By Tim RS Pondok Indah
Buerger’s disease merupakan penyakit langka yang menyerang pembuluh darah di tangan dan kaki perokok, atau pengguna produk tembakau. Waspadai bahaya komplikasinya!
Kasus Buerger’s disease atau penyakit Buerger umum terjadi pada negara yang memiliki angka perokok tinggi, seperti Indonesia. Kondisi ini lebih banyak menyerang perokok aktif, tetapi mantan perokok berat maupun pengguna produk tembakau lainnya juga masih mungkin mengalaminya.
Berbeda dengan penyakit pembuluh darah lainnya yang lebih sering menyerang orang berusia lanjut, Buerger’s disease umumnya dialami oleh mereka yang berada dalam kelompok usia relatif muda, yang umumnya berusia kurang dari 45 tahun.
Penyakit Buerger adalah penyumbatan pada pembuluh darah arteri serta vena di tangan maupun kaki. Terjadinya penyumbatan pembuluh darah ini disebabkan oleh proses peradangan, yang ditandai dengan pembengkakan, sehingga darah sulit untuk mengalir. Buerger’s disease juga tidak jarang memicu terbentuknya gumpalan darah yang menimbulkan rasa nyeri, bahkan kerusakan jaringan.
Biasanya, penderita penyakit Buerger akan mengeluhkan nyeri pada tangan atau kaki, luka pada jari tangan maupun kaki, serta perubahan warna dan tekstur pada kulit tangan atau kaki. Thromboangiitis obliterans (buerger's disease) tentu akan menyebabkan ketidaknyamanan, bahkan menghambat aktivitas sehari-hari penderitanya. Oleh karena itu, Buerger’s disease tidak boleh diabaikan dan harus mendapatkan penanganan tepat agar tidak berakhir dengan amputasi akibat kematian jaringan.
Baca juga: Kenali Perbedaan Perokok Aktif dan Pasif serta Bahayanya Bagi Kesehatan
Gejala penyakit Buerger akan berkembang makin parah seiring dengan berjalannya waktu. Di tahap awal, penyakit ini hanya menimbulkan rasa kesemutan maupun mati rasa atau baal di jari kaki dan tangan, saat sedang beristirahat. Lama-kelamaan, gejalanya bisa memburuk menjadi nyeri hebat pada jari kaki maupun tangan saat sedang beristirahat, maupun:
Baca juga: Terapi Akupunktur Membantu Redam Kecanduan Rokok
Penyebab penyakit Buerger belum diketahui secara pasti. Namun, penggunaan produk tembakau, termasuk rokok, tembakau hisap, dan tembakau kunyah, diyakini berkontribusi besar dalam menyebabkan penyakit Buerger’s disease. Bahan kimia dalam tembakau yang diduga kuat menjadi pemicu rusaknya lapisan pembuluh darah dan menimbulkan penyumbatan yang dikenal sebagai penyakit Buerger.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, perokok adalah orang yang berisiko tinggi mengalami Buerger’s disease. Selain itu, risiko terkena penyakit ini juga makin tinggi pada laki-laki, berusia 20–45 tahun, mengidap penyakit gusi kronis, atau menggunakan rokok tembakau yang diolah sendiri (rokok tingwe).
Baca juga: Waspada Kanker Paru pada Non-Perokok
Apabila tidak ditangani dengan cepat, pembuluh darah yang tersumbat bisa mengalami kematian jaringan, karena kurangnya pasokan oksigen. Bagian terburuknya, penderita Buerger’s disease harus menjalani prosedur amputasi.
Jadi, jangan tunggu sampai kondisinya memburuk. Segera jadwalkan janji temu dengan dokter spesialis bedah vaskular di RS Pondok Indah cabang terdekat, apabila Anda mengalami gejala Buerger’s disease seperti yang telah disebutkan di atas. Pemeriksaan sedini mungkin bisa mempercepat pengobatan, sehingga perburukan penyakit dan risiko amputasi bisa diminimalkan.
Baca juga: Hati-Hati, Inilah 7 Bahaya Tembakau bagi Kesehatan
Dalam menegakkan diagnosis Buerger’s disease, dokter spesialis bedah vaskular akan melakukan wawancara medis untuk mengetahui keluhan pasien, yang kemduian akan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Sebenarnya, belum ada pemeriksaan khusus untuk mendiagnosis penyakit ini. Namun, beberapa tes pembuluh darah bisa membantu dokter menegakkan diagnosis penyakit Buerger. Tes pembuluh darah tersebut meliputi:
Dokter juga biasanya akan melakukan tes darah untuk memeriksa kondisi medis lain yang berkaitan dengan penyakit Buerger, seperti diabetes, gangguan pembekuan darah, atau penyakit autoimun, contohnya lupus atau skleroderma.
