Psikosis PostPartum, Berbahayakah bagi Ibu?

Selasa, 05 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Ibu yang baru melahirkan kerap mengalami baby blues (suatu kondisi psikologis akut dan sementara yang terjadi selama beberapa hari pascapersalinan) ataupun postpartum depression (suatu gangguan kesehatan yang terjadi setelah melahirkan dan perlu mendapatkan penanganan psikiatrik)

Psikosis PostPartum, Berbahayakah bagi Ibu?

Ibu yang baru melahirkan kerap mengalami baby blues (suatu kondisi psikologis akut dan sementara yang terjadi selama beberapa hari pascapersalinan) ataupun postpartum depression (suatu gangguan kesehatan yang terjadi setelah melahirkan dan perlu mendapatkan penanganan psikiatrik).


Selain kedua hal tersebut, ada beberapa ibu yang sampai mengalami gejala halusinasi/delusi pascamelahirkan, yang dikenal dengan gejala psikosis postpartum. Apa itu psikosis postpartum dan bagaimana membedakannya dengan baby blues atau postpartum depression?


Psikosis postpartum adalah suatu gangguan mental serius yang dapat terjadi pada seorang ibu segera setelah melahirkan. Sebagian besar ibu melahirkan mengalami perubahan mood yang dikenal dengan “baby blues”.


Baby blues” adalah kondisi normal dan biasanya hanya berlangsung selama beberapa hari. Lain halnya dengan psikosis postpartum. Psikosis postpartum adalah gangguan mental serius yang perlu diatasi sebagai keadaan darurat medis.


Pada psikosis postpartum, ibu melahirkan mengalami gejala psikosis, yaitu hilangnya kontak dengan realita. Hal ini dapat menyebabkan ibu mulai mendengar, melihat, dan atau meyakini sesuatu yang tidak benar. Keadaan ini dapat menjadi sangat berbahaya bagi ibu dan bayi.


Siapa yang berisiko mengalaminya?

Psikosis postpartum dapat terjadi pada ibu yang tidak memiliki faktor risiko, tetapi diketahui ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang ibu mengalami kondisi ini.


Faktor risiko tersebut antara lain:


  • Riwayat gangguan mental sebelumnya seperti bipolar, skizofrenia, atau skizoafektif
  • Riwayat psikosis postpartum pada persalinan sebelumnya
  • Riwayat keluarga dengan psikosis postpartum 
  • Riwayat gangguan mental pada keluarga, misalnya gangguan bipolar
  • Kehamilan pertama
  • Penghentian obat psikiatrik selama kehamilan


Penyebab dan Gejala

Penyebab pasti dari psikosis postpartum tidak diketahui. Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan psikosis postpartum, yaitu faktor biologis, psikologis, dan sosiokultural. Faktor biologis mencakup aspek genetik dan faktor biologis lainnya yang menyebabkan ibu melahirkan menjadi lebih sensitif terhadap hormon estrogen, progesteron, dan hormon tiroid.


Selain itu, kondisi kurang tidur sebagai faktor mental psikologis juga dapat memiliki peran terhadap terjadinya psikosis postpartum.


Ibu mengalami gejala psikosis (hilangnya kontak dengan realita) yang awalnya ditandai dengan kesulitan untuk tidur, perasaan gelisah, atau mudah marah. Gejala psikosis yang dialami selanjutnya antara lain:


  • Halusinasi auditorik (mendengar sesuatu yang tidak nyata, contoh mendengar suara bisikan yang menyuruh ibu menyakiti dirinya atau suara yang mengatakan bahwa si bayi berusaha membunuhnya).
  • Keyakinan berupa waham (delusi) yang biasanya berkaitan dengan bayi, misalnya bahwa orang lain berusaha menyakiti bayinya
  • Disorientasi terhadap tempat dan waktu
  • Perilaku tak menentu atau tak wajar
  • Perubahan mood yang sangat cepat dari perasaan sedih yang ekstrem sampai sangat berenergi
  • Pikiran bunuh diri
  • Pikiran kekerasan, misalnya ingin menyakiti bayinya


Cara Mengatasi Psikosis Postpartum

Psikosis postpartum adalah kondisi kedaruratan medis. Segera bawa ibu ke Unit Gawat Darurat di rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan. Apabila ibu masih dirawat di rumah sakit setelah bersalin, biasanya ia akan dirawat lebih lama untuk mengatasi kondisi psikosisnya, hingga mood-nya menjadi stabil dan tidak lagi berisiko menyakiti dirinya atau bayinya.


Dokter (dalam hal ini dokter spesialis kedokteran jiwa/psikiater) akan memberikan obat untuk mengatasi gejala psikosis, depresi, dan menstabilkan mood. Obat yang diberikan antara lain obat dari golongan antipsikotik dan mood stabilizer.


Perbedaan psikosis postpartum dan postpartum depression (depresi setelah melahirkan)

Pada depresi pascamelahirkan, gejala yang dialami terutama terjadi pada mood (suasana hati/perasaan) yaitu gejala depresi, antara lain:


  • Terus menerus merasakan perasaan sedih
  • Merasa bersalah
  • Merasa tak berharga, tak cukup mampu
  • Cemas
  • Sulit tidur dan merasa kelelahan
  • Sulit konsentrasi
  • Perubahan nafsu makan
  • Dapat juga muncul ide bunuh diri


Secara umum, psikosis postpartum dianggap sebagai gangguan mental yang lebih berat pada ibu pascamelahirkan dan dapat menimbulkan efek yang berbahaya. Apabila ibu mengalami gejala psikosis postpartum ataupun depresi setelah melahirkan, ada baiknya segera berkonsultasi dengan dokter spesialis kedokteran jiwa untuk penanganan lebih lanjut agar ibu dan bayi serta keluarga dapat menjalani masa postpartum dengan baik dan bahagia.