Keterlambatan Bicara, Apa Tandanya?

Rabu, 06 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Periode perkembangan emas anak berada pada 5 tahun pertamanya. Karenanya, sangatlah penting bagi orang tua untuk memantau berbagai aspek tumbuh kembang anak secara berkala, baik dari sisi fisiologis, psikologis, motorik, sensorik, maupun kemampuan berbicaranya

Keterlambatan Bicara, Apa Tandanya?

Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), terdapat 5-8 persen anak prasekolah yang mengalami speech delay. Bahkan, khusus di Jakarta, tercatat ada 21 persen anak yang mengalaminya.


Masalah perkembangan anak, seperti terlambat bicara/speech delay ini sebaiknya dipantau oleh dokter dan orang tua sejak dini. Pemantauan tersebut dapat dilakukan dengan pengamatan langsung kepada bayi atau anak dengan didampingi oleh dokter.


Dokter juga biasanya akan memberikