Pada pria yang menua, prostat cenderung membesar. Hal ini menyebabkan uretra mengecil dan mengurangi aliran urin. Kelainan ini disebut sebagai benign prostatic hyperplasia, dan berbeda dengan kanker prostat
Jika dulu kita kenal dengan frase ‘tak kenal, maka tak sayang’, pada penyakit satu ini, frase tersebut berganti menjadi ‘tak kenal maka tak waspada’.
Pengenalan mengenai seperti apa prostat yang sehat dan bagaimana kanker terjadi, menjadi penting agar kita bisa mengetahui gejalanya lebih dini. Sehingga, keberhasilan penanganannya pun akan lebih besar.
Prostat adalah kelenjar yang hanya terdapat pada pria dan berfungsi untuk membuat semen pada sistem reproduksi pria. Prostat terletak di bawah kandung kemih dan di depan rektum. Kelenjar prostat yang normal berukuran sebesar kacang walnut dan mengelilingi uretra.
Pada pria yang menua, prostat cenderung membesar. Hal ini menyebabkan uretra mengecil dan mengurangi aliran urin. Kelainan ini disebut sebagai benign prostatic hyperplasia, dan berbeda dengan kanker prostat.
Kanker prostat bermula dari sel-sel prostat yang tumbuh menjadi sel-sel abnormal yang akan merusak jaringan tubuh yang normal. Sebagian dari kanker ini berkembang dengan cepat, namun sebagian besar berkembang lambat.
Penyebab pasti kanker prostat tidak diketahui, namun kemungkinan besar berhubungan dengan perubahan DNA yang mungkin diturunkan secara genetik, atau bisa pula terjadi akibat pengaruh lingkungan atau gaya hidup. Kanker prostat merupakan kanker nomor dua tersering pada pria.
Sebagian pria memiliki risiko terkena kanker prostat lebih tinggi daripada yang lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:
Seringkali, kanker prostat tidak menunjukkan gejala awal. Namun, Anda perlu curiga jika:
Perlu diingat bahwa gejala-gejala tersebut di atas dapat timbul pada penyakit lain selain kanker prostat, sehingga Anda tetap memerlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter spesialis bedah urologi.
Deteksi dini atau skrining adalah tes untuk menemukan adanya kanker atau kelainan lain pada orang yang tidak mempunyai gejala. Skrining dapat membantu menemukan kanker pada stadium awal saat sel-sel kanker masih sedikit dan belum menyebar, sehingga lebih mudah untuk disembuhkan.
Skrining untuk kanker prostat dapat dilakukan dengan:
Jika dokter mencurigai terdapat kelainan pada prostat, diperlukan tes lebih lanjut seperti biopsi, yaitu pengambilan sedikit jaringan prostat untuk pemeriksaan histopatologi (pemeriksaan di bawah mikroskop untuk melihat adakah sel-sel kanker), pemeriksaan ultrasound, MRI, atau pemeriksaan pencitraan lainnya.
Berbagai terapi tersedia untuk pengobatan kanker prostat. Anda dan dokter akan memutuskan tata laksana mana yang terbaik.
Beberapa terapi yang umum diberikan adalah:
Melakukan berbagai tes secara berkala (PSA dan DRE) untuk memonitor perkembangan kanker prostat, dan memberikan terapi hanya jika kanker berkembang atau menimbulkan gejala.
Kadangkala diperlukan pengangkatan kelenjar prostat (prostatektomi) pada pasien kanker prostat.
Penggunaan sinar radiasi untuk membunuh sel kanker. Radiasi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin dari luar tubuh (radiasi eksternal), atau dokter meletakkan sumber radiasi langsung pada kelenjar prostat (radiasi internal/brachytherapy).
Hormon pria dalam tubuh menyebabkan kanker prostat berkembang. Terapi hormon dapat mengurangi hormon pria tersebut sehingga diharapkan akan menghambat pertumbuhan kanker.
Pada terapi hormon, pasien diberikan obat minum, atau dilakukan pembedahan untuk mengangkat testis. Terapi ini biasanya ditujukan bagi pasien kanker prostat stadium lanjut, namun dapat pula pada pasien stadium awal bersamaan dengan radiasi atau pembedahan.
Berbagai terapi lain yang bisa dilakukan yaitu kemoterapi, cryotherapy, dan high-intensity focused ultrasound.
Hingga saat ini, belum terdapat cara yang terbukti pasti dapat mencegah kanker prostat. Secara umum, dianjurkan untuk melakukan pola hidup sehat dan makan sehat untuk kesehatan tubuh, kendati belum terbukti secara pasti dapat mengurangi risiko kanker prostat.
Diet seimbang dapat dilakukan dengan memperbanyak konsumsi sayuran dan buah, memperbanyak makanan dari gandum utuh, mengurangi daging merah dan daging olahan, serta mengurangi makanan tinggi lemak, dan mengurangi produk susu.
Selain itu, disarankan pula untuk berolahraga rutin setiap hari, dan menjaga berat badan yang ideal.