Testis Anak Tidak Turun? Ini Dia Penanganannya!

Selasa, 12 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Walaupun pada sebagian kasus testis dapat turun dengan sendirinya, kelainan bawaan ini harus ditangani dengan cepat agar tidak berisiko di masa depan

Testis Anak Tidak Turun? Ini Dia Penanganannya!

Undesensus testis (UDT), atau cryptorchidism, merupakan sebuah kelainan bawaan yaitu kegagalan testis untuk turun ke posisinya di skrotum atau kantong kulit yang tergantung di bawah penis.


Kondisi ini dapat terjadi sebelum kelahiran, biasanya hanya satu testis yang gagal turun. Namun, dilansir dari Mayo Clinic, ada sekitar 10% kasus di mana kedua testis mengalami kondisi ini.


Penyebab testis tidak turun belum diketahui secara pasti hingga sekarang. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang diduga berpengaruh. Mulai dari faktor genetik (keturunan), kondisi kesehatan selama kehamilan, gangguan hormon, hingga kelainan fisik dan saraf. Jika tidak segera ditangani, UDT dapat menyebabkan kemandulan hingga berisiko menjadi kanker testis di kemudian hari.


UDT Fact Sheet


  • Dapat terjadi pada 1–3% bayi lahir cukup bulan dan pada 15–30% bayi prematur atau dengan berat badan lahir rendah 
  • UDT lebih sering terjadi pada salah satu testis (unilateral), meski pada sekitar 30% kasus terjadi pada kedua testis (bilateral)
  • Lokasi tersering: kanalis inguinalis (72%), supraskrotal (20%), dan intraabdomen (8%)
  • Kurang lebih 70% kasus UDT dapat didiagnosis melalui perabaan pada pemeriksaan fisik
  • Biasanya dapat sembuh dengan sendirinya dalam 6 bulan pertama kehidupan karena testis masih dapat turun secara spontan pada usia 3–6 bulan. Apabila sampai usia 6 bulan atau 1 tahun testis tidak kunjung turun maka diperlukan operasi untuk mengembalikan posisi testis


Baca juga: Kelainan Testis pada Anak Laki-laki


Diagnosis Undesensus Testis pada Anak 

Proses penurunan testis dapat tertunda atau terhenti, yang dapat terjadi di sepanjang jalur penurunan yang seharusnya atau di luar jalur penurunan yang seharusnya (ektopik). Jika tidak teraba pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang tambahan seperti ultrasonografi (USG) sampai magnetic resonance imaging (MRI) dapat dilakukan untuk mengonfirmasi lokasi UDT.


Lokasi UDT perlu diketahui karena akan mempengaruhi pemilihan teknik operasi yang akan digunakan. Selain itu, UDT juga perlu dibedakan dengan agenesis testis atau vanishing testis, kondisi ketika organ testis pasien memang tidak terbentuk. 


Baca juga: Hidrokel Pada Bayi, Ini yang Harus Dilakukan Orangtua


Penanganan Undesensus Testis pada Anak 

Sebelumnya, pengobatan UDT dengan terapi hormon banyak dilakukan, tetapi kemudian mulai ditinggalkan karena efek samping dan angka keberhasilannya yang rendah. Sebaliknya, operasi pada UDT inguinal (area lipatan paha) memiliki angka keberhasilan sampai 92%.


Operasi UDT yang umum dilakukan oleh dokter spesialis urologi adalah orkidopeksi. Orkidopeksi idealnya dilakukan sebelum usia 1 tahun atau paling lambat sampai usia anak 1,5 tahun. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko terjadinya kemandulan, kanker testis, testis terpuntir (torsio), dan hernia inguinalis atau lebih sering dikenal dengan turun berok pada kemudian hari. 


Orkidopeksi pada UDT yang teraba dapat dilakukan operasi dengan teknik membuat sayatan di area lipatan paha (inguinal) pasien untuk mencapai testis yang tidak turun sempurna dan memposisikannya ke dalam skrotum.


Sedangkan pada kasus UDT dengan testis yang berada di dalam rongga perut, biasanya orkidopeksi akan diawali dengan eksplorasi rongga perut menggunakan kamera (laparoskopi). Pada beberapa kasus UDT dalam rongga perut, operasi orkidopeksi perlu dikerjakan bertahap sehingga memerlukan dua operasi terpisah.

 

Tidak ada langkah khusus yang dapat mencegah UDT. Namun, memastikan pola hidup sehat dan rutin melakukan kontrol selama kehamilan dapat menurunkan risiko terjadinya masalah kesehatan ini.


Deteksi awal UDT dapat dilakukan oleh orang tua dengan memeriksa skrotum anak dan memeriksakan ke dokter jika skrotum tampak kosong atau tidak teraba testis pada skrotum.