Cegah Infeksi Tuberkulosis Paru pada Lansia

Monday, 23 September 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

TBC paru pada lansia ditandai dengan batuk lebih dari 3 minggu, batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada, demam, mudah lelah, hingga mengigil. Waspadai gejalanya!

Cegah Infeksi Tuberkulosis Paru pada Lansia

Rentannya daya tahan tubuh para lanjut usia membuat kuman mycobacterium tuberculosis penyebab infeksi tuberkulosis paru, mudah masuk ke dalam tubuh. Apabila tidak ditangani dengan cepat, penyakit dapat menetap dan pengobatannya dapat berlangsung lama. 


Menurut data WHO pada 2019, lebih dari 800 ribu kasus baru infeksi tuberkulosis terjadi per tahunnya di Indonesia. Angka kematian karena kasus ini mencapai 98 ribu per tahun. Indonesia menjadi negara ketiga terbesar dengan jumlah penderita tuberkulosis paru terbanyak.


Sekitar 75 persen penduduk Indonesia yang terkena infeksi tuberkulosis paru adalah kelompok usia produktif 15 – 55 tahun. Hal ini disebabkan karena tingginya mobilitas kelompok produktif, yang kemudian membuat kuman mudah hinggap dan masuk ke jaringan tubuh paling dalam.


Namun, jumlah penduduk lansia di Indonesia yang meningkat setiap tahunnya, membuat kelompok ini sama rentannya dengan kelompok produktif. Apalagi kelompok orang yang berusia lebih dari 60 tahun kerap mengalami penurunan daya tahan tubuh yang membuat fungsi organ, termasuk organ pernapasan.


Selain itu, perilaku kurang sehat seperti tidak menutup mulut saat batuk dan bersin dan tidak menjaga higienitas tubuh dengan baik, seperti rajin mencuci tangan, juga menjadi faktor penentu. Asupan gizi menurun, menurunnya mobilitas yang berkurang, serta kerap menetap di ruangan yang gelap dan lembab menjadi alasan lain mengapa kelompok lansia rentan terhadap infeksi ini.


Sekilas Mengenai Tuberkulosis pada Lansia

Tuberkulosisis adalah penyakit infeksi yang berasal dari kuman Mycobacterium tuberculosis (M. tb). Infeksi yang 80 persen terjadi di organ paru ini juga dapat terjadi di organ lain, antara lain di leher, perut, otak, selaput otak, mata, tenggorokan, usus, ginjal, kandung kemih, organ reproduksi, tulang, jari, sampai tangan, dan beberapa organ lainnya. 


Penyakit ini menyebar melalui udara, maka itu organ paru-paru menjadi organ yang paling banyak terkena infeksi bakteri ini. Ketika bakteri menyerang paru-paru, kuman akan menghasilkan sekret atau dahak yang selanjutnya menimbulkan keluhan berupa batuk berdahak hingga sesak napas.


Tahapan Infeksi TBC Pada Lansia

Terjangkitnya infeksi tuberkulosis paru pada mereka yang berusai lebih dari 60 tahun, dapat dibagi ke dalam beberapa tahapan:


1. Tuberkulosis Laten

Tuberkulosis (TB) laten terjadi ketika bakteri atau kuman masuk ke dalam tubuh namun tidak menimbulkan gejala. Hal ini dikarenakan bakteri yang masuk ke dalam tubuh masih dalam kondisi tidak aktif menginfeksi sistem pernapasan. Ini berarti penderita sudah terinfeksi terinfeksi tanpa adanya keluhan (asimtomatik).


Biasanya pada lansia yang fungsi parunya masih optimal dan belum memiliki penyakit bawaan, akan mengalami TB laten terlebih dahulu.


2. Tuberkulosis Aktif

Tuberkulosis (TB) aktif terjadi ketika pasien sudah terinfeksi, dikarenakan fungsi paru sudah menurun yang menyebabkan kuman dapat mudah masuk dan aktif.


Seharusnya, sistem imunitas orang muda yang sehat akan mulai melakukan perlawanan pada bakteri di tahap ini dan mengurangi keparahan gejala yang dirasakan. Akan tetapi, sistem kekebalan tubuh pada lansia umumnya lebih lemah, menyebabkan potensi munculnya gejala TBC yang lebih parah, bahkan menyebabkan komplikasi.


