Mengenal Katarak Kongenital, Salah Satu Penyebab Gangguan Penglihatan pada Bayi

Oleh Tim RS Pondok Indah

Rabu, 28 Mei 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Katarak kongenital merupakan katarak yang terjadi sejak lahir. Kondisi ini menyebabkan gangguan penglihatan permanen pada anak jika tidak ditangani sedini mungkin.

Mengenal Katarak Kongenital, Salah Satu Penyebab Gangguan Penglihatan pada Bayi

Mungkin Anda lebih sering mendengar kasus katarak pada orang dewasa atau lansia. Nyatanya, kondisi ini bisa terjadi sejak lahir atau yang disebut dengan katarak kongenital. Kondisi ini merupakan jenis katarak yang dapat menyerang mata bayi dan anak.


Katarak pada bayi merupakan kondisi yang cukup jarang terjadi, yakni sekitar 3–4 kasus per 10.000 kelahiran hidup. Meski begitu, gejalanya tidak boleh diabaikan karena katarak kongenital bisa menyebabkan masalah penglihatan, bahkan kebutaan. 


Apa itu Katarak Kongenital?

Lensa alami mata normalnya berwarna bening agar cahaya bisa masuk ke retina. Namun, pada penderita katarak, lensa mata berubah keruh karena adanya kerusakan protein pada lensa. Kerusakan protein ini membentuk bercak yang menutupi bagian bening pada lensa mata. Bila terjadi pada bayi baru lahir, katarak dapat memicu gangguan penglihatan jangka panjang atau mata malas (amblyopia).   


Baca juga: Kenali Berbagai Jenis Infeksi Perinatal dan Pencegahannya



Gejala Katarak Kongenital pada Bayi

Karena bayi belum bisa mengeluhkan kondisi yang dialaminya, penting bagi orang tua untuk mengenali ciri mata katarak pada bayi supaya bisa ditangani sejak dini.


Berikut ini adalah beberapa gejala katarak pada bayi yang bisa diamati:


  • Muncul “mata kucing” atau refleks putih pada pupil saat terkena cahaya
  • Pupil yang seharusnya berwarna hitam menjadi putih atau abu-abu
  • Gerakan mata yang cepat dan tidak terkendali (nistagmus)
  • Bayi tidak menyadari dunia di sekitarnya secara visual
  • Bayi tidak merespons saat orang di hadapannya melakukan kontak mata  


Baca juga: Pemeriksaan Dini Demi Kesejahteraan Bayi


Penyebab dan Faktor Risiko Katarak Kongenital 

Sebagian kasus katarak kongenital tidak diketahui penyebabnya. Namun, anak dengan beberapa kondisi di bawah ini memiliki risiko mengalami katarak kongenital lebih tinggi:


  • Kelainan genetik, seperti sindrom Down, sindrom Lowe, atau sindrom Hallermann-Streiff
  • Faktor genetik, atau memiliki riwayat keluarga yang juga mengalami katarak kongenital
  • Infeksi yang terjadi pada ibu selama hamil, contohnya toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan varicella
  • Konsumsi obat-obatan tanpa resep dokter atau paparan zat beracun selama kehamilan
  • Cedera pada mata bayi setelah lahir


Kapan Harus ke Dokter?

Katarak pada bayi yang tidak ditangani bisa mengganggu perkembangan mata anak Anda di masa pertumbuhannya. Akibatnya, anak bisa mengalami masalah penglihatan jangka panjang yang bersifat permanen. 


Jadi, jangan tunda untuk berkonsultasi ke dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat apabila Anda mencurigai bahwa si Kecil terkena katarak kongenital. Dokter spesialis kami akan memeriksa kondisi bayi Anda dengan bantuan teknologi medis terkini untuk hasil diagnosis yang akurat. Deteksi dini dapat mengurangi risiko terjadinya gangguan penglihatan di masa depan. 


Baca juga: Vaksin Hepatitis B untuk Anak



Diagnosis Katarak Kongenital 

Diagnosis katarak kongenital dilakukan dengan berbagai pemeriksaan oleh dokter spesialis anak. Pemeriksaan dimulai dari wawancara dengan orang tua bayi mengenai gejala yang diamati serta ada tidaknya riwayat konsumsi obat saat hamil, infeksi selama kehamilan, keluarga dengan kelainan genetik, atau keluarga dengan katarak kongenital.  


Kemudian, dokter anak akan melakukan pemeriksaan kesehatan secara umum, khususnya pemeriksaan mata. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan anak mengalami katarak kongenital, dokter akan merujuk anak ke dokter mata guna mendapatkan penanganan yang sesuai. 


Untuk diagnosis yang akurat, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang yang meliputi:



Baca juga: Pemeriksaan Kehamilan Tentukan Kualitas Hidup Anak


Pengobatan Katarak Kongenital 

Setelah diagnosis katarak kongenital ditegakkan, dokter akan menilai tingkat keparahan untuk menentukan pengobatan. Jika katarak tidak sampai mengganggu fungsi penglihatan anak, penanganan cukup dilakukan dengan memantau kondisi mata secara berkala. 


Namun, jika kekeruhan pada lensa mata sudah menghalangi pandangannya, pengobatan dilakukan dengan operasi katarak.


Operasi katarak pada bayi atau anak bertujuan untuk mengangkat lensa alami mata yang terdampak. Pada beberapa kasus, pemasangan lensa intraokular (IOL) juga mungkin dilakukan untuk menggantikan lensa yang sudah keruh, sehingga fungsi penglihatan bayi atau anak tetap terjaga. 


