Operasi Kraniotomi Pembedahan untuk Kasus Stroke

Kamis, 14 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Otak senantiasa membutuhkan suplai darah segar untuk tetap hidup dan menjalankan fungsinya dengan baik

Operasi Kraniotomi Pembedahan untuk Kasus Stroke

Bekuan darah yang terjadi akibat stroke, terutama yang volumenya besar dan menimbulkan pendesakan hebat terhadap otak, perlu dioperasi sebagai upaya penyelamatan. Operasi yang mumpuni adalah kraniotomi.


Ini adalah tindakan membuat lubang pada tulang tengkorak atau wadah otak untuk mengurangi tekanan atau desakan terhadap otak di dalamnya, juga untuk mengambil penyakit atau memperbaiki struktur otak yang mengalami gangguan. Tindakan operasi kraniotomi dilakukan untuk membuat akses guna mencapai bagian-bagian otak yang perlu diperbaiki.


Persiapan Operasi

Operasi untuk kasus stroke, umumnya, merupakan kasus gawat darurat yang dilakukan beberapa jam sebelumnya. Menjelang tindakan operasi, pasien akan ditangani oleh perawat dan penata bius.


Sebagian atau seluruh rambut kepala akan dicukur gundul (pada hampir semua kasus), dengan maksud mengurangi potensi risiko infeksi. Infus (IV line) akan dipasang pada lengan, sehingga obat-obatan dan cairan dapat secara efektif diberikan lewat jalur ini. Pembiusan yang diterapkan adalah pembiusan umum. Operasi kraniotomi biasanya berlangsung sekitar 3—5 jam bahkan lebih.


Tindakan operasi diawali dengan membuat sayatan pada kulit kepala dan kemudian dibuat beberapa lubang (berdiameter kira- kira 1 sentimeter) dengan bor. Selanjutnya, tulang di antara tiap lubang akan dipotong, sehingga terbentuk suatu potongan tulang tengkorak yang dapat dilepas.


Setelah itu, selaput pembungkus otak disayat serta dibuka untuk mencapai jaringan otak. Langkah selanjutnya disesuaikan terhadap penyakit atau problematika yang dihadapi dengan hati-hati untuk menghindari atau merusak bagian otak yang normal.


Setelah berhasil mengatasi penyakit atau gangguan pada otak, maka selaput pembungkus otak akan segera dijahit kembali. Pada sebagian besar kasus, potongan tulang akan dipasang kembali dan direkatkan dengan menggunakan ikatan kawat, benang, atau pelat logam kecuali pada kondisi tertentu semisal kasus pembengkakan otak yang hebat.


Sayatan kulit kepala ditutup dengan jahitan benang atau staples. Adakalanya juga dipasang selang drain dengan maksud mengalirkan sisa-sisa darah untuk beberapa hari.


Ada beberapa tindakan operasi lain pada kepala (selain kraniotomi) yang dilakukan secara mandiri atau bersamaan dengan kraniotomi.


Salah satu di antaranya adalah operasi pemasangan shunt, yakni tindakan pemasangan selang pintas (shunt) yang ditujukan untuk mengurangi tekanan pada otak dengan jalan mengalirkan cairan otak dari dalam kepala ke rongga perut untuk selanjutnya diserap di sana.


Baca juga: MRA: Agar Tak Terserang Stroke


Pengobatan Tambahan

Obat-obatan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani operasi kraniotomi diperuntukan mengatasi efek samping dan membantu memberi kenyamanan pada pasien. Obat-obatan tersebut antara lain steroid untuk mengatasi pembengkakan otak.


Efek samping obat ini dapat berupa perubahan tekanan darah, peningkatan berat badan, gangguan maag, meningkatkan risiko infeksi, dan perubahan emosi. Obat lainnya adalah anti-kejang untuk mencegah terjadinya kejang.


Pada beberapa kasus perdarahan akibat adanya tumor ganas otak, biasanya setelah menjalani tindakan operasi, pasien juga diberikan tambahan pengobatan kemoterapi dan radiasi. Kemoterapi ditujukan untuk membunuh sel- sel kanker.


Obat ini diminum atau dimasukkan ke dalam sirkulasi darah guna menghentikan siklus kehidupan semua sel kanker sehingga tumor atau kankernya akan mati. Sementara, radiasi bertujuan untuk menghambat pertumbuhan tumor. Radiasi sinar X ini tidak menimbulkan rasa sakit atau nyeri.