3. Tuberkulosis Ekstra

Tuberkulosis (TB) ekstra atau sakit ekstra paru terjadi ketika fungsi paru penderita sudah tidak optimal lagi, dan disertai atau didahului dengan penyakit bawaan lainnya. Penyakit seperti diabetes, HIV, penyakit autoimun seperti lupus, kanker, atau yang sedang menjalani kemoterapi, membuat daya tahan tubuh kelompok lansia menurun drastis dan menjadi kebal obat TB.


Baca juga: Cegah Infeksi Tuberkulosis Paru pada Lansia



Gejala TBC Pada Lansia

Seperti yang disebutkan sebelumnya, orang tidak akan merasakan gejala apapun pada tahapan TBC laten. Gejala TBC baru akan mulai terasa apabila sudah memasuki tahapan TBC aktif.


Batuk berdahak adalah gejala utama infeksi TBC aktif. Bedanya dengan batuk biasa, batuk berdahak yang disebabkan TBC dapat berlangsung selama dua sampai tiga minggu, yang bila diobati dengan obat batuk biasa atau antibiotik sering tidak mempan.


Selain itu, orang yang terkena TBC juga dapat mengalami gejala lain seperti:


  • Batuk yang tidak kunjung sembuh (>3 minggu)
  • Batuk berdarah
  • Sesak napas
  • Nyeri dada
  • Nafsu makan menurun
  • Sering berkeringat, terutama di malam hari
  • Mudah lelah dan lesu
  • Demam
  • Menggigil


Selain itu, berat badan kelompok lansia pun biasanya akan menurun drastis karena nafsu makan berkurang dan mengalami keletihan yang luar biasa. Akan tetapi, perlu diingat juga bahwa kemunculan gejala TBC dapat bervariasi, tergantung dari riwayat kesehatan dan kondisi lansia.


Jika Anda atau orang tua Anda Anda merasakan salah satu dari beberapa gejala TBC di atas, terutama batuk yang tidak kunjung sembuh, tidak ada salahnya memeriksakan diri ke dokter spesialis paru dan pernapasan.


Baca juga: Menjaga Kesehatan Pernapasan


Diagnosis Infeksi Tuberkulosis Paru

Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk mendiagnosis penyakit infeksi tuberkulosis paru pada seseorang termasuk lansia, yaitu: 


  • Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, melalui ronsen. Jika hasil ronsen menunjukkan ada bentuk kuman yang tidak khas maka perlu dilakukan CT Scan.
  • Pemeriksaan dahak melalui mikroskop.
  • Pemeriksaan molekuler, yaitu pemeriksaan kuman melalui DNA kuman. Pemeriksaan ini menggunakan teknologi yang lebih baru dari yang sebelumnya. Jenis pemeriksaan molekuler ini pun terbagi menjadi dua, yaitu: 
  • Genexpert atau tes cepat molekuler (TCM). Kelebihan dari teknologi ini, dapat memeriksa secara khusus kuman penyebab tuberkulosis. 
  • Line probe essay (LPE). Kelebihan dari teknologi ini, selain dapat mendeteksi kuman penyebab tuberkulosis juga bisa melihat apakah tubuh seseorang yang terjangkit kebal pada obat TB atau tidak.
  • Pemeriksaan melalui molekuler ini tidak memakan waktu yang lama dan dapat dilakukan di rumah sakit-rumah sakit pilihan pemerintah dan dapat dirujuk dari rumah sakit swasta.
  • Pemeriksaan melalui genescholar. Teknologi ini sama dengan teknologi genexperts namun selain bisa mendeteksi kuman penyebab tuberkulosis dan resistensi tubuh terhadap kuman, melalui pemeriksaan ini, dapat terdeteksi juga kuman lainnya, yaitu nontuberculous mycobacteria (NTM). Dengan teknologi ini, kedua kuman dapat teridentifikasi, sehingga diagnosis dan penanganan masing-masing kuman akan lebih tepat. Kedua penyakit ini memiliki jenis pengobatan yang berbeda-beda. 


Baca juga: Deteksi Dini & Penanganan Minimal Invasive untuk Kanker Paru



Penanganan TBC pada Lansia

Penanganan infeksi TB mencakup dua lini. Pada lini pertama, dokter akan memberikan obat-obatan sesuai kebutuhan pasien. Biasanya obat yang diberikan adalah obat untuk mematikan kuman yang diderita. Proses pengobatan ini berlangsung kurang lebih selama 2-4 bulan.


Sementara lini kedua diperuntukkan untuk kelompok pasien dengan TB kebal obat (mengidap penyakit ekstra paru). Dokter akan memberikan obat racikan khusus. Proses penyembuhan pada pasien ini bisa berlangsung selama 9 – 12 bulan. Kedua lini ini dapat dilakukan pada semua usia, tetapi kelompok lansia lebih berisiko mengalami komplikasi. Biasanya penyakit yang diderita tidak hanya satu, sehingga penyembuhan harus dilakukan secara bertahap.


Sebagai contoh, bila penderita memiliki penyakit diabetes melitus maka ia harus dapat mengontrol kadar gula darah terlebih dahulu, baru mengobati infeksi TBC. Contoh lain, bila penderita memiliki gangguan ginjal, maka harus meminum obat TBC yang tidak mengganggu fungsi ginjal. Intinya bila penyakit lainnya tidak dikendalikan, maka TB akan sulit untuk sembuh.


Permasalahan yang sering muncul pada kelompok lansia adalah ketika penderita tidak menjalani pengobatan sesuai dengan yang disarankan oleh dokter. Penderita terkadang terlupa untuk meminum obat, atau tidak menjaga higienitasnya sehingga pengobatan menjadi lebih lama atau gagal. Oleh karena itu, dokter selalu menyarankan agar pasien selalu didampingi pendamping selama menjalani pengobatan. 


Tips Menjaga Paru-Paru Lansia

Sebetulnya penyakit TB dapat diantisipasi sejak awal, dimulai dari vaksinasi BCG (Bacille Calmette-Guérin) yang dapat dilakukan mulai dari bayi berusia di bawah 1 bulan. Meskipun penyakit ini dapat disembuhkan, namun, ada baiknya Anda yang berada di usia produktif tetap menjalani gaya hidup sehat supaya tidak terkena infeksi ini di kemudian hari.


Tak lupa juga, jaga kesehatan paru orangtua Anda. Lakukan hal-hal berikut ini untuk menjaga paru tetap sehat, khususnya untuk para lansia:


  • Menjaga daya tahan tubuh
  • Menjaga jarak dengan keluarga yang sudah terinfeksi, karena keluarga berisiko tujuh kali lipat menularkan infeksi ke sanak keluarga yang masih sehat
  • Menjaga nutrisi yang cukup dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang
  • Mengonsumsi vitamin D serta terpapar cukup sinar matahari pagi 
  • Aktif bergerak, terutama untuk lansia yang masih mungkin bergerak bebas, mereka disarankan untuk melakukan aktivitas fisik setiap harinya
  • Bila sedang berobat TB, disarankan untuk memiliki pendamping atau Pengawas Menelan Obat (PMO) agar dapat dibantu mencatat waktu minum obatnya, sehingga proses pengobatan dapat optimal dan selesai tepat waktu


FAQ TBC Paru pada Lansia


Bagaimana TBC Paru Mempengaruhi Orang Lanjut Usia?

TBC paru pada lansia bisa lebih berbahaya karena daya tahan tubuh mereka cenderung lebih lemah. Gejalanya sering kali kurang jelas, seperti batuk ringan atau penurunan berat badan. Lansia juga lebih rentan terhadap komplikasi serius seperti pneumonia, sehingga perawatan intensif sangat diperlukan.


Gejala Pasien TBC Ekstra Paru pada Orang Dewasa Dapat Berupa Apa?

Gejala TBC ekstra paru pada orang dewasa bervariasi tergantung pada organ yang terkena. Gejalanya bisa termasuk pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri sendi, sesak napas, nyeri dada, atau masalah pencernaan. Gejala lain dapat berupa demam, lemah, dan penurunan berat badan.


Bagaimana Cara Mengobati TBC Paru pada Lansia? 

Mengobati TBC paru pada lansia melibatkan terapi obat anti-TB (OAT) selama 6-9 bulan. Pengobatan harus diawasi ketat, mengingat lansia lebih rentan terhadap efek samping obat dan komplikasi. Istirahat yang cukup, makan bergizi, serta pemantauan medis rutin sangat penting.


Kepatuhan minum obat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pengobatan infeksi TB. Konsultasikan kondisi Anda ke dokter spesialis paru dan pernapasan bila Anda atau orangtua Anda memiliki gejala TB maupun mengalami kesulitan dalam proses menjalani pengobatan TB.


Anda dan orang tercinta juga dapat melakukan pemeriksaan kesehatan atau medical check up secara berkala untuk mengetahui dan menjaga kondisi kesehatan. Di RS Pondok Indah, kami menyediakan berbagai paket Executive Health Check Up dengan fasilitas terbaik dan pemeriksaan yang komprehensif! Semua pemeriksaan dalam Executive Health Check Up di RS Pondok Indah Group didesain untuk selalu mendukung kesehatan Anda.