Informasi Menyusui Bayi Baru Lahir yang Perlu Diketahui

Oleh Tim RS Pondok Indah

Selasa, 26 November 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Proses menyusui bayi baru lahir penting untuk mendukung tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, ketahui tips dan posisi menyusui bayi baru lahir yang baik.

Informasi Menyusui Bayi Baru Lahir yang Perlu Diketahui

Menyusui bayi baru lahir merupakan masa paling penting untuk tumbuh kembangnya. Sebab semua nutrisi paling ideal untuk bayi terkandung dalam ASI. Namun, proses menyusui di masa ini tidaklah semudah itu, karena jadwal bangun tidur bayi baru lahir cenderung masih kacau. Selain itu, proses adaptasi ibu dan bayi dalam proses menyusui pun bisa menjadi suatu tantangan tersendiri.


Pentingnya Menyusui Bayi Baru Lahir

Seperti yang telah disarankan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) maupun organisasi kesehatan dunia (WHO), bayi sebaiknya mendapatkan ASI selama 6 bulan pertama kehidupannya, karena kandungan nutrisi dalam ASI sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Program ini dikenal juga dengan ASI eksklusif.


Selain memberikan nutrisi yang paling sempurna untuk bayi, menyusui juga bisa mempererat ikatan emosional antara ibu dan bayi. Menyusui sangat disarankan karena manfaatnya bagi kesehatan ibu maupun bayi. Oleh karena itu, berikanlah ASI eksklusif untuk bayi baru lahir dan lanjutkan hingga ia berusia 6 bulan. Kecuali memang ada kondisi kesehatan maupun pantangan atau saran lain dari dokter anak.


Jika Anda menghadapi tantangan seperti puting sakit atau produksi ASI yang kurang, konsultasikan dengan konsultan laktasi untuk mendapatkan saran dan dukungan yang tepat.


Baca juga: Inisiasi Menyusu Dini Demi Suksesnya ASI Eksklusif



7 Tips Menyusui Bayi Baru Lahir

Agar proses menyusui bisa berjalan dengan optimal dan ibu maupun bayi sama-sama merasa nyaman, berikut adalah beberapa tips menyusui bayi baru lahir yang bisa diterapkan:


1. Jaga kebersihan diri

Pastikan Anda selalu mencuci tangan sebelum dan setelah menyusui bayi untuk mencegahnya tertular infeksi maupun mengalami penyakit yang menular melalui kuman di tangan ibu.


2. Pilih posisi yang nyaman

Tidak hanya untuk bayi, ibu juga harus memastikan sudah berada dalam posisi yang nyaman ketika akan memulai proses menyusui. Sebab dengan posisi yang nyaman, barulah proses menyusui bisa berjalan dengan lancar. 


Posisi yang nyaman juga penting bagi ibu selama proses menyusui, karena durasinya yang cukup lama. Jika posisi ibu kurang nyaman, bisa saja menyebabkan keluhan yang menghambat proses menyusui.


3. Pilih posisi menyusui bayi baru lahir yang paling nyaman

Meski proses menyusui bisa mempererat ikatan batin ibu dan anak, tetapi selama menjalaninya, banyak kendala yang dialami, terutama bagi ibu yang baru pertama kali menyusui. Salah satu kendala menyusui adalah menemukan posisi yang benar dan nyaman untuk bayi. Anda tidak perlu khawatir dan merasa frustasi, karena sudah wajar bila ibu dan bayi sama-sama belajar untuk menemukan posisi menyusui yang paling nyaman.


Baca juga: Manfaat Menyusui untuk Si Kecil dan Kesehatan Ibu


4. Pastikan posisi perlekatan telah benar

Rasa sakit atau nyeri pada puting susu atau payudara ketika menyusui terjadi karena posisi perlekatan bayi yang kurang tepat. Anda bisa memastikan posisi perlekatan sudah benar dengan mengenali beberapa tanda berikut ini:


  • Dekatkan bayi pada payudara dengan mulut yang terbuka lebar dan bagian bibir bawahnya terpuntir ke luar. Pastikan bayi membuka mulutnya cukup lebar untuk menutupi puting dan areola.
  • Posisi dagu bayi menyentuh pada payudara ibu, atau posisi hidung bayi sejajar dengan puting
  • Bagian areola (daerah hitam di sekitar puting) yang bagian bawah lebih banyak masuk ke mulut bayi, dibandingkan dengan yang bagian atas
  • Saat melekat dan menghisap puting, bibir bayi harus terbuka ke bawah dan hidung bayi tidak boleh tertutup.
  • Bayi akan mengisap ASI dengan perlahan, tidak tergesa-gesa, dan berirama, merupakan pertanda bahwa ia menyusu dengan baik. Selain itu, tidak akan terdengar bunyi berdecak, melainkan suara bayi menelan ASI, serta pipinya terlihat menggembung.


5. Pastikan frekuensi menyusui si kecil sudah sesuai

Bayi yang baru lahir biasa akan menyusu sebanyak 8-12 kali dalam sehari atau sesuai permintaannya (on demand), selama 20 menit pada setiap sisi payudara. Anda bisa menyusui bayi di payudara sisi lainnya ketika ASI sudah benar-benar habis dan si kecil sudah sendawa.


Durasi menyusui ini akan lebih singkat, yakni 5-10 menit, ketika sudah lebih mahir menyusu. Frekuensi menyusui juga akan berkurang seiring pertambahan usianya. Yang jelas, jangan biarkan bayi tidak menyusu lebih dari 4 jam, meskipun saat malam hari.


6. Pastikan kecukupan ASI untuk bayi sudah terpenuhi

Kecukupan ASI untuk bayi bisa dikenali dengan tumbuh kembang yang sesuai dengan usia. Selain itu, beberapa tanda bayi sudah cukup menyusu adalah sebagai berikut ini:


  • Suara menelan, ketika bayi menyusu, akan terdengar makin lambat.
  • Frekuensi buang air kecil sebanyak 6-8 kali dalam sehari.
  • Kotoran pertama (mekonium) sudah dikeluarkan setidaknya 24 jam semenjak bayi disusui untuk pertama kalinya, dan terjadi peningkatan frekuensi buang air besar bayi setelah menyusu.
  • Bayi akan tampak mengantuk setelah menyusu dan akan tertidur selama 2-3 jam sebelum kembali menyusu.
  • Saat terbangun, bayi tampak aktif.  
  • Penambahan berat badan setelah bayi berusia 1 minggu, dan pada usia 2 minggu bayi akan mencapai kembali berat lahirnya.
  • Payudara ibu akan terasa kosong dan lembek.


7. Cukup istirahat dan pastikan nutrisi telah terpenuhi

Ibu menyusui juga harus memastikan kebutuhan nutrisinya tercukupi. Sebab makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu pun dapat memengaruhi produksi ASI. Jadi, pastikan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan bernutrisi tinggi, serta cukup minum air.


Tidak hanya memenuhi kecukupan nutrisi, pastikan Anda tetap menyempatkan untuk beristirahat ketika si kecil tengah tertidur atau tidak menyusu.


Baca juga: Nutrisi Ibu Menyusui untuk ASI yang Berlimpah dan Berkualitas



Posisi Menyusui Bayi Baru Lahir

Bayi yang baru lahir memang relatif lebih kecil dan lebih ‘ringkih’. Alasan ini lah yang membuat ibu lebih berhati-hati saat menggendong, bahkan menyusuinya. Akhirnya, ibu bisa merasa kikuk dan tidak nyaman saat menerapkan suatu posisi menyusui bayi baru lahir. Padahal, ketika ibu merasa tidak nyaman, bayi juga akan merasakannya, yang ditandai dengan bayi menjadi lebih rewel.


Salah satu kunci agar proses menyusui berjalan dengan lancar adalah dengan memposisikan bayi dengan benar. Memahami posisi menyusui yang benar sangat penting untuk kenyamanan ibu dan bayi.

Namun, perlu diingat bahwa posisi yang nyaman untuk bayi yang satu dengan lainnya, bisa saja berbeda. Jadi, Anda bisa mencoba beberapa saran posisi menyusui bayi baru lahir, seperti berikut ini:


1. Mendekap bayi atau cradle hold

Merupakan posisi klasik atau posisi paling standar yang banyak dilakukan. Namun, posisi ini mungkin kurang nyaman bagi ibu yang baru saja melahirkan menggunakan metode operasi caesar. Anda tetap bisa mencoba posisi menyusui ini dengan menerapkan berbagai panduan berikut ini:


  • Pastikan Anda sudah nyaman, dengan duduk bersandar pada sandaran tempat tidur atau sandaran kursi. Anda juga sebaiknya memastikan bahwa posisi tubuh tidak membungkuk selama proses menyusui agar tidak pegal.
  • Baringkan bayi di pangkuan kanan Anda, lalu posisi kepalanya pada siku tangan kanan, dengan posisi tubuh ditopang menggunakan lengan.
  • Posisikan tubuh bayi menghadap payudara kanan, dengan perutnya menempel pada perut ibu. 
  • Dekatkan mulut bayi ke puting payudara ibu.
  • Ganti posisi menyusui pada payudara kiri jika payudara kanan sudah terasa kosong dan lembek.


