Agar terjadi kehamilan, diperlukan sel telur dan sperma berkualitas tinggi, serta saluran reproduksi perempuan yang berfungsi dengan baik
Salah satu penyebab sulitnya terjadi kehamilan pada pasangan suami istri adalah faktor usia. Pada pasangan berusia 30 tahun misalnya, penurunan kesehatan memang kerap terjadi sekitar 2-3 persen setiap tahunnya.
Hal ini akan berdampak juga pada penurunan kualitas produksi sperma. Oleh karenanya, pria pada kondisi tertentu membutuhkan terapi pengobatan atau modifikasi gaya hidup agar kualitas sperma menjadi lebih baik.
Jika Anda atau pasangan telah berusia lebih dari 30 tahun, Anda dan pasangan dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi, setelah melakukan hubungan seksual rutin setiap 2 hari sekali selama 4 bulan tetapi istri tak kunjung hamil. Jadi, tidak perlu menunggu sampai satu tahun untuk melakukan pemeriksaan, ya.
Pada saat konsultasi dan pemeriksaan, dokter akan melihat apakah terdapat kondisi yang perlu dimodifikasi dari sisi suami, istri, atau keduanya. Apabila ada masalah pada kesuburan dari sisi pria, maka dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi dan reproduksi akan mengarahkan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis andrologi dan seksologi.
Baca juga: Kenali Gangguan Kesuburan pada Pria
Penanganan kelainan sperma dimulai dari penelusuran jenis dan penyebab kelainan sperma itu sendiri. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari faktor hormonal, usia, obesitas, autoimun, masalah hormon, masalah seksual, ejakulasi terbalik, udara yang panas, lingkungan yang beracun/toxic, pemakaian obat-obatan terlarang, sampai gaya hidup yang kurang sehat, seperti merokok dan kurang bergerak/olahraga.
Pertama-tama, dokter akan merujuk pasien melakukan pemeriksaan analisis sperma. Apabila hasilnya kurang baik atau bermasalah, biasanya dokter akan meminta pasien untuk melakukan tes untuk kedua kalinya. Jika hasilnya masih sama, analisis sperma dapat dilakukan sampai tiga kali, dengan jarak tidak lebih dari tiga minggu. Setelah itu, barulah dokter dapat menentukan jenis kelainan sperma, penyebab, serta penanganan yang tepat.
Baca juga: Kenali Sejak Dini, Jenis Gangguan Kesuburan yang Mengintai
Berikut ini penjelasannya:
Sementara itu, kondisi pria dengan jumlah sperma di bawah 5 juta (disebut dengan oligospermia berat), biasanya disebabkan oleh faktor hormonal. Dokter akan merujuk pasien untuk menjalani terapi hormonal atau mengubah gaya hidup. Setelah sekitar 3 bulan menjalani terapi, pasien dapat kembali melakukan pemeriksaan hormon reproduksinya. Pemeriksaan ini juga diperlukan apabila jumlah sperma di atas 5 juta tetapi volumenya hanya 1 sentimeterkubik, dan hubungan suami-istri tidak dilakukan secara teratur.
Baca juga: Memastikan Kesuburan Anda
Tindakan operasi yang dapat dilakukan di antaranya ialah MESA, PESA, TESA, TESE:
Baca juga: Gangguan Kesuburan Primer dan Sekunder, Apa Bedanya?
Jangan khawatir, ada berbagai cara untuk meningkatkan kualitas sperma dan menangani kelainan sperma. Hal sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan modifikasi gaya hidup menjadi lebih sehat, misalnya dengan berolahraga serta mengonsumsi makanan bergizi dan seimbang.
Banyak yang berasumsi kegiatan olahraga setiap akhir pekan adalah porsi olahraga yang cukup, padahal olahraga sebaiknya dilakukan minimal 5 kali dalam seminggu dengan durasi minimal 30 menit sehari.
Pada pria berusia di atas 40 tahun, olahraga yang tepat dilakukan adalah olahraga kardio low impact, seperti olahraga jalan cepat atau bersepeda santai. Hindari olahraga berintensitas tinggi seperti basket, bulu tangkis, atau HIIT, karena dapat membuat detak jantung berdegup sangat cepat yang dapat membahayakan.
Sedangkan hitungan efektivitas olahraga lari adalah detak jantung pria minimal 120 kali per menit dan maksimal 220 kali per menit, dipotong usia, dan dikalikan 90 persen. Hasilnya adalah detak jantung optimal yang seharusnya pria dapatkan saat sedang berolahraga lari.
Apabila sudah mencapai kisaran ini, dapat dikatakan olahraga tersebut efektif.
Penanganan kelainan sperma akan lebih optimal jika dimulai dari peningkatan kualitas hidup. Kualitas hidup yang baik tentu akan berdampak positif pada kualitas sperma yang sehat.