Perlukah Induksi Persalinan untuk Mempercepat Proses Melahirkan?

Tuesday, 27 August 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Induksi persalinan adalah prosedur untuk mempercepat proses persalinan. Prosedur ini aman asalkan memperhatikan indikasi dan dilakukan pengawasan yang ketat.

Perlukah Induksi Persalinan untuk Mempercepat Proses Melahirkan?

Induksi persalinan merupakan suatu prosedur medis yang dilakukan untuk memicu terjadinya proses persalinan. Tindakan ini akan disarankan bagi kondisi yang memang dinilai membutuhkannya, dengan sudah menyingkirkan berbagai kontra indikasinya. Lalu, apakah tindakan ini memang benar Anda butuhkan? Mari ketahui informasi seputar induksi persalinan dalam artikel berikut ini!


Setiap ibu hamil pasti menginginkan persalinannya berjalan dengan normal dan lancar sehingga bayi dapat dilahirkan dengan selamat serta sehat. Namun, tidak semua kehamilan diakhiri dengan proses persalinan normal sesuai dengan waktunya (antara 37- 41 minggu). Terkadang persalinan harus dilakukan lebih cepat saat usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau ketika sudah melewati waktu persalinan (usia kehamilan lebih dari 41 minggu).


Apa itu Induksi Persalinan?

Induksi persalinan adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk mempercepat proses persalinan. Prosedur induksi persalinan ini dilakukan dengan merangsang kontraksi rahim sebelum kontraksi rahim alami terjadi.


Prosedur induksi persalinan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mekanik dan kimiawi. Kedua metode induksi persalinan ini bertujuan merangsang pengeluaran hormon prostaglandin, yang berperan dalam merangsang otot rahim untuk berkontraksi secara ritmik sehingga bayi bisa dilahirkan.


Induksi secara “mekanik” dilakukan dengan bantuan alat atau suatu benda, sebagai berikut ini:


  • Membuka mulut rahim (serviks) dan melepaskan kulit ketuban dari dinding mulut rahim (stripping)
  • Memasang balon kateter
  • Memecahkan selaput ketuban


Sedangkan proses induksi secara “kimiawi” dilakukan dengan memasukkan obat-obatan, baik dengan cara diminum, dimasukkan ke dalam vagina, atau dialirkan ke dalam pembuluh darah melalui infus.


Baca juga: Pemeriksaan Kehamilan Tentukan Kualitas Hidup Anak



Indikasi Induksi Persalinan

Tidak semua kondisi kehamilan memerlukan induksi persalinan. Beberapa kondisi yang merupakan indikasi dilakukannya induksi persalinan, meliputi:


  • Ketuban pecah dini, atau pecahnya ketuban sebelum memasuki waktu persalinan
  • Hipertensi dalam kehamilan, termasuk hipertensi kronis, pre-eklamsia bahkan eklamsia
  • Kehamilan lewat waktu, atau saat usia kehamilan sudah lewat dari 42 minggu
  • Pertumbuhan janin terhambat (PJT) atau IUGR (intrauterine growth restriction)
  • Inkompatibilitas rhesus (darah), atau ketidaksesuaian golongan darah ibu dan janin
  • Amnionitis atau korioamnionitis, yang merupakan infeksi pada ketuban maupun selaput ketuban
  • Solusio plasenta, atau lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum waktu persalinan
  • Diabetes mellitus yang dialami oleh ibu hamil


Baca juga: Diabetes Gestasional, Diabetesnya Ibu Hamil


Kontra Indikasi Induksi Persalinan

Meski diperlukan untuk memastikan keselamatan bayi dan ibu, ada beberapa kondisi dimana induksi persalinan tidak bisa dilakukan. Kontra indikasi tersebut bisa saja berasal dari kondisi bayi maupun ibu. Berikut ini adalah daftar beberapa kontra indikasi sesuai dengan penyebabnya:


1. Kontra Indikasi Induksi Persalinan dari Bayi


  • Malpresentasi, atau posisi bayi tidak sesuai dengan posisi normal untuk dilahirkan secara normal
  • Plasenta Previa Totalis (PPT), dimana posisi plasenta menutupi keseluruhan permukaan mulut rahim yang akan menyebabkan jalan lahir tertutup total 
  • Makrosomia, atau ukuran bayi yang lebih besar dari ukuran normal
  • Hidrosefalus, atau pembesaran kepala bayi yang tidak normal


