Pernahkah Anda berpikir apakah suara memiliki warna, atau apakah sebuah kata dapat terasa manis? Ternyata memang ada orang yang dapat merasakan dua atau lebih indra secara bersamaan lho. Apakah Anda salah satunya? Yuk, simak artikel berikut!
Umumnya, warna dilihat dan suara didengar. Namun untuk beberapa orang mereka bisa mendengarkan suara bersamaan dengan melihat warna atau bentuk tertentu. Berasal dari Bahasa Yunani kuno, synesthesia terdiri dari syn yang berarti bersama dan aesthesis yang berarti sensasi. Synesthesia adalah suatu fenomena persepsi panca indra, saat stimulasi pada sensorik tertentu, secara otomatis dan tanpa sadar akan memicu sensasi lainnya. Dengan kata lain, kondisi neurologis menyebabkan otak mengolah data dalam bentuk beberapa indra sekaligus. Sebagai contoh, ketika mendengarkan nada musik tertentu, mereka dapat memvisualisasi sebuah warna seperti warna merah atau bentuk seperti bentuk kotak dalam pikirannya.
Pada kasus lainnya, bau yang dicium oleh penderita sindrom synesthesia memiliki bentuknya sendiri-sendiri, seperti bentuk kotak untuk udara yang segar, bulat untuk aroma kopi, dan bulat dan kotak untuk aroma tubuh manusia. Maka itu, synesthesia yang sudah terdiagnosis dapat dibagi menjadi beberapa jenis, sebagai berikut:
Orang yang memiliki pengalaman synesthesia di sepanjang hidupnya disebut sebagai synesthetes. Mereka yang memiliki kemampuan ini sering kali tidak tahu bahwa apa yang mereka alami merupakan hal yang berbeda sampai ketika mereka menyadari bahwa orang lain tidak mengalami sensasi sensorik seperti mereka. Para synesthetes juga kerap menggunakan kemampuan mereka untuk membantu memudahkan dalam mengingat nama, nomor telpon, mental artimatika, dan banyak aktivitas kreatif lainnya, seperti visual musik dan teater.
Faktor penyebab synesthesia
Kondisi ini memang belum sepenuhnya dipahami, namun kemungkinan yang terjadi adalah adanya peningkatan silang antara area yang memiliki fungsi-fungsi berbeda. Sebagai contoh, pada sensasi munculnya warna ketika melihat huruf atau angka, kemungkinan sebagai akibat aktivasi-silang di area pengenalan huruf atau angka dengan area warna di bagian otak yang dikenal dengan korteks visual V4. Penjelasan lainnya adalah adanya ketidakseimbangan antara dua mekanisme susunan saraf pusat, yaitu inhibisi (penghambatan) dan eksitasi (perangsangan).
Ketidakseimbangan mekanisme tersebut bisa terjadi apabila peningkatan perangsangan atau eksitasi, seperti epilepsy lobus temporalis, trauma pada kepala, stroke, tumor otak, deprivasi sensorik, pada penggunaan zat-zat psychedelics (LSD, mescaline, dan halusinogenik lainnya). Synesthesia yang terjadi dengan mekanisme demikian dinamakan oleh Cytowic dan Eagleman sebagai acquired-synesthesia (synesthesia yang didapat).
Perlukah synesthesia ditangani?
Sebagian besar dari mereka yang memiliki synesthesia tidak merasa terganggu dengan kondisi yang dialaminya bahkan menganggap pengalaman mereka cukup menyenangkan dan dapat dianggap sebagai keunikan dalam pengalaman sensorik mereka. Hanya sebagian kecil saja orang yang merasa terganggu dan lelah dengan kondisi ini akibat rangsangan sensorik yang berlebihan. Maka synesthesia dianggap sebagai kondisi neurologis, dalam DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) maupun ICD (International Classification of Diseases) kondisi ini tidak dikategorikan sebagai penyakit ataupun gangguan.
Bagi mereka yang mengalami acquired-synesthesia, dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan mengendalikan gangguan yang mengakibatkan synesthesia tersebut. Sindrom ini sebenarnya tidak akan mengganggu jika penderita dapat menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Umumnya synesthesia bahkan dapat membuat sisi kreatif seseorang lebih tinggi dari kebanyakan orang.
Spesialis Psikiatri
RS Pondok Indah - Puri Indah
RS Pondok Indah - Bintaro Jaya