Bagaimana Mencegah Obesitas pada Anak?

Kamis, 07 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Banyaknya pemberitaan soal gizi buruk yang dialami anak-anak seperti menutup kemungkinan akan terjadinya obesitas pada anak Indonesia

Bagaimana Mencegah Obesitas pada Anak?

Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan berat badan jauh melebihi berat badan ideal menurut tinggi, atau indeks massa tubuh (body mass index/BMI) melebihi batas normal untuk usianya. Obesitas pada anak umumnya disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor.


Penyebab yang umum adalah kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat, genetik, atau kombinasi dari faktor-faktor ini.


Obesitas pada anak berhubungan dengan peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan, antara lain peningkatan kolesterol, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dini, diabetes, asma, sleep apnea (berhenti napas saat tidur), masalah tulang ataupun kulit, serta problem psikologis misalnya kurang percaya diri.


Pencegahan obesitas pada anak dapat dimulai sejak dini, bahkan saat ibu masih mengandung. Ibu dapat memulai pola hidup sehat dan menjaga kenaikan berat badan dalam kisaran yang diharapkan, baik kenaikan berat badan yang terlalu sedikit (sehingga bayi berat lahir rendah), maupun terlalu banyak berisiko untuk obesitas pada anak di kemudian hari.


Setelah bayi lahir, berikan ASI eksklusif selama 6 bulan. ASI merupakan satu-satunya nutrisi yang diperlukan bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya. Makanan Pendamping ASI (MPASI) dapat dimulai sejak usia 6 bulan dengan meneruskan pemberian ASI sampai 2 tahun atau lebih.


Pemilihan MPASI dengan gizi seimbang dan sesuai dengan piramida makanan sejak awal membentuk pola makan yang baik pada anak. Pemberian gula dan garam sebaiknya ditunda sampai anak berusia 1 tahun.


Jangan terfokus pada keharusan anak untuk selalu menghabiskan seluruh makanan yang sudah dihidangkan, namun belajarlah untuk mengetahui kebutuhan setiap anak dan apakah anak sedang lapar atau kenyang.


Penambahan berat dan tinggi badan yang sesuai dengan usia dan potensi genetik anak adalah target yang ingin dicapai dan sebaiknya dipantau setiap kunjungan rutin ke tenaga medis.


Perhatikan asupan

Saat anak berusia 1 tahun, kebutuhan susu perlu dibatasi tidak melebihi 500-700 ml per 24 jam. Anak usia 1-2 tahun juga masih membutuhkan lemak sebagai sumber kalori, namun setelah usia 2 tahun, anak sudah dapat diperkenalkan pada pola makan rendah lemak.


Pembatasan snack yang tinggi gula seperti coklat dan pemberian snack yang sehat seperti buah dan sayur sangat dianjurkan, namun disarankan dalam bentuk aslinya dan bukan dalam bentuk jus.


Saat usia sekolah, pola hidup sehat harus terus dilakukan. Jangan biarkan anak makan sambil menonton TV atau di kamar sambil main video games. Jangan sediakan snack yang tidak sehat di dalam rumah.


Pemilihan minuman juga sangat berperan dalam mencegah obesitas. Biasakan anak banyak minum air putih dan tidak (atau sangat sedikit) minum minuman yang manis, atau bersoda.


Ketika remaja, pertumbuhan dan kebutuhan kalori meningkat, namun pastikan kalori tersebut didapat dari sumber yang tinggi zat gizi namun rendah lemak jenuh, kolesterol, dan garam.


Ingatkan remaja untuk tidak melewatkan sarapan pagi. Susu merupakan sumber kalsium yang baik. Pilih susu rendah lemak untuk remaja, kecuali disarankan berbeda oleh dokter.


Terlanjur obesitas?

Tidak ada yang lebih penting daripada dukungan seluruh keluarga. Sebaiknya tidak berfokus hanya pada ’penurunan berat badan’, melainkan pada perubahan pola hidup sehat. Perubahan pola hidup sehat sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga, sehingga anak tidak merasa ’dibedakan’.


Orangtua harus menjadi contoh dalam memilih makanan yang sehat, aktif berolahraga (misalnya bersepeda bersama-sama), membatasi menonton TV, main komputer/internet. Puji anak bila berhasil melakukan target tertentu.


Diet ketat tanpa pengawasan dokter tidak dianjurkan karena anak masih dalam masa pertumbuhan. Pemberian obat antilemak juga tidak disarankan pada anak kecil.