2. Kontra Indikasi Induksi Persalinan dari Ibu


  • Ibu dengan tinggi badan <150 cm
  • Panggul sempit
  • Herpes genital aktif
  • Kanker serviks
  • Riwayat operasi caesar pada persalinan sebelumnya, atau operasi tumor jinak rahim (mioma), tetapi riwayat operasi pada rahim ini bukanlah kontra indikasi yang mutlak



Hal-hal yang Perlu Diperhatikan selama Proses Induksi Persalinan

Setiap keputusan induksi persalinan yang dibuat oleh dokter kebidanan dan kandungan pasti telah melalui beberapa pertimbangan untuk melahirkan bayi dengan selamat sekaligus memastikan ibu tetap sehat. Selama pelaksanaannya, dokter akan meminta bantuan petugas medis untuk memerhatikan beberapa hal. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan selama induksi persalinan dilakukan:


  1. Pasien harus dirawat inap di rumah sakit, untuk dilakukan pengawasan ketat selama tindakan induksi persalinan dilakukan.
  2. Sebelum dilakukan, ada beberapa pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan, meliputi:
  • Pemeriksaan darah lengkap dan urin lengkap, yang dilakukan untuk persiapan operasi caesar seandainya induksi persalinan gagal.
  • Kesejahteraan janin, meliputi Non-Stress Test (NST), Contraction Stress Test (CST), maupun Profil Biofisik, untuk mengetahui kelayakan induksi persalinan.
  1. Skor “BISHOP”, guna menilai tingkat kesiapan mulut rahim (serviks) untuk proses persalinan.
  2. Selama prosedur induksi persalinan dilakukan, akan dilakukan pemantauan berkala menggunakan cardiotocography (CTG) untuk mengevaluasi kekuatan kontraksi rahim dan variabilitas denyut jantung janin.


Baca juga: Kebutuhan Gizi Ibu Hamil dan Janin, Nutrisi Apa Saja yang Dibutuhkan?


Cara Kerja Induksi Persalinan


1. Pemeriksaan Awal oleh Dokter

Sebelum induksi dilakukan, dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk memastikan bahwa kondisi ibu dan bayi siap untuk persalinan. Pemeriksaan ini mencakup penilaian posisi bayi, kondisi leher rahim, dan kesehatan keseluruhan ibu. Pemeriksaan ini penting untuk menentukan metode induksi yang paling tepat.


2. Pemberian Oksitosin

Oksitosin adalah hormon yang secara alami merangsang kontraksi rahim. Dalam induksi persalinan, oksitosin sintetis diberikan melalui infus ke dalam pembuluh darah ibu. Oksitosin membantu memulai atau memperkuat kontraksi rahim, yang diperlukan untuk memulai persalinan.


3. Penggunaan Prostaglandin

Prostaglandin adalah hormon yang digunakan untuk melunakkan dan mempersiapkan leher rahim agar lebih mudah terbuka. Prostaglandin dapat diberikan dalam bentuk gel atau tablet yang dimasukkan ke dalam vagina. Ini membantu mempersiapkan leher rahim untuk proses persalinan.


4. Metode Balon Kateter

Balon kateter adalah metode mekanis yang digunakan untuk membantu membuka leher rahim. Sebuah balon kecil dimasukkan ke dalam leher rahim dan diisi dengan air. Tekanan dari balon ini membantu membuka leher rahim dan mempersiapkannya untuk persalinan.


5. Amniotomi (Memecahkan Ketuban)

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin memutuskan untuk memecahkan kantung ketuban secara manual, yang disebut amniotomi. Ini sering kali merangsang kontraksi dan mempercepat proses persalinan. Setelah ketuban pecah, proses persalinan biasanya akan segera dimulai atau menjadi lebih intens.


6. Pemantauan Terus Menerus

Selama proses induksi, ibu dan bayi akan dipantau secara ketat oleh tim medis. Mereka akan memantau kontraksi rahim, detak jantung bayi, dan kondisi ibu untuk memastikan bahwa persalinan berjalan dengan aman dan lancar.


7. Proses yang Memerlukan Waktu

Induksi persalinan bisa memerlukan waktu yang cukup lama, tergantung pada bagaimana tubuh ibu merespons. Beberapa wanita mungkin merespons dengan cepat, sementara yang lain mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai persalinan aktif.


8. Keputusan Lanjutan

Jika setelah upaya induksi persalinan tidak berhasil atau ada komplikasi, dokter mungkin akan merekomendasikan tindakan lain, seperti operasi caesar (C-section), untuk memastikan keselamatan ibu dan bayi.


Apakah Proses Induksi Persalinan Aman untuk Dilakukan?

