Macam-macam teknologi pencitraan ortopedi terbagi menjadi dua, yakni pencitraan diagnosa (X-ray, CT-scan, MRI) dan pencitraan tindakan (C-arm).
Perkembangan teknologi telah meningkatkan pelayanan kesehatan secara menyeluruh. mulai dari pemeriksaan (diagnosa) hingga penanganan – pada akhirnya berefek pada peningkatan kenyamanan dan kecepatan penyembuhan pasien.
Hadirnya teknologi terbaru pun turut dirasakan pada penanganan permasalahan ortopedi. Dalam hal ini, perkembangan teknologi pencitraan telah berkontribusi secara signifikan dalam meningkatkan pelayanan untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan tulang, sendi, dan otot.
Berkutat dengan organ yang bersifat padat dan lunak, dibutuhkan alat pencitraan yang kompeten untuk dapat menganalisa keluhan yang dirasakan pasien. Di masa lalu, pencitraan dilakukan dengan menggunakan foto rontgen atau X-ray.
Sayangnya, alat ini hanya dapat mencitrakan organ yang bersifat padat, seperti tulang; dan lemah untuk mencitrakan jaringan lunak. Padahal, khususnya di tulang belakang, terdapat jaringan lunak penting yaitu saraf dan bantalan tulang belakang.
Menjawab kebutuhan tersebut, muncullah CT-scan yang memungkinkan pencitraan jaringan lunak dengan lebih baik. Sampai kemudian, hadir yang disebut magnetic resonance imaging (MRI).
Hadirnya MRI merupakan jawaban atas tantangan zaman. Dengan teknologi ini, dimungkinkan pencitraan untuk diagnosa yang lebih baik. Jika dibandingkan dengan dua teknologi sebelumnya, MRI memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut.
Hasil pemeriksaan yang lebih baik membuat penentuan tindakan menjadi lebih akurat. Dengan kelebihan tersebut, MRI menjadi standar pemeriksaan (golden standard) untuk penanganan muskuloskeletal (tulang, otot dan sendi) di beberapa pusat penanganan ortopedi.
Pada kasus tertentu, memang dibutuhkan pemeriksaan lanjutan sebagai penegasan pencitraan yang didapat dari MRI, misalnya saja PET scan, bonescan, ataupun bonesurvey. Selain itu, kelemahan dari MRI yang ada saat ini adalah hanya mampu mendeteksi sesuatu yang bersifat statis.
Sementara, rasa nyeri baru terasa jika pasien bergerak. Menjawab tantangan ini, sudah hadir Dynamic MRI. Dengan alat terbaru ini, pasien dapat diperiksa dalam posisi berdiri bahkan bergerak. Kabarnya, Dynamic MRI akan segera masuk ke Indonesia.
Hasil pemeriksaan yang baik pun harus didukung tindakan yang tepat. Hadirnya C-arm meningkatkan akurasi penanganan kasus ortopedi. Secara sederhana, C-arm bisa dibilang sebagai X-ray yang mobile. Dengan lengan yang berbentuk seperti huruf “C”, C-arm memungkinkan pencitraan dari berbagai sudut. Pencitraan yang menyeluruh ini sangat penting ketika melakukan tindakan agar penanganan yang dilakukan tepat sasaran dan tidak mengganggu atau merusak organ lain.
Sebelum hadirnya C-arm, sekitar 30 - 40 tahun yang lalu, tindakan ortopedi memanfaatkan mobile X-ray. Setelah dilakukan tindakan, pasien akan dipindai untuk mengetahui hasil tindakan yang dilakukan lalu menunggu hasil pencitraan. Proses akan berulang sampai tindakan yang dilakukan sudah tepat di sasaran. Sungguh membutuhkan waktu yang panjang.
Hadirnya C-arm memangkas proses tersebut. Pencitraan memanfaatkan C-arm hanya memerlukan waktu sekitar 10 menit. Dokter yang melakukan tindakan secara langsung dapat mengetahui daerah sasaran sehingga penanganan yang dilakukan pun langsung menuju ke titik yang menjadi sumber permasalahan.
Untuk menghindari kesalahan penanganan, di masa lalu open surgery menjadi jalan keluar terbaik. Manfaat lain dari kehadiran C-arm adalah dimungkinkannya tindakan invasif minimal untuk kasus-kasus yang dulu harus ditangani dengan open surgery. Hal ini tentu berdampak pada minimnya rasa nyeri yang dialami pasien serta percepatan masa penyembuhan.
Dengan hadirnya teknologi pencitraan tersebut, pelayanan kesehatan yang diberikan pun menjadi lebih baik. Terlebih, pasien tidak perlu lagi merasa takut dengan kesalahan dari tindakan yang dilakukan, serta masa penyembuhan yang panjang.
MRI (Magnetic Resonance Imaging) menggunakan gelombang magnet untuk menghasilkan gambar organ dan jaringan tubuh, sedangkan CT Scan (Computed Tomography) menggunakan sinar X untuk memindai tubuh. MRI lebih baik untuk melihat jaringan lunak, sementara CT Scan lebih cepat dan efektif untuk pemeriksaan tulang.
X-ray digunakan untuk melihat kondisi tulang, gigi, dan beberapa organ tubuh lainnya. Prosedur ini membantu mendeteksi patah tulang, infeksi, kelainan pada paru-paru, atau masalah gigi. X-ray juga sering digunakan untuk memeriksa kondisi tulang belakang atau dada.
CT Scan dapat membantu mendeteksi saraf kejepit, terutama jika disertai perubahan pada tulang atau struktur tubuh lainnya. Namun, MRI lebih efektif untuk melihat kondisi saraf secara lebih jelas. Untuk pemeriksaan saraf kejepit, MRI biasanya menjadi pilihan utama.
C-arm adalah alat radiologi portabel yang menggunakan sinar X untuk menghasilkan gambar langsung dari bagian tubuh yang sedang diperiksa. Alat ini sering digunakan dalam prosedur bedah, seperti pemasangan piringan tulang atau pemantauan posisi selama operasi, karena bisa bergerak dan fleksibel.
Keuntungan C-arm adalah kemampuannya memberikan gambaran real-time dengan kualitas tinggi, sehingga dokter dapat memantau prosedur bedah dengan akurat.