Untuk hasil yang optimal, tindakan operasi katarak kongenital dilakukan saat bayi berusia sekitar 4–6 minggu jika salah satu mata yang terdampak, dan 6–8 minggu jika kedua mata terdampak. 

Setelah lensa mata diangkat, buah hati Anda memerlukan alat bantu untuk mendukung pemulihan serta perkembangan penglihatannya, seperti:


  • Pemakaian lensa kontak 
  • Penggunaan kaca mata 
  • Occlusion therapy dengan memakai penutup mata sementara


Baca juga: Mengenal Tes OAE dan BERA untuk Menghindari Risiko Gangguan Pendengaran Seja


Komplikasi Katarak Kongenital 

Jika tidak ditangani sejak dini, katarak pada bayi bisa memicu berbagai komplikasi, seperti:


  • Amblyopia (mata malas)
  • Ablasi retina
  • Menumpuknya cairan di antara lapisan retina
  • Kelainan pada pupil
  • Terhambatnya perkembangan visual anak


Pencegahan Katarak Kongenital

Katarak kongenital tidak bisa dicegah sepenuhnya, terutama jika disebabkan oleh kelainan genetik. Namun, ada berbagai langkah yang bisa Anda lakukan untuk menurunkan risiko terjadinya kondisi ini pada bayi saat ia lahir, di antaranya:


  • Melakukan pemeriksaan prakehamilan maupun kontrol kehamilan, terutama bagi yang memiliki keluarga dengan riwayat katarak kongenital atau sindrom tertentu. 
  • Mendapatkan vaksinasi Rubella sebelum hamil. 
  • Memastikan semua hidangan diolah dengan cara higienis sebelum dikonsumsi. 
  • Menghindari kontak langsung dengan kotoran hewan. 
  • Tidak boleh mengonsumsi obat tanpa resep dokter. 
  • Menghindari paparan zat berbahaya, termasuk asap rokok dan pestisida. 
  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil.


Katarak kongenital memang terbilang jarang, tetapi Anda tidak boleh lengah sebab penyakit ini dapat memengaruhi proses tumbuh kembang si Kecil secara signifikan. Oleh sebab itu, jangan ragu untuk memeriksakan si Kecil ke dokter spesialis anak bila ia menunjukkan gejala katarak kongenital, terutama bila ada riwayat keluarga yang mengalami katarak atau anak diketahui mengalami gangguan metabolik.


Dokter spesialis anak di RS Pondok Indah akan melakukan pemeriksaan dan penanganan yang holistik dengan bantuan dari tim medis terkait. Dokter spesialis anak juga dapat bekerja sama dengan dokter spesialis mata untuk memberikan perawatan multidisiplin demi mendukung tumbuh kembang buah hati Anda.


Baca juga: Siapkan Kehamilan Anda dengan Imunisasi



FAQ


Apakah Katarak Kongenital Bisa Karena Faktor Keturunan?

Ya, faktor keturunan merupakan salah satu penyebab katarak kongenital. Gen tertentu dapat memengaruhi proses pembentukan lensa mata bayi saat di dalam kandungan sehingga menyebabkan kelainan bawaan ini.


Namun, tidak semua katarak kongenital disebabkan oleh faktor keturunan. Kondisi ini juga dapat terjadi karena adanya infeksi, kekurangan nutrisi, atau paparan zat berbahaya selama kehamilan.


Kenapa Bayi Baru Lahir Bisa Katarak?

Bayi baru lahir bisa mengalami katarak karena berbagai faktor, yakni:


  • Riwayat keluarga dengan katarak
  • Kelainan genetik
  • Infeksi selama kehamilan (seperti rubella atau cacar air)
  • Kekurangan nutrisi selama di dalam kandungan
  • Paparan zat beracun selama di dalam kandungan
  • Cedera pada mata bayi setelah lahir


Kenapa Anak Bisa Terkena Katarak?

Katarak pada anak dapat disebabkan oleh faktor keturunan, cedera, infeksi, atau penyakit gangguan metabolik, seperti diabetes. Selain itu, kondisi medis tertentu dan paparan zat beracun juga bisa mempengaruhi kesehatan lensa mata anak.


Apakah Normal Jika Bayi Baru Lahir Memiliki Mata Keruh?

Mata keruh pada bayi baru lahir bukanlah kondisi yang normal dan harus segera diperiksakan ke dokter spesialis anak. Kondisi ini dapat mengindikasikan katarak kongenital ataupun kelainan mata lain yang memerlukan penanganan medis.


Jika dibiarkan, mata keruh dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen dan bahkan kebutaan pada bayi.



Referensi:

  1. Ito M, Negishi T, et al,. Early Detection and Treatment of Congenital Cataracts Using Fetal Ultrasound: A Case of a Newborn With a Family History of Congenital Cataracts. Cureus. 2024. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10901674/). Diakses pada 13 Mei 2025. 
  2. American Academy of Ophthalmology. Cataracts in Children, Congenital and Acquired. (https://eyewiki.org/Cataracts_in_Children,_Congenital_and_Acquired). Direvisi terakhir 22 Januari 2025. Diakses pada 13 Mei 2025.
  3. Cleveland Clinic. Cataracts (Age-Related). (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/8589-cataracts-age-related#symptoms-and-causes). Direvisi terakhir 7 Maret 2023. Diakses pada 13 Mei 2025. 
  4. Mayo Clinic. Cataracts. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cataracts/diagnosis-treatment/drc-20353795). Direvisi terakhir 28 September 2023. Diakses pada 13 Mei 2025.         
  5. Mayo Clinic. Yes, Babies and Children Get Cataracts, Too. (https://www.mayoclinic.org/vid-20430322). Diakses pada 13 Mei 2025.