Memang induksi persalinan cukup ditakuti oleh ibu yang berencana melahirkan secara normal (pervaginam). Namun, penyampaian informasi yang lengkap dan jelas dari dokter diperlukan untuk meyakinkan ibu dan ayah untuk menjalani prosedur ini.


Induksi persalinan sebenarnya relatif aman dilakukan, asal sesuai dengan indikasi, telah dipastikan tidak ada kontra indikasi, serta telah memenuhi syarat dan dilakukan pengawasan yang ketat. Kemungkinan indikasi persalinan gagal pun sangat kecil, yakni kurang dari 10%. Umumnya induksi akan dimulai pada pagi hari dan dievaluasi secara berkala untuk melihat kemajuan persalinannya. 


Bila bayi belum juga lahir setelah 10-12 jam prosedur induksi dilakukan, maka prosedur ini bisa dihentikan untuk diulang lagi keesokan harinya. Pengulangan induksi persalinan paling banyak adalah tiga kali atau tiga hari berturut-turut. Bila sudah 3 kali dilakukan dan bayi belum juga dilahirkan, maka dokter akan menghentikan induksi persalinan dan dilanjutkan dengan melakukan operasi caesar.


Baca juga: Melahirkan Normal Setelah Sesar? Bisa Kok!



FAQ

Berapa Lama Proses Induksi Sampai Melahirkan?

Proses induksi hingga melahirkan bisa memakan waktu beberapa jam hingga beberapa hari, tergantung respons tubuh terhadap obat yang diberikan. Biasanya, jika tubuh merespons dengan baik, proses induksi berlangsung dalam 12-18 jam. Namun, ada juga yang bisa bertahan selama 2-3 hari. 


Durasinya bisa bervariasi pada tiap wanita, yang jelas ketika prosesnya terlalu lama, dokter kebidanan dan kandungan akan menyarankan persalinan dengan operasi.


Apakah Induksi Persalinan Sakit?

Induksi persalinan bisa terasa sakit karena kontraksi rahim yang dipicu lebih kuat dan cepat. Namun, tingkat rasa sakit bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Dokter juga biasanya akan menawarkan pilihan penghilang rasa sakit seperti epidural untuk membantu meringankan rasa sakit yang dialami. Jangan ragu untuk mengomunikasikan dan mendiskusikan opsi ini dengan dokter kandungan Anda.


Berapa Lama Obat Induksi Bereaksi?

Obat induksi bisa mulai bekerja dalam waktu 30 menit setelah diberikan. Namun, waktu ini bisa bervariasi tergantung pada jenis obat dan kondisi tubuh ibu. Jika obat induksi tidak bereaksi setelah 6-12 jam, dokter mungkin akan mengevaluasi kembali dosis atau metode induksi.


Berapa Lama Induksi Dikatakan Gagal?

Induksi persalinan dianggap gagal jika tidak ada kemajuan dalam pembukaan serviks setelah 24 jam, meskipun sudah diberikan obat atau tindakan untuk mempercepat proses. Biasanya, dokter spesialis kebidanan dan kandungan akan mengevaluasi dan mungkin menyarankan tindakan lain seperti operasi caesar jika induksi tidak efektif.


Apakah Induksi Lebih Sakit Dari Melahirkan Normal?

Induksi persalinan bisa terasa lebih sakit dari melahirkan normal karena kontraksi sering datang lebih cepat dan kuat. Namun, setiap orang berbeda, dan rasa sakitnya subjektif. Beberapa wanita mungkin merasa induksi lebih intens, sementara yang lain merasa tidak ada perbedaan besar. 


Jadi, apakah Anda memerlukan induksi persalinan atau tidak, ini hanya bisa dipastikan oleh pemeriksaan langsung oleh dokter kebidanan dan kandungan. Jika memang dokter memutuskan Anda perlu melakukan prosedur ini, Anda tidak perlu takut. Sebab prosedur ini tidak akan memengaruhi kesehatan janin. Sebaliknya, keputusan ini mungkin adalah prosedur terbaik bagi bayi dan Anda.


Yang juga tak kalah penting adalah selalu diskusikan dengan dokter kebidanan dan kandungan Anda untuk mengetahui tindakan terbaik bagi ibu maupun bayi. RS Pondok Indah memiliki fasilitas medis terbaik dengan dokter spesialis yang kompeten akan memberikan pelayanan medis bermutu yang berorientasi pada kesehatan ibu dan bayi. Jadi, persiapkan momen bertemu dengan buah hati di RS Pondok Indah cabang terdekat.