Patah Tulang Pinggul ke Dokter Apa?

Patah tulang pinggul bisa saja terjadi akibat cedera saat berolahraga, kecelakaan, terjatuh, proses penuaan, maupun karena berbagai jenis kondisi medis, termasuk osteoporosis. Pasien patah tulang pinggul bisa mengalami gejala nyeri hebat di pinggul, sulit menggerakkan pinggul dan kaki, adanya benjolan dan memar di area pinggul, serta bentuk pinggul tampak tidak normal (deformitas). 

Patah tulang pada daerah pinggul termasuk salah satu kasus darurat medis. Sebab selain menyebabkan penderitanya sulit bergerak atau menghambat mobilitas, kondisi ini juga berisiko menyebabkan komplikasi berupa emboli paru, yang bisa mengancam nyawa. Oleh sebab itu, kondisi ini perlu segera diatasi oleh dokter spesialis yang tepat agar pasien bisa segera beraktivitas seperti sedia kala dan komplikasinya bisa dicegah.

Patah Tulang Pinggul ke Dokter Apa?

Patah tulang pinggul perlu diperiksakan ke dokter spesialis ortopedi konsultan Hip and Knee maupun dokter spesialis ortopedi konsultan Hip and Knee, Adult Reconstruction, Trauma, and Sports untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Dokter dengan gelar Sp. OT ini memiliki kompetensi untuk memeriksa dan memberikan penanganan terkait gangguan kesehatan pada tulang, sendi, ligamen, otot, tendon, sekaligus saraf di daerah pinggul hingga lutut. Oleh karena itu, kasus patah tulang pinggul juga menjadi salah satu kompetensi dari dokter tulang subspesialis pinggul dan lutut.

Dokter Spesialis Ortopedi

Agar patah tulang pinggul yang Anda alami bisa diatasi dengan optimal, dokter spesialis ortopedi perlu melakukan serangkaian pemeriksaan untuk menentukan penyebab patah tulang pinggul serta menentukan tingkat keparahannya.

Pemeriksaan Patah Tulang Pinggul oleh Dokter Spesialis Ortopedi

Dalam upaya memberikan penanganan yang tepat, dokter spesialis ortopedi akan mengajukan beberapa pertanyaan seputar keluhan dan kondisi kesehatan Anda. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, khususnya pada area pinggul Anda. Pemeriksaan tersebut meliputi komponen:

• Look, atau pengamatan terhadap perubahan warna daerah pinggul, ada tidaknya luka terbuka maupun tulang yang mencuat, perdarahan, perubahan bentuk pinggul, serta pembengkakan
• Feel, merupakan pemeriksaan dengan menyentuh pinggul untuk mengetahui adanya nyeri, perubahan suhu, maupun krepitasi (suara derik tulang yang patah)
• Move, yang dilakukan untuk memeriksa kemampuan gerak aktif maupun pasif dari sendi pinggul sekaligus kekuatan otot di daerah yang terdampak

Beberapa pemeriksaan penunjang, seperti Rontgen, CT-Scan, dan MRI, juga akan disarakan untuk mengetahui letak tulang yang patah serta menilai keparahannya.

Penanganan Patah Tulang Pinggul oleh Dokter Spesialis Ortopedi

Pengobatan patah tulang pinggul yang diberikan oleh dokter spesialis ortopedi akan disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Penanganan akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasari patah tulang pinggul, tingkat keparahannya, serta kondisi kesehatan pasien.

Berikut ini adalah beberapa penanganan yang dimaksud:

• Peresepan obat-obatan pereda nyeri untuk membantu meredakan rasa sakit
• Peresepan obat-obatan pengencer darah, untuk mencegah komplikasi berupa emboli paru
• Operasi, yang dilakukan dengan menyatukan tulang pinggul yang patah atau penggantian tulang pinggul (artroplasti pinggul) bagi lansia 
• Fisioterapi untuk mempercepat proses pemulihan dan mengembalikan fungsi sendi pinggul seperti sedia kala

Patah tulang pinggul adalah kondisi serius dan perlu ditangani oleh dokter yang tepat agar pasien bisa kembali beraktivitas. Jadi, jangan tunda untuk membuat janji temu dengan dokter spesialis ortopedi di RS Pondok Indah cabang agar patah tulang pinggul bisa ditangani dengan hasil yang optimal.

Dokter tulang di RS Pondok Indah sudah terbukti berpengalaman dengan didukung fasilitas medis berteknologi canggih. Dengan demikian, hasil pengobatan akan lebih optimal dan patah tulang pinggul bisa segera teratasi tanpa menimbulkan komplikasi. 

Konsultasikan pada dokter kami untuk penanganan lebih lanjut

Dr. dr. L. Andre Pontoh, Sp. OT. (K) (via Call Center)

dr. Jamot Silitonga, Sp. OT. (K)

dr. Sunaryo Kusumo, M.Kes, Sp.OT. (K)

dr. William Chandra, Sp. OT. (K)

dr. Daffodilone Cahyadi, Sp. OT

Dr. dr. Jessica Fiolin, Sp. OT

Dr. dr. Robert M. Hutauruk, Sp. OT, M.M. FICS

dr. Muki Partono, Sp. OT

dr. Muttiah Rochelle, Sp. OT

dr. Rizky Priambodo Wisnubaroto, Sp. OT

Referensi:

1. Hong G, Zhong H, et al,. Trends in hip fracture surgery in the United States from 2016 to 2021: patient characteristics, clinical management, and outcomes. British Journal of Anaesthesia. 2024. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0007091224004628). Diakses pada 2 Juni 2025.
2. Mori Y, Tarasawa K, et al,. Surgery on admission and following day reduces hip fracture complications: a Japanese DPC study. Journal of Bone and Mineral Metabolism. 2024.(https://link.springer.com/article/10.1007/s00774-024-01534-2). Diakses pada 2 Juni 2025.
3. Schroeder JD, Turner SP, et al,. Hip fractures: diagnosis and management. American Family Physician. 2022. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/36521464/). Diakses pada 2 Juni 2025.
4. Cleveland Clinic. Hip Fracture (Broken hip). (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17101-hip-fracture). Direvisi terakhir 7 Oktober 2024. Diakses pada 2 Juni 2025.
5. Mayo Clinic. Hip Fracture. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hip-fracture/symptoms-causes/syc-20373468). Direvisi terakhir 5 Mei 2022. Diakses pada 2 Juni 2025.