PELD: Minimal Invasive untuk Saraf Terjepit

Minggu, 03 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Penanganan saraf terjepit pada tulang belakang kini dapat dilakukan dengan tindakan invasif minimal

PELD: Minimal Invasive untuk Saraf Terjepit

Bentuk tulang belakang manusia sangat unik. Terdiri dari ruas-ruas spesifik yang memungkinkan manusia bisa bergerak meliuk-liuk. Tetapi, karena bentuk yang beruas-ruas ini, tidak jarang terjadi kondisi yang disebut Herniated Nucleus Pulposus/HNP (atau sering disebut saraf terjepit).


Di antara ruas-ruas tulang belakang, terdapat sendi (yang di belakang disebut facet joint sementara yang di depan disebut diskus intervertebral). Normalnya, diskus terdiri dari dinding (annulus) dan inti (yang berupa seperti jel).


Annulus merupakan bagian yang sangat kuat, karena berfungsi sebagai penahan beban saat kita beraktivitas. Tetapi dalam keadaan tertentu, annulus dapat pecah, ataupun robek. Robekan annulus ini menjadi jalur keluarnya saraf yang berada di belakang annulus dan menimbulkan rasa sakit yang menjalar dari bokong ketungkai bawah. Kondisi inilah yang disebut HNP.


Penyakit yang kerap dialami pada orang-orang di usia produktif ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:


  • Aktivitas ekstrem (loncat, angkat besi, dan lain-lain)
  • Jaringan kolagen yang lemah (genetik)
  • Ras (orang Kaukasia lebih berisiko dibanding orang Asia)
  • Berat badan berlebih (obesitas)
  • Jenis kelamin (pria lebih berisiko dibanding wanita)
  • Usia


Selain itu, makanan, polusi, serta aktivitas sehari-hari juga dapat menjadi faktor penunjang terjadinya HNP.


Jenis dan Cara Penanganan

Secara umum, terdapat tiga jenis HNP:


  • Protrusion: terlihat tonjolan pada tulang belakang tapi belum mengganggu saraf
  • Extrusion: inti diskus keluar dari dinding annulus dan menekan saraf
  • Sequestration: inti diskus yang keluar dari dinding annulus terlepas dari ruasnya, dan masuk ke rongga tulang belakang, serta sangat menekan saraf


Kasus protrusion dapat ditangani dengan terapi obat atau dibantu dengan fisioterapi dan perubahan perilaku (seperti aktivitas yang dilakukan serta cara duduk). Sementara, extrusion dan sequestration perlu ditangani dengan tindakan pembedahan, salah satunya Percutaneous Endoscopic Lumbar Discectomy (PELD).


Tindakan invasif minimal ini dilakukan dengan memasukkan alat berdiameter 6 milimeter melalui kulit menuju bantalan yang pecah atau sakit. Alat tersebut kemudian dihubungkan dengan kamera, sehingga kondisi bantalan dapat dilihat oleh dokter melalui monitor.


Tindakan ini hanya memerlukan pembiusan lokal di area sekitar kulit tempat alat tersebut dimasukkan.


Di masyarakat, terdapat pemikiran bahwa operasi pada tulang belakang dapat mengakibatkan kelumpuhan. Pemberian bius lokal memungkinkan dokter dapat terus berkomunikasi dengan pasien.


Saat tindakan berlangsung, dokter pun akan meminta pasien untuk menggerakkan kakinya untuk memastikan tidak adanya gangguan pada saraf. Karenanya, tidak perlu lagi ada kekhawatiran bahwa operasi pada tulang belakang, khususnya dengan PELD, dapat mengakibatkan kelumpuhan.


Melalui tindakan ini, inti diskus yang keluar akan diambil. Sementara, annulus yang pecah akan merapat secara alami. Karena tindakan ini invasifnya sangat minimal, tidak banyak jaringan yang cedera, dan nyeri setelah tindakan pun menjadi minim.


Maka itu, pemakaian obat pengurang rasa sakit yang kuat pun dapat dihindari dan proses pemulihan bisa lebih cepat dibanding dengan operasi terbuka.  


Yang perlu diingat, HNP dapat berulang jika Anda tidak mengubah perilaku aktivitas yang buruk ataupun berlebihan.