Baca juga: Rokok Elektrik, Substitusi Rokok yang Kontroversial
Perlu diketahui bahwa penanganan Buerger’s disease bertujuan untuk mengendalikan penyakit, bukan untuk menyembuhkan secara total. Berikut ini adalah penanganan Buerger’s disease yang umum dilakukan:
Obat-obatan yang diberikan selama penanganan Buerger’s disease adalah untuk meringankan gejala yang muncul, bukan menyembuhkan penyakit. Obat-obatan tersebut meliputi:
Untuk memaksimalkan penanganan penyakit Buerger, dokter mungkin akan merekomendasikan terapi kompresi. Terapi ini memberikan tekanan pada area tubuh yang terdampak untuk meningkatkan aliran darah.
Apabila penyakit ini sampai membuat aliran darah tersumbat parah hingga menyebabkan kematian jaringan, dokter akan melakukan operasi pengangkatan (amputasi), bisa jari ataupun seluruh bagian tangan maupun kaki.
Obat-obatan dan perawatan medis lainnya tidak akan memberikan hasil yang signifikan terhadap penanganan Buerger’s disease apabila tidak diimbangi dengan perubahan gaya hidup.
Oleh karena itu, pasien sangat dianjurkan untuk rutin berolahraga, berhenti merokok bahkan tidak menggunakan produk tembakau, serta menjauhi paparan asap rokok.
Baca juga: Sayatan Minim Atasi Gangguan Pembuluh Darah Vaskular
Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, penyakit Buerger bisa menimbulkan berbagai komplikasi, termasuk:
Baca juga: Cegah Stroke Sekarang!
Buerger’s disease adalah penyakit yang sangat bisa dicegah. Pencegahannya pun sangat sederhana, yaitu menghentikan kebiasaan merokok dan jangan pernah menggunakan produk tembakau dalam bentuk apa pun. Namun, bila Anda merasa kesulitan untuk menghentikan kebiasaan merokok, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi terapi yang tepat.
Buerger’s disease bukanlah penyakit yang bisa disembuhkan. Namun, dengan penanganan yang tepat, kondisi ini bisa dikendalikan sehingga tidak semakin parah. Oleh karena itu, segera jadwalkan janji temu dengan dokter spesialis bedah vaskular di RS Pondok Indah cabang terdekat, apabila Anda merupakan pengguna tembakau aktif atau pernah menjadi perokok dan mengalami gejala Buerger’s disease.
Dengan bantuan teknologi medis terkini, dokter spesialis yang telah berpengalaman di RS Pondok Indah akan memberikan penanganan yang sesuai dengan kondisi Anda. Dengan demikian perburukan dan risiko amputasi karena penyakit Buerger bisa dicegah.
Baca juga: 13 Gejala Serangan Jantung yang Harus Diwaspadai
Penyakit Buerger adalah jenis vaskulitis (radang pembuluh darah) yang spesifik menyerang pembuluh darah di tangan dan kaki. Vaskulitis penyakit Buerger menyebabkan pembuluh darah membengkak, memicu pembentukan gumpalan darah (trombus) yang menyumbat aliran darah ke ujung jari tangan atau kaki.
Meskipun penyebab pasti penyakit Buerger tidak diketahui, penyakit ini hampir selalu ditemukan pada perokok maupun pengguna produk tembakau lainnya. Penggunaan tembakau dalam bentuk apa pun (rokok, cerutu, rokok elektrik, tembakau kunyah) adalah faktor utama terjadinya penyakit Buerger.
Tanda-tanda pertama penyakit Buerger biasanya dapat dirasakan di ujung jari tangan atau kaki, meliputi:
Jika Anda adalah seorang perokok yang mulai mengalami gejala-gejala ini, jangan ragu untuk menjadwalkan janji temu dengan dokter spesialis bedah vaskular. Diagnosis dan penanganan dini dapat membantu mencegah komplikasi yang membahayakan jiwa.
Penyakit Buerger bukanlah penyakit autoimun. Peradangan pembuluh darah yang terjadi memang mirip dengan penyakit autoimun, tetapi Buerger's disease dipicu oleh zat-zat dalam tembakau, sedangkan pada penyakit autoimun peradangan terjadi karena sistem imun menyerang tubuh sendiri.
Olahraga teratur dapat membantu penderita Buerger's disease mengendalikan kondisi mereka. Aktivitas fisik ringan dan rutin, seperti berjalan kaki, dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah dan menjaga kesehatan pembuluh darah yang masih berfungsi dengan baik.
Namun, jenis olahraga yang dilakukan tetap harus disesuaikan dengan kondisi penderita. Sebab olahraga yang terlalu berat justru akan memperparah nyeri yang dirasakan dan memperburuk kerusakan jaringan yang terjadi. Oleh sebab itu, diskusikanlah dahulu dengan dokter yang menangani Anda.
Referensi: