Rabu, 06 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Banyak kekhawatiran yang dialami oleh orang tua baru

Menggendong bayi merupakan salah satu bentuk respons komunikatif yang dapat memenuhi kebutuhan si kecil di saat tertentu, seperti ketika ia menangis. Namun, ada yang beranggapan bahwa bayi yang sering digendong akan menjadi anak yang ‘bau tangan’ atau manja.


Padahal, bayi, terutama bayi baru lahir sangat wajar untuk digendong terus-menerus karena masih beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Seiring dengan tumbuh kembangnya nanti, frekuensi gendong akan berkurang dengan sendirinya. Apalagi, ketika bayi sudah bisa tengkurap, merangkak, atau berjalan.


Manfaat Menggendong Bayi

Secara medis, menggendong bayi terbukti memberikan banyak manfaat bagi bayi dan orang tua. Untuk bayi, keuntungan yang akan dirasakan antara lain suhu badan yang hangatnya lebih stabil, pernapasan dan detak jantung yang lebih teratur, bayi menjadi lebih tenang, pertumbuhannya lebih baik, serta memiliki kesempatan untuk melihat lingkungan sekitarnya dan memperhatikan aktivitas orang lain. 


Selain itu, bonding antara orang tua dan bayi juga menjadi lebih kuat dengan aktivitas menggendong. Orang tua akan merasa lebih dekat dengan bayi, sehingga interaksi keduanya lebih intens sejak dini.


Hal ini bisa dilihat saat orang tua mendekap bayi dan mengajaknya berbicara, sehingga secara tidak langsung juga dapat memberikan efek sangat baik bagi perkembangan bicara bayi. 


Cara Tepat Menggendong Bayi

Untuk mendapatkan berbagai manfaat dari menggendong bayi, ada beberapa cara dan teknik yang perlu diperhatikan oleh orang tua. Hal mendasar dan paling penting untuk diketahui para orang tua ialah bahwa cara menggendong bayi yang tepat perlu disesuaikan dengan periode usianya.


Saat menggendong bayi baru lahir atau bayi usia 0-3 bulan misalnya, sebaiknya satu tangan harus siaga memegang dan menahan leher bayi karena lehernya belum dapat berdiri tegak sendiri. 


Sebelum mencapai usia 4 bulan, bayi belum memiliki kekuatan leher yang cukup untuk menyangga agar kepalanya tetap tegak. Padahal, kepala adalah bagian tubuh yang terbesar dan terberat pada bayi.


Oleh karena itu, sangat penting untuk menyangga kepala bayi saat menggendongnya. Saat bayi sudah berusia 4 bulan atau lebih, bayi sudah dapat digendong dengan tegak, sambil melatih kekuatan lehernya.


Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah mencuci tangan sebelum memegang dan menggendong bayi. Hindari menggendong bayi sambil memasak, memegang benda tajam, makanan atau minuman bersuhu panas, serta mengguncangkan kepala atau badan bayi terlalu keras karena dapat memicu perdarahan dalam di kepala.


Teknik tepat dalam menggendong bayi penting dilakukan untuk menghindari berbagai risiko fatal, antara lain asfiksia (gangguan pertukaran udara pernapasan, sehingga tubuh kekurangan oksigen).


Saat bayi baru lahir digendong tegak, bisa saja hidungnya tertutup dengan bahu orang yang menggendong. Risiko lainnya ialah dislokasi sendi bayi atau keseleo karena menggendong bayi terlalu lama atau terlalu kuat, dan potensi bayi tergelincir atau jatuh apabila lengan dan tangan pada saat menggendong tidak mengunci dengan tepat. 


Bolehkah menggendong bayi baru lahir menggunakan gendongan khusus?

Gendongan bayi memang dapat membantu orang tua untuk menggendong si kecil dengan lebih nyaman, tetapi harus dipastikan bahwa gendongan yang digunakan sesuai dengan usia bayi agar tidak membahayakan si kecil saat sedang digendong.


Selain itu, pastikan juga untuk menggendong dengan teknik yang tepat, benar, dan sesuai dengan usia si kecil saat menggunakan gendongan khusus.


Berdasarkan Konsorsium Menggendong Britania Raya (UK Sling Consortium), orang tua dianjurkan untuk menggendong bayi dengan menggunakan metode T.I.C.K.S sebagai berikut:


T (tight) atau erat

Kain gendongan harus lekat memeluk bayi. Jika longgar, posisi bayi dapat melorot dalam gendongan, terutama pada bayi prematur. Posisi kepala terlalu menekuk ke bawah juga dapat menutup jalan napasnya.


I (in view at all times) atau selalu dalam pandangan

Penggendong harus dapat melihat wajah bayi. Jangan sampai kain gendongan atau sesuatu apapun menutupi wajah bayi.


C (close enough to kiss), atau cukup dekat untuk dikecup

Pastikan posisi menggendong cukup tinggi dan aman, sehingga penggendong dapat dengan mudah mengecup kepala bayi.


K (keep chin off the chest), atau jauhkan dagu bayi agar tidak menempel ke dadanya

Ingat, posisi menekuk dapat mengganggu jalan napas bayi.


S (supported back), atau jaga punggungnya

Gendong bayi dengan posisi tegak, di mana dada dan perut bayi menempel pada dada penggendong. Gendongan harus dapat menopang seluruh punggung bayi.


Kain gendongan juga harus menopang seluruh pantat dan paha bayi dengan posisi kedua lutut bayi membuka seperti sedang jongkok/posisi M-shape (lihat gambar).


Posisi ini sebenarnya juga mirip sekali dengan prinsip perawatan metode Kangguru (kangaroo mother care) yang sudah terbukti memberikan dampak baik bagi tumbuh kembang bayi. 


Source: International Hip Dysplasia Institute


Untuk keamanan dan kenyamanan buah hati, para orang tua juga dapat mengikuti parenting class sebelum persalinan. Hal ini dapat dijadikan latihan untuk menggendong bayi ketika lahir.


Selain itu, saat mengikuti kelas ini Anda dan pasangan juga dapat mendapatkan edukasi mengenai perawatan tali pusat, cara memandikan bayi, cara membedong dan menggendong bayi, serta serba-serbi menyusui.


Bagi para orang tua atau calon orang tua yang masih menemui kesulitan dan keraguan untuk menggendong bayi, Anda dapat berkonsultasi dengan tenaga profesional seperti dokter spesialis anak, bidan, ataupun perawat, ya.