Kaum Pria, Waspada Kanker Prostat!

Jumat, 06 Desember 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Pengobatan kanker prostat meliputi operasi, radioterapi, kemoterapi, terapi hormon, atau pengawasan aktif, tergantung stadium dan kondisi pasien.

Kaum Pria, Waspada Kanker Prostat!

Kanker prostat merupakan kanker kedua terbanyak yang terjadi pada pria (GLOBOCAN 2020) dan sering terjadi pada usia di atas 50 tahun. Prostat merupakan kelenjar yang berukuran kurang lebih sebesar buah kenari dan terletak di bawah kandung kemih, serta menyelubungi saluran kencing yang disebut urethra. Kelenjar ini menghasilkan cairan yang berfungsi untuk memberikan proteksi dan nutrisi bagi sperma.


Kanker prostat terjadi ketika sel-sel prostat tumbuh tidak terkontrol. Kanker ini umumnya merupakan kanker yang berkembang lambat. Pasien dengan kanker prostat tidak memiliki gejala hingga penyakitnya berkembang ke tahap lanjut. Kanker prostat yang berhasil didiagnosis pada tahap awal memiliki peluang survival yang baik. Itulah pentingnya melakukan screening secara rutin. Pemeriksaan prostat rutin, harus dilakukan oleh pria berusia 50 tahun ke atas. Pada pria dengan faktor risiko tinggi menderita kanker prostat, pemeriksaan sebaiknya dilakukan lebih awal dan rutin setiap 6 bulan sampai dengan setahun sekali.


Penyebab dan Faktor Risiko Kanker Prostat

Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya kanker prostat.


Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko timbulnya kanker prostat, antara lain:


1. Riwayat Keluarga

Kanker prostat dapat diturunkan secara genetik, meskipun banyak juga ditemukan kasus kanker prostat tanpa riwayat keluarga. Seorang pria dengan ayah atau saudara laki-laki dengan kanker prostat memiliki risiko dua kali lipat mengalami kanker prostat.


2. Usia

Kanker prostat umumnya terjadi pada pria berusia di atas 50 tahun. Namun, pada pria dengan riwayat keluarga positif kanker prostat, kanker dapat terjadi di usia lebih muda.


3. Ras Tertentu

Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, pria kulit hitam memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker prostat, begitu pula dengan ras kaukasia


4. Pola Makan

Mengonsumsi daging merah dan makanan tinggi lemak dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat.


5. Obesitas

Pria dengan obesitas memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker prostat dibandingkan pria dengan berat badan yang ideal.


6. Infeksi Prostat

Riwayat infeksi prostat kronis atau berulang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat.


Gejala dan Tanda Kanker Prostat

Keganasan pada prostat tidak memiliki gejala khusus pada fase awal sehingga sulit untuk dikenali. Pada tahap perkembangan penyakitnya lebih lanjut, gejala yang dapat ditemukan antara lain: kencing darah, gangguan berkemih berupa; pancaran kencing lemah, meningkatnya frekuensi berkemih, sering terbangun untuk buang air kecil pada malam hari, dan urgensi berkemih.


Pada tahap lanjut di mana kanker sudah menyebar keluar dari prostat, penderita dapat mengalami nyeri tulang, sesak napas, hingga penurunan kesadaran.


Diagnosis Kanker Prostat


Pemeriksaan Awal


Digital Rectal Examination (Colok Dubur)

Pada kanker prostat sering dijumpai nodul/benjolan pada prostat dan perabaan prostat yang mengeras.


Prostate Specific Antigen (PSA)

PSA adalah protein yang spesifik dihasilkan oleh prostat. Nilai PSA normal berkisar antara 0-4. Peningkatan nilai PSA di atas normal merupakan indikasi pemeriksaan lanjutan kanker prostat


Pemerikaan Radiologi dan Biopsi Prostat


A. USG prostat dan biopsi prostat transrectal

USG akan memberikan gambaran anatomi prostat. Ukuran volume prostat ataupun perubahan homogenitas dan lesi spesifik pada kelenjar prostat juga dapat ditemukan pada pemeriksaan USG. USG transrectal juga dapat digunakan sebagai panduan pada tindakan biopsi prostat. Indikasi dilakukannya biopsi meliputi; peningkatan nilai PSA lebih dari 4 dan penemuan positif pada colok dubur.


B. MRI prostat multiparametric dan biopsi prostat robotik transperineal

MRI akan memberikan gambaran lebih detail terkait anatomi dan struktur dari jaringan prostat dibandingkan USG sehingga memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dalam mendeteksi kanker prostat. Saat ini sudah berkembang tindakan biopsi prostat transperineal secara robotik dengan panduan hasil pemeriksaan MRI prostat. Dengan teknik ini, biopsi dapat dilakukan lebih terarah pada daerah atau lesi yang dicurigai ganas. Namun, belum banyak rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang memiliki fasilitas ini.


Pemeriksaan Lanjutan

Untuk mengetahui apakah kanker masih terbatas pada kelenjar prostat atau telah menyebar keluar dari prostat perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan, meliputi: bone scan, CT scan whole abdomen, atau dengan PET scan.


Penanganan Kanker Prostat

Terapi untuk kanker prostat meliputi; operasi pengangkatan prostat dan jaringan sekitar, termasuk kelenjar getah bening (radikal prostatektomi), radiasi, terapi hormonal, dan kemoterapi. Pemilihan terapi dilakukan berdasarkan klasifikasi risiko pertumbuhan kanker, usia, komorbid atau penyakit yang dimiliki oleh pasien, serta stadium kanker pasien.


Kanker prostat yang terdiagnosis pada stadium awal memiliki peluang survival yang lebih baik. Namun demikian, ketika kanker terdeteksi pada tahap lebih lanjut, bahkan ketika sudah menyebar ke organ lain, penanganan akan jauh lebih sulit. Karenanya, jika Anda memiliki faktor risiko kanker prostat atau sudah menginjak usia 50 tahun ke atas, jangan lupa lakukan screening rutin kondisi kesehatan Anda ya.


FAQ Penanganan Kanker Prostat


Bagaimana Cara Menanggulangi Kanker Prostat?

Cara menanggulangi kanker prostat meliputi pengobatan seperti pembedahan, radioterapi, terapi hormon, atau kemoterapi, tergantung pada tingkat keparahan dan stadium kanker. 


Apakah Kanker Prostat Harus Dioperasi?

Kanker prostat tidak selalu harus dioperasi. Keputusan untuk operasi tergantung pada stadium kanker, usia, dan kondisi kesehatan pasien. Terkadang, pengobatan lain seperti radioterapi atau terapi hormon bisa menjadi pilihan. 


Apa Resiko Operasi Prostat?

Risiko operasi prostat meliputi infeksi, pendarahan, cedera pada organ sekitar, serta masalah seperti disfungsi ereksi atau inkontinensia urin. Meskipun risiko ini ada, operasi biasanya dilakukan setelah mempertimbangkan manfaat dan kondisi pasien secara keseluruhan.