Telah menjalani operasi sesar pada kehamilan sebelumnya bukan berarti tak bisa melakukan persalinan normal (vaginal birth) pada kelahiran selanjutnya. VBAC kini cukup umum dilakukan, kok. Adakah syaratnya? Simak pada artikel berikut, yuk.
Para ibu mungkin sudah cukup akrab dengan istilah VBAC/vaginal birth after cesarean, yaitu persalinan pervaginam setelah sebelumnya menjalani persalinan melalui bedah sesar. Persalinan pervaginam ini juga bermacam-macam jenisnya, meliputi persalinan normal tanpa alat bantu, serta persalinan normal menggunakan alat bantu vakum atau forsep ketika persalinan mengalami hambatan.
Ibu dengan riwayat persalinan sesar pasti akan mempertimbangkan metode persalinan yang paling tepat dan sesuai pada kehamilan selanjutnya. Ada beberapa hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan, yaitu:
Kemungkinan tingkat keberhasilan VBAC
Sebelum tahun 1970an, salah satu ilmuwan kebidanan dan kandungan di Amerika mengungkapkan bahwa sekali sudah dilakukan sesar, maka persalinan selanjutnya juga harus dilakukan dengan sesar. Sejak periode tersebut, jumlah persalinan sesar meningkat secara global. Namun, ada hal yang tidak diketahui banyak orang, bahwa persalinan sesar hanya dapat dilakukan dengan kriteria tertentu, misalnya:
Seiring dengan meningkatnya jumlah persalinan sesar di Amerika dan seluruh dunia, pada 1980, World Health Organization (WHO) mendorong para dokter dan tenaga kesehatan untuk mendukung tindakan VBAC. Berkat keputusan tersebut, sudah tak sedikit lagi jumlah para ibu yang telah menjalani VBAC. Sekitar 75 persen perempuan berhasil melahirkan anak selanjutnya secara normal setelah menjalani persalinan sesar.
Ada beberapa faktor yang meningkatkan keberhasilan VBAC, seperti:
Kelebihan dari VBAC yang sukses:
Walaupun memiliki banyak manfaat, VBAC tetap punya beberapa kekurangan. Pada kondisi tertentu, misalnya kemajuan persalinan normal tidak sesuai yang diharapkan, mungkin saja diperlukan operasi persalinan sesar darurat. Hal ini terjadi pada sekitar 25 persen percobaan VBAC. Selain itu, ada risiko robekan rahim yang dapat terjadi pada sekitar 1 dari 200 perempuan yang melakukan VBAC. Risiko ini meningkat 2-3 kali apabila dilakukan induksi persalinan. Kemungkinan lainnya yang yang lebih tinggi adalah akan terjadinya persalinan pervaginam dengan dibantu alat vakum atau forsep.
Lalu, kapankah VBAC kurang disarankan?
Persalinan VBAC kurang disarankan apabila terdapat riwayat persalinan sesar di atas 3 kali, riwayat robekan rahim pada persalinan sebelumnya, adanya sayatan rahim klasik/vertikal yang meliputi bagian atas rahim, dan ada kondisi medis yang membuat persalinan pervaginam menjadi berisiko, misalnya plasenta previa atau mioma.
Untuk menentukan metode persalinan yang paling tepat dan aman, sebaiknya diskusikan terlebih dahulu dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Ketika telah diputuskan untuk merencanakan persalinan VBAC, sebaiknya persalinan dilakukan di rumah sakit agar jika sewaktu-waktu dibutuhkan operasi sesar darurat, hal tersebut dapat terlaksana secara cepat.
Ibu hamil yang merencanakan VBAC dapat segera datang ke rumah sakit apabila sudah merasakan kontraksi yang teratur ataupun ketuban pecah. Diskusikan pula sebelumnya dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan dan dokter spesialis anestesi mengenai pilihan antinyeri seperti epidural saat persalinan, supaya persalinan terasa lebih nyaman.
Spesialis Obstetri dan Ginekologi
RS Pondok Indah - Bintaro Jaya