika Anda melakukan kontrol rutin akan membuat kadar gula darah terkontrol, sehingga kemungkinan terjadinya komplikasi bisa dikurangi. Sayangnya, hingga saat ini belum ditemukan metode penanganan yang dapat menyembuhkan diabetes. Jadi, meskipun kadar gula darah sudah terkontrol, bukan berarti diabetes dinyatakan sembuh.


Beberapa individu dengan diabetes tipe 2 telah berhasil mencapai remisi, di mana kadar gula darah mereka kembali ke rentang normal tanpa perlu pengobatan. Remisi diabetes adalah kondisi di mana penderita diabetes tipe 2 dapat mengelola kadar gula darah mereka tanpa obat-obatan, biasanya melalui penurunan berat badan yang signifikan dan berkelanjutan, diet sehat, dan olahraga rutin.


Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa remisi bukan berarti sembuh, karena kondisi ini dapat kembali jika gaya hidup tidak dipertahankan. Oleh karena itu, kontrol rutin sangat penting bagi semua orang dengan diabetes.


Baca juga: Pilihan Makanan untuk Penderita Diabetes yang Aman dan Sehat


Bila Anda memiliki faktor risiko diabetes, lakukanlah pemeriksaan kesehatan secara berkala di Executive Health Check Up di RS Pondok Indah untuk memastikan kondisi kesehatan Anda. Pemeriksaan berkala bisa menjadi langkah awal Anda untuk mencegah terjadinya diabetes, sekaligus penanganan yang efektif sebelum terjadi gangguan kesehatan.


Sedangkan untuk Anda yang sudah didiagnosa mengalami diabetes, jangan berkecil hati. Anda masih bisa melakukan aktivitas dengan normal, tanpa gangguan dari penyakit diabetes, asalkan rutin kontrol dan mengonsumsi obat yang diresepkan dokter. Sebab kontrol rutin dan konsumsi obat dari dokter dapat membantu menjaga kadar gula darah dan mencegah komplikasi diabetes yang bisa menghambat Anda dalam beraktivitas.



FAQ


Apakah Penderita Diabetes Harus Minum Obat Seumur Hidup?

Tidak semua penderita diabetes harus minum obat seumur hidup, tergantung dari jenis diabetes dan kondisinya. Pada beberapa pasien diabetes tipe 2, kadar gula darah dapat dikelola dengan perubahan gaya hidup, seperti mengonsumsi makanan sehat, berhenti merokok, dan rutin olahraga. Namun, penderita diabetes tipe 1 umumnya memerlukan terapi insulin seumur hidup. Konsultasikan dengan dokter spesialis penyakit dalam untuk mendapatkan rekomendasi pengobatan terbaik.


Apakah Penderita Diabetes Boleh Berhenti Minum Obat Bila Gula Darahnya Normal?

Penderita diabetes tidak boleh sembarangan berhenti minum obat meskipun gula darahnya normal, tanpa berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam. Penghentian obat tanpa atas inisiatif sendiri justru dapat memicu lonjakan gula darah, yang berisiko menyebabkan komplikasi serius.


Jadi, pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum membuat keputusan terkait pengobatan yang Anda jalani.


Apakah Penderita Diabetes Bisa Normal Kembali?

Penderita diabetes dapat menjalani hidup dengan relatif normal, asal melakukan pengobatan yang tepat atau sesuai dengan arahan dokter, dan menerapkan pola hidup yang sehat. Meski diabetes hingga kini belum bisa disembuhkan, banyak penderita yang berhasil menjaga kadar gula darah tetap normal.


Apa yang Harus Dilakukan Jika Sudah Terkena Diabetes?

Jika sudah terkena diabetes, langkah utama yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam, mengelola gula darah dengan pola makan sehat, olahraga rutin, dan menjaga berat badan ideal.



Referensi:

  1. Shi Q, Nong K, et al,. Benefits and harms of drug treatment for type 2 diabetes: systematic review and network meta-analysis of randomised controlled trials. BMJ. 2023 (https://www.bmj.com/content/bmj/381/bmj-2022-074068.full.pdf). Diakses pada 26 Juli 2024.
  2. Fang M, Wang D, et al,. Trends in diabetes treatment and control in US adults, 1999–2018. New England Journal of Medicine. 2021. (https://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMsa2032271). Diakses pada 26 Juli 2024.
  3. Wang L, Peng W, et al,. Prevalence and treatment of diabetes in China, 2013-2018. Jama. 2021. (https://jamanetwork.com/journals/jama/article-abstract/2787545). Diakses pada 26 Juli 2024.
  4. Centers for Disease and Control Prevention. Manage Blood Sugar. (https://www.cdc.gov/diabetes/treatment/index.html). Direvisi terakhir 15 Mei 2024. Diakses pada 26 Juli 2024. 
  5. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease. Managing Diabetes. (https://www.niddk.nih.gov/health-information/diabetes/overview/managing-diabetes). Direvisi terakhir Oktober 2023. Diakses pada 26 Juli 2024.
  6. Cleveland Clinic. Diabetes. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/7104-diabetes). Direvisi terakhir 17 Februari 2023. Diakses pada 26 juli 2024.
  7. Mayo Clinic. Diabetes management: How lifestyle, daily routine affect blood sugar. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diabetes/in-depth/diabetes-management/art-20047963). Direvisi terakhir 6 Januari 2024. Diakses pada 26 Juli 2024.