2. Menyilang atau cross cradle hold

Posisi ini mirip dengan posisi mendekap, hanya saja dilakukan oleh tangan yang berlawanan. Anda bisa lebih mudah memastikan perlekatan bayi dengan menggunakan posisi ini saat menyusui. Posisi menyusui bayi baru lahir ini juga lebih disarankan untuk yang lahir prematur maupun belum begitu mahir menyusu. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menerapkan posisi menyusui dengan menyilang:


  • Baringkan bayi di lengan kanan ibu, bila bayi menyusu pada payudara kiri.
  • Gunakan jempol dan jari tengah untuk menopang kepala bayi. Posisikan jari ibu tepat di belakang telinganya.
  • Sejajarkan tubuh bayi sehingga puting payudara ibu berhadapan dengan mulutnya.
  • Dekap tubuhnya dengan tubuh ibu agar bayi lebih mudah mengisap ASI


3. Menggendong dari samping atau football hold

Posisi ini bisa menjadi alternatif untuk menyusui setelah ibu menjalani operasi caesar, karena posisi bayi tidak menekan bekas jahitan. Selain itu, posisi ini juga akan menguntungkan ibu yang memiliki ukuran payudara lebih besar, maupun melahirkan anak kembar. Langkah-langkah menyusui dengan menggendong dari samping adalah sebagai berikut ini:


  • Siapkan dan letakkan bantal pada sisi bayi akan menyusu, untuk menopang tubuhnya sedekat mungkin dengan payudara ibu. 
  • Baringkan bayi di bantal dalam posisi menyamping, lalu dekatkan tubuhnya hingga menyentuh payudara.
  • Jika tidak menggunakan bantal, ibu bisa menggunakan lengan dan telapak tangan untuk menopang tubuh bayi.


Baca juga: Agar Produksi ASI Lancar dan Optimal


4. Bersandar atau laid-back 

Selain dengan mendekap, Anda juga menyusui bayi dalam posisi bersandar, dengan posisi tubuhnya vertikal. Posisi ini paling ideal bagi ibu yang masih belum sepenuhnya pulih setelah proses persalinan. Anda biasa akan melakukan posisi ini ketika inisiasi menyusui dini (IMD) di kamar bersalin. Posisi ini bisa dilakukan dengan:


  • Berbaring senyaman mungkin, usahakan posisi kepala ibu lebih tinggi dari dada. Anda bisa mengganjal punggung atas, bahu, maupun leher menggunakan bantal atau kain, supaya lebih tinggi dan tetap nyaman.
  • Baringkan bayi di dada ibu, dengan posisi perutnya berada di atas perut ibu.
  • Pastikan posisi kepala Anda cukup tinggi untuk menatap mata bayi.
  • Perlahan arahkan mulutnya ke puting payudara dan biarkan ia menyusu dengan nyaman.


5. Berbaring dalam posisi miring atau side lying

Selain berbaring, tidur miring sambil menyusui juga bisa ibu lakukan sembari menyusui si kecil. Posisi ini juga tidak menekan perut, jadi nyaman untuk ibu yang melahirkan dengan cara operasi. Beberapa tips menyusui dengan posisi ini, antara lain:


  • Berbaringlah dalam posisi miring, dengan mengganjal bantal atau guling di punggung Anda, supaya tidak pegal
  • Posisikan bayi sejajar dengan tubuh ibu, lalu miringkan tubuhnya dan hadapkan pada payudara Anda.
  • Ganjal juga punggung bayi menggunakan gulungan kain atau guling bayi untuk menjaga posisi tubuhnya. 


Baca juga: ASI Lancar dengan Akupunktur


Sebenarnya kunci kesuksesan menyusui bayi baru lahir adalah dari ibu dan bayi sendiri, karena keduanya sama-sama perlu belajar serta beradaptasi untuk menemukan posisi maupun proses yang paling nyaman. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa proses ini memiliki banyak hambatan yang kerap membuat ibu maupun bayi sendiri merasa frustasi.


Anda tidak perlu khawatir, karena konsultasi dengan konselor laktasi bisa membantu ibu dan bayi untuk mencapai proses menyusui yang menyenangkan dan bermakna. Konselor laktasi juga bisa mengajarkan manajemen laktasi untuk mencegah ASI tidak lancar, maupun memberikan saran untuk meningkatkan produksi ASI Anda. RS Pondok Indah juga memiliki layanan Klinik Laktasi yang siap membantu ibu dalam setiap tahapan menyusui.


Bila ragu, ibu bisa memastikan dengan konsultasi ke dokter spesialis anak di RS Pondok Indah. Dengan berkonsultasi, ibu juga bisa memastikan tumbuh kembang si kecil sudah sesuai dengan usianya, yang menjadi salah satu patokan bayi mendapatkan cukup ASI. Jadi, ibu tetap bisa menyusui bayi baru lahir dengan optimal.



FAQ


Berapa Jam Sekali Menyusui Bayi Baru Lahir?

Bayi baru lahir sebaiknya disusui setiap 2-3 jam sekali, untuk memastikan asupan nutrisi yang cukup dan mendukung tumbuh kembangnya. Pada minggu-minggu awal, bayi biasanya perlu disusui sebanyak 8-12 kali per hari.


Bolehkah Menyusui Newborn Sambil Tiduran?

Menyusui newborn sambil tiduran boleh saja dilakukan asal dilakukan dengan hati-hati. Posisi ini cocok untuk ibu yang lelah atau setelah operasi caesar. Namun tetap pastikan posisi kepala bayi sedikit lebih tinggi dari tubuhnya, agar ia dapat bernapas dengan leluasa serta mencegah bayi tersedak.


Bila Anda memiliki pertanyaan lain mengenai menyusui bayi baru lahir ataupun manajemen ASI, Anda bisa berkonsultasi dengan konselor laktasi di Klinik Laktasi RS Pondok Indah.


Apakah Menyusui Bayi Harus Kanan dan Kiri?

Ya, menyusui bayi sebaiknya dilakukan di kedua sisi, yakni payudara kanan dan kiri, untuk memastikan pengosongan ASI seimbang dan mencegah mastitis. Pastikan juga untuk menyusui bayi hingga payudara benar-benar kosong sebelum berganti sisi, untuk memaksimalkan nutrisi pada akhir produksi ASI.


Apa Bedanya ASI Sebelah Kanan dan Kiri?

ASI kanan dan kiri sebenarnya memiliki kandungan yang sama. Namun, beberapa ibu menyusui merasakan perbedaan produksi atau kenyamanan saat menyusui dari salah satu sisi. Faktor seperti posisi menyusui, kebiasaan bayi, atau anatomi payudara bisa memengaruhi kenyamanan ibu dan bayi pada proses menyusui dari salah satu sisi tertentu.


Apa Boleh Mencampur ASI Perah Beda Jam?

Anda boleh mencampur ASI perah beda jam, asalkan sudah dipastikan bahwa ASI sudah telah didinginkan dalam lemari es terlebih dahulu sebelum dicampur. Selain itu, suhu ASI yang baru diperah harus sama dengan ASI yang telah disimpan sebelumnya.


Jangan mencampur ASI yang masih hangat dengan yang sudah dingin. Serta, gunakan wadah steril dan simpan sesuai pedoman penyimpanan ASI. 




Referensi:

  1. Koukou Z, Papadopoulou E, et al,. The effect of breastfeeding on food allergies in newborns and infants. Children. 2023. (https://www.mdpi.com/2227-9067/10/6/1046). Diakses pada 5 Agustus 2024.
  2. Muro-Valdez JC, Meza-Rios A, et al,. Breastfeeding-related health benefits in children and mothers: vital organs perspective. Medicina. 2023. (https://www.mdpi.com/1648-9144/59/9/1535). Diakses pada 5 Agustus 2024.
  3. Dong D, Ru X, et al,. A prospective cohort study on lactation status and breastfeeding challenges in mothers giving birth to preterm infants. International Breastfeeding Journal. 2022. (https://link.springer.com/article/10.1186/s13006-021-00447-4). Diakses pada 5 Agustus 2024.
  4. Huang JZ, Chen CN, et al,. Evaluation of the effects of skin-to-skin contact on newborn sucking, and breastfeeding abilities: a quasi-experimental study design. Nutrients. 2022. (https://www.mdpi.com/2072-6643/14/9/1846). Diakses pada 5 Agustus 2024.
  5. World Health Organization. (https://www.who.int/health-topics/breastfeeding#tab=tab_1). Direvisi terakhir . Diakses pada 5 Agustus 2024.
  6. Centers for Disease Control and Preventions. Newborn Breastfeeding Basics. (https://www.cdc.gov/nutrition/infantandtoddlernutrition/breastfeeding/newborn-breastfeeding-basics.html). Direvisi terakhir 21 Maret 2023. Diakses pada 5 Agustus 2024.
  7. Centers for Disease Control and Preventions. How Much and How Often to Breastfeed. (https://www.cdc.gov/nutrition/infantandtoddlernutrition/breastfeeding/how-much-and-how-often.html). Direvisi terakhir 11 April 2022. Diakses pada 5 Agustus 2024.
  8. American Academy of Pediatrics. Newborn and Infant Breastfeeding. (https://www.aap.org/en/patient-care/newborn-and-infant-nutrition/newborn-and-infant-breastfeeding/). Direvisi terakhir 31 Mei 2022. Diakses pada 5 Agustus 2024.
  9. Cleveland Clinic. Benefits of Breastfeeding. (https://my.clevelandclinic.org/health/articles/15274-benefits-of-breastfeeding). Direvisi terakhir 17 Juli 2023. Diakses pada 5 Agustus 2024.
  10. Mayo Clinic. (https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/breast-feeding/art-20546815). Direvisi terakhir 29 Maret 2024. Diakses pada 5 Agustus 2024.