Oleh Tim RS Pondok Indah
Kenali penyebab epilepsi kambuh dan cara mencegahnya! Dari manajemen stres hingga pentingnya konsumsi obat teratur. Baca selengkapnya di sini.
Epilepsi adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan kejang berulang akibat aktivitas listrik abnormal di otak. Meski pengobatan dapat membantu mengontrol kejang, beberapa faktor dapat memicu kekambuhan. Memahami penyebab dan cara mencegahnya dapat membantu Anda mengurangi risiko kejang mendadak. Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Tubuh dan otak membutuhkan waktu istirahat yang cukup untuk memulihkan diri. Ketika Anda kurang tidur atau terlalu lelah, sistem saraf menjadi lebih sensitif dan mudah terpicu. Pola tidur yang tidak teratur atau sering begadang bisa membuat otak bekerja lebih keras dari seharusnya, sehingga meningkatkan kemungkinan kejang muncul kembali.
Perasaan tertekan, cemas berlebihan, atau beban pikiran yang terus-menerus dapat mengacaukan keseimbangan alami otak. Kondisi ini seperti memberi tekanan tambahan pada sistem saraf yang sudah rentan. Mengelola stres dengan baik bukan hanya baik untuk kesehatan mental, tapi juga membantu mencegah kekambuhan epilepsi.
Obat epilepsi bekerja seperti penjaga yang mengatur aktivitas otak agar tetap stabil. Ketika Anda melewatkan dosis atau mengubah jadwal minum obat tanpa petunjuk dokter, perlindungan ini menjadi kurang efektif. Konsistensi dalam pengobatan sangat penting untuk menjaga agar kejang tidak mudah kembali.
Alkohol dan zat adiktif lainnya tidak hanya mengurangi efektivitas obat, tapi juga langsung memengaruhi cara kerja otak. Zat-zat ini bisa mengganggu sinyal-sinyal penting di sistem saraf, membuatnya lebih rentan terhadap kekacauan yang memicu kejang.
Bagi sebagian orang, cahaya berkedip cepat bisa seperti 'kode' yang salah bagi otak. Stimulasi visual yang intens dari layar elektronik, lampu disko, atau pantulan cahaya tertentu dapat memicu reaksi berantai di otak yang berujung pada kejang.
Khususnya pada wanita, naik turunnya hormon selama siklus bulanan atau masa tertentu seperti kehamilan bisa memengaruhi kemunculan kejang. Estrogen dan progesteron yang tidak seimbang terkadang membuat sistem saraf lebih sensitif daripada biasanya.
Ketika demam tinggi atau infeksi menyerang, tubuh sedang berjuang melawan penyakit. Kondisi ini membuat sistem saraf bekerja ekstra keras, sehingga lebih mudah 'kewalahan' dan memicu kejang. Menjaga kesehatan secara menyeluruh adalah kunci penting untuk mencegah hal ini.
Konsistensi dalam mengonsumsi obat antiepilepsi sangat penting untuk mencegah kekambuhan. Anda dapat menggunakan alarm di ponsel sebagai pengingat, selalu menyiapkan obat cadangan saat bepergian, dan tidak menghentikan pengobatan tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu karena hal ini dapat memicu kejang berulang.
Stres yang berlebihan dapat menjadi pemicu kejang bagi penyandang epilepsi. Anda dapat mencoba teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga secara rutin, berbagi dengan keluarga atau profesional jika diperlukan, serta menghindari beban pekerjaan yang terlalu berat agar tidak mudah stres.
Kurang tidur merupakan salah satu faktor yang dapat memicu epilepsi kambuh. Sebaiknya Anda tidur 7-8 jam setiap malam dengan jadwal teratur, menghindari begadang atau perubahan jam tidur mendadak, serta mengurangi paparan layar gadget sebelum tidur karena dapat mengganggu kualitas istirahat.
Bagi yang sensitif terhadap cahaya, stimulasi visual tertentu dapat memicu kejang. Anda dapat menggunakan kacamata anti-silau saat diperlukan, menjaga jarak aman dari layar elektronik, serta mengatur pencahayaan ruangan agar nyaman dan tidak terlalu menyilaukan untuk meminimalkan risiko.
Konsumsi alkohol dan kafein berlebihan dapat meningkatkan risiko kejang. Sebaiknya Anda menghindari minuman beralkohol, mengurangi asupan kopi dan teh kental, serta memperbanyak minum air putih untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan baik.
Pola hidup sehat membantu mengelola epilepsi lebih optimal. Anda dapat mengonsumsi makanan bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik ringan secara teratur, serta menjaga berat badan ideal karena kondisi tubuh yang sehat dapat mendukung pengobatan epilepsi.
Pemeriksaan berkala ke dokter spesialis saraf sangat penting untuk memantau kondisi. Anda perlu melaporkan jika ada perubahan pola kejang yang dialami, serta mendiskusikan efek samping obat yang mungkin dirasakan agar dokter dapat memberikan penanganan yang tepat.
Jika kejang semakin sering kambuh, durasinya lebih panjang, atau disertai gejala lain seperti penurunan kesadaran, segera konsultasikan ke dokter spesialis neurologi. Deteksi dini dan penanganan tepat dapat membantu Anda hidup lebih produktif dengan epilepsi.
Tidak semua kasus bisa dicegah, tetapi risikonya bisa dikurangi. Selalu gunakan helm saat berkendara, jauhi alkohol/rokok selama hamil, dan lengkapi vaksinasi untuk hindari infeksi otak. Untuk yang sudah punya epilepsi, patuhi minum obat, tidur cukup, kelola stres, dan hindari pemicu seperti lampu berkedip.
Kejang kambuh biasanya dipicu oleh kurang tidur, stres, lupa minum obat, alkohol, atau perubahan hormonal (misal saat menstruasi). Beberapa orang juga sensitif terhadap lampu berkedip. Catat pemicu pribadi Anda, minum obat teratur, dan jaga pola hidup stabil untuk mengurangi kekambuhan.
Saat kejang, baringkan penderita di tempat aman, jauhkan benda berbahaya, dan miringkan tubuhnya. Jangan memasukkan apapun ke mulut atau tahan gerakannya. Kejang biasanya berhenti sendiri dalam 1-2 menit. Jika lebih dari 5 menit, segera cari bantuan medis. Pencegahan utama: minum obat teratur dan hindari pemicu.
Tidak, tapi bagi penderita epilepsi fotosensitif (3% kasus), layar berkedip cepat bisa memicu kejang. Kurangi risiko dengan atur kecerahan layar, istirahatkan mata tiap 20 menit, dan hindari menatap layar dalam gelap. Penggunaan gadget normal umumnya aman asal tidak menyebabkan kelelahan berlebihan.
Epilepsi adalah kejang berulang tanpa pemicu jelas. Kejang biasa (non-epilepsi) bisa karena demam tinggi, gula darah rendah, atau keracunan. Diagnosis epilepsi butuh setidaknya dua kali kejang tanpa pemicu, atau satu kali kejang plus hasil EEG yang khas. Pemeriksaan MRI/EEG membantu menentukan penyebab pastinya.
Referensi: