Bedah Bariatrik, Langkah Memerangi Obesitas

Selasa, 16 April 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Bedah bariatrik dan perubahan gaya hidup mampu mengatasi obesitas dan risikonya.

Bedah Bariatrik, Langkah Memerangi Obesitas

Obesitas bukanlah sebuah masalah kesehatan yang dapat dipandang sebelah mata. Lebih dari sekadar kegemukan akibat lemak yang berlebihan, obesitas dapat mengakibatkan komplikasi kesehatan lainnya.


Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, penderita obesitas di Indonesia mencapai 21,8%, meningkat lebih dari 45% dari lima tahun sebelumnya. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat ada sejumlah risiko kesehatan yang dapat dialami oleh penderita obesitas.


Selain peningkatan risiko penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, dan hipertensi, obesitas juga berisiko menyebabkan kanker, menyebabkan gangguan kesuburan, serta terjadi sumbatan napas saat tidur. Oleh karena itu, obesitas perlu dicegah dan diatasi.


Mengenal Proses Bedah Bariatrik

Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi obesitas, salah satunya adalah bedah bariatrik. Berbeda dengan proses sedot lemak yang bertujuan secara estetika untuk membentuk tubuh agar terlihat lebih ideal, bedah bariatrik bertujuan agar pasien obesitas menjalani gaya hidup lebih sehat, sehingga terhindar dari kompleksitas obesitas.


Sebelum menjalani prosedur bariatrik, dokter dan pasien harus mempertimbangkan risiko dan manfaatnya. Meskipun secara umum, risiko bedah bariatrik kecil. Namun, risiko operasi seperti kebocoran atau pendarahan tetap dapat terjadi. Jika manfaatnya besar, misalnya berat badan turun dari 180 kg menjadi 80 kg, maka prosedur dapat dilakukan.


Ada sejumlah indikasi yang diterapkan untuk menentukan sekaligus memproteksi pasien. Pasien yang dapat menjalani tindakan ini adalah mereka yang memiliki Body Mass Index (BMI) 35 tanpa komorbid, atau BMI 30 dengan 2 di antara 3 kondisi: diabetes, hipertensi, atau hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi dalam darah).


Tindakan bariatrik terbagi ke dalam dua kategori: non-bedah dan bedah. Tindakan non-bedah biasanya dilakukan dengan memasang seperti balon di dalam lambung, atau lambung dijahit dari dalam. Tindakan ini sangat kecil risikonya sehingga indikasinya lebih longgar. 


Baca juga: Mitos Bedah Bariatrik


Terdapat tiga metode umum dalam tindakan bedah bariatik, yakni:


Sleeve Gastrectomy (SG)

Lambung dibuat lebih kecil memanjang seperti lengan baju (sleeve), sehingga rasa lapar pasien berkurang drastis dan porsi makan menjadi tidak bisa banyak. Metode ini dapat dilakukan pada pasien dengan BMI 35-42. Tindakannya biasanya berlangsung sekitar 1–1,5 jam.


Roux en y Gastric Bypass

Teknik ini lebih sulit, karena selain kantong lambung dibuat lebih kecil, dibuat juga seperti bypass, sehingga lambung yang besar tidak dilewati makanan. Makanan melewati kantong kecil dan langsung menuju usus halus. Metode ini dilakukan pada pasien yang memiliki BMI lebih tinggi, atau memiliki kondisi diabetes dan/atau GERD atau asam lambung. Durasi tindakan metode ini biasanya berlangsung sekitar 4 jam.


Single Anastomosis Duodeno-ileal Bypass (SADI)

Sebenarnya juga merupakan tindakan bypass, hanya cakupannya lebih banyak, hampir setengah dari usus yang dilakukan bypass. Teknik ini diperuntukkan bagi pasien dengan BMI tinggi di atas 50, dan biasanya selesai dalam waktu 3,5 jam.


Sebelum menjalani bedah bariatrik di RS Pondok Indah - Pondok Indah, pasien harus melakukan diet rendah kalori selama 2 minggu. Hal ini berguna untuk mengecilkan organ hati, sehingga memudahkan proses ketika operasi (operasi bariatrik dilakukan di bawah organ hati). Pasca operasi, pasien harus menjalani diet cairan dulu selama 2 minggu sebelum kembali ke makanan biasa. Tahapan kembali ke makanan biasa juga dimulai dari tekstur yang lembut terlebih dahulu.


Selain itu, pasien juga harus rajin kontrol kembali ke dokter, khususnya dalam kurun waktu 12 bulan pertama. Karena bedah bariatrik merupakan tindakan laparoskopi atau minimal invasive, proses pemulihannya pun cepat, hanya sekitar 3 hari rawat inap.


Baca juga: Bedah Bariatrik (Sleeve Gastrectomy) Bukan Hanya untuk Menurunkan Berat Badan


Manfaat Bedah Bariatrik

Lebih dari sekadar menurunkan berat badan, membatasi porsi makan, dan menghilangkan rasa lapar bariatrik berperan sebagai alat bantu untuk mengubah gaya hidup pasien. Perlu dicatat bahwa bedah bariatrik itu tidaklah permanen. Lama kelamaan jika gaya hidup pasien tidak dijaga, kantung lambung dapat membesar lagi.


Pada masa awal setelah menjalani bariatrik, jumlah asupan makanan pasien menjadi lebih sedikit, sehingga harus lebih berfokus pada asupan protein. Pasien juga dibiasakan untuk mengunyah makanan dengan lebih baik dan pelan. Semuanya ini diharapkan dapat menciptakan sebuah gaya hidup yang baru, sehingga pada saat lambung melebar kembali, kebiasaannya tetap baik.


Jadi, jika ada anggapan bahwa bedah bariatrik adalah cara langsing atau cara turun berat badan yang cepat dan mudah, itu tidak tepat. Pasien harus punya keinginan dan disiplin, serta komitmen kuat untuk mengubah gaya hidupnya, demi menjaga kesehatan dalam jangka panjang.