Hipertensi tidak bisa disembuhkan total. Tapi, darah tinggi bisa dikontrol agar tidak menyebabkan komplikasi yang berbahaya. Mari ketahui lebih lanjut di sini!
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, merupakan salah satu kondisi medis yang tidak asing. Namun, peningkatan tekanan darah seringkali dianggap kondisi yang sepele, karena tidak bergejala sampai telah terjadi komplikasi. Satu-satunya cara memastikan kondisi ini adalah dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah.
Bila memang terjadi peningkatan tekanan darah, bahkan sudah dinyatakan menderita hipertensi oleh dokter, maka kontrol dan pengobatan rutin wajib dilakukan. Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Sayangnya, tak jarang penderita hipertensi hanya mengonsumsi obat jika bergejala, yang umumnya dikeluhkan sebagai sakit kepala. Padahal, sakit kepala ini mungkin adalah komplikasi dari hipertensi, bukan gejalanya. Kebanyakan pasien menghentikan obat juga karena merasa sudah sembuh. Lalu, apakah hipertensi bisa sembuh?
Mari kita bahas lebih lanjut tentang hipertensi, agar Anda maupun orang terkasih bisa terhindar dari kondisi ini bahkan komplikasinya!
Pengukuran tekanan darah memberikan gambaran besarnya kekuatan darah menekan pembuluh darah. Normalnya hasil pengukuran tekanan darah adalah 90-120/60-80 mmHg. Bila didapatkan hasil pengukuran tekanan darah adalah 130/80 mmHg atau lebih, kondisi ini sudah dapat digolongkan ke dalam hipertensi. Karena peningkatan tekanan darah tidak memiliki gejala, sering kali penderitanya mengabaikan kondisi ini, hingga terjadi komplikasi.
Padahal, tekanan darah yang tinggi tanpa pengobatan untuk waktu lama akan menyebabkan robekan kecil pada pembuluh darah, yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung maupun gagal jantung.
Baca juga: Apakah Penyakit Jantung Bisa Sembuh? Penyakit Jantung dan Upaya Pencegahannya
Sayangnya, hipertensi atau penyakit darah tinggi tidak bisa disembuhkan total. Akan tetapi, hipertensi dapat dikontrol supaya tidak bertambah parah dan menyebabkan komplikasi. Penderita hipertensi dapat mengontrol kondisi darah tinggi ini dengan menjaga gaya hidup sehat dan rutin kontrol ke dokter.
Sebaliknya, hipertensi bisa kambuh dan menjadi lebih parah apabila penderita hipertensi tidak mengelola gaya hidup mereka. Oleh karena itu, penderita hipertensi harus mengelola tekanan darah mereka dengan baik untuk mencegah komplikasi serius.
Supaya tidak berlarut-larut dan mengganggu aktivitas Anda, rencanakan janji temu dengan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di RS Pondok Indah guna menangani hipertensi, maupun keluhan yang menyertainya. Selain mendapatkan penanganan, dokter juga bisa memberikan saran yang sesuai dengan kondisi Anda.
Baca juga: Pertolongan Pertama Serangan Jantung yang Harus Dipahami
Secara umum, jenis hipertensi bisa dibedakan menjadi 2, yakni primer dan sekunder. Namun, ada juga beberapa jenis hipertensi yang terjadi karena dipicu kondisi tertentu. Berikut ini adalah beberapa jenis hipertensi yang perlu Anda ketahui:
Hipertensi primer adalah terjadinya peningkatan tekanan darah tanpa penyebab yang jelas atau tidak disebabkan oleh kondisi medis lain.
Hipertensi sekunder, peningkatan tekanan darah terjadi karena penyakit lain yang sebelumnya sudah terlebih dahulu diderita, seperti penyakit ginjal yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder.
Hipertensi jas putih (white coat hypertension), peningkatan tekanan darah hanya terjadi saat diperiksa oleh tenaga medis atau diperiksa di fasilitas kesehatan.
Hipertensi tersamarkan (masked hypertension), hasil pemeriksaan tekanan darah hanya meningkat saat diperiksa di rumah, sedangkan saat di rumah sakit atau di fasilitas kesehatan, hasilnya normal.
Hipertensi saat tidur malam (nocturnal hypertension), peningkatan tekanan darah yang terjadi hanya saat tidur di malam hari.
Terkadang, hipertensi primer dan sekunder bisa terjadi bersamaan. Maksudnya, seseorang mungkin saja sudah mengalami hipertensi primer, mengalami perburukan atau tekanan darahnya makin meningkat karena mengalami komplikasi dari penyakit yang lain.
Baca juga: Deteksi Dini Kelainan Jantung pada Dewasa Muda
Gejala hipertensi sering kali tidak spesifik, sehingga banyak orang tidak menyadari mereka menderita kondisi ini. Bahkan, terkadang penderita hipertensi tidak merasakan gejala apapun bahkan saat tekanan darah mereka mencapai tingkat yang sangat tinggi. Karena itu, hipertensi sering disebut sebagai silent killer.
Secara umum, berikut adalah gejala hipertensi yang mungkin muncul:
Baca juga: Penyakit Jantung Koroner, Kenali Gejalanya
Sebenarnya penyebab hipertensi primer tidak diketahui secara pasti, karena merupakan kombinasi dari beberapa faktor. Beberapa penyebab terseringnya, antara lain:
Sedangkan untuk hipertensi sekunder, setidaknya ada 1 faktor medis yang bisa diidentifikasi oleh dokter. Beberapa hal yang dapat menyebabkan hipertensi tersebut adalah sebagai berikut ini:
Baca juga: Hipertensi: The Sillent Killer yang Perlu Anda Waspadai
Selain itu ada juga beberapa faktor risiko yang memperbesar kemungkinan terjadinya hipertensi, yakni:
Baca juga: Cara Agar Tekanan Darah Normal dan Terjaga
Sebelum mengobati hipertensi, dokter akan terlebih dahulu melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik, yang didukung dengan beberapa pemeriksaan tambahan. Bila semua hasil pemeriksaan tersebut menegaskan bahwa kondisi yang Anda alami termasuk hipertensi, barulah dokter akan menyarankan penanganan hipertensi yang sesuai.
Secara umum tujuan penanganan hipertensi adalah untuk menurunkan tekanan darah dan menjaganya tetap normal. Untuk mencapai tekanan darah normal, umumnya dokter akan menyarankan perubahan gaya hidup. Obat antihipertensi juga akan diresepkan oleh dokter, tergantung dari hasil tekanan darah saat pemeriksaan, faktor risiko yang dimiliki, serta beberapa kondisi lain.
Berikut ini adalah beberapa bentuk penanganan hipertensi atau tekanan darah tinggi yang mungkin disarankan dokter:
Perubahan gaya hidup yang disarankan untuk penanganan hipertensi bisa Anda lakukan dengan menerapkan beberapa tips berikut:
Setelah menerapkan beberapa saran penanganan dari dokter, Anda tetap perlu melakukan kontrol rutin ke dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Sebab penyakit hipertensi tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dijaga agar tetap terkontrol. Tujuan menjaga tekanan darah tetap terkontrol adalah supaya tidak terjadi komplikasi. Jadi, meskipun tekanan darah sudah normal atau tidak merasakan keluhan, jangan menghentikan pengobatan tanpa sepengetahuan dokter.
Selain kontrol rutin, dokter juga bisa menyarankan CT-Scan jantung maupun pemeriksaan penunjang lain untuk skrining komplikasi dari hipertensi yang Anda derita.
Pemeriksaan lanjutan dapat membantu mendeteksi penyakit jantung dan komplikasi lainnya secara dini. Dengan begitu, Anda dapat menjaga kondisi kesehatan dan mencegah munculnya penyakit lain.
Baca juga: Hasil CT-Scan Jantung, Ini yang Harus Diketahui
RS Pondok Indah tidak hanya memiliki dokter spesialis yang kompeten, tetapi juga dilengkapi dengan fasilitas medis terkini untuk memberikan pelayanan terbaik bagi kesehatan Anda dan orang terkasih. Jadi, jangan ragu untuk mulai memeriksakan tekanan darah di RS Pondok Indah cabang terdekat.
Penderita hipertensi bisa kembali ke tekanan darah normal dengan perubahan gaya hidup, seperti diet rendah garam, rutin berolahraga, mengelola stres, dan berhenti merokok. Jika diperlukan, dokter mungkin meresepkan obat untuk membantu mengontrol tekanan darah. Namun, penting untuk diingat bahwa hipertensi sering kali memerlukan manajemen jangka panjang, dan pemantauan rutin tetap diperlukan untuk menjaga tekanan darah dalam batas normal.
Lama penyembuhan dari hipertensi bervariasi tergantung pada penyebab dan respons individu terhadap perubahan gaya hidup dan pengobatan. Beberapa orang dapat melihat perbaikan dalam beberapa minggu hingga bulan dengan perubahan pola makan, olahraga, dan pengobatan, namun hipertensi sering kali merupakan kondisi kronis yang memerlukan manajemen seumur hidup.
Penyakit darah tinggi (hipertensi) sering kali memerlukan pengobatan seumur hidup untuk menjaga tekanan darah tetap normal, terutama jika perubahan gaya hidup tidak cukup efektif. Namun, dengan pengelolaan yang baik melalui diet, olahraga, dan pengurangan stres, beberapa orang mungkin bisa mengurangi dosis obat atau, dalam kasus tertentu, menghentikannya di bawah pengawasan dokter.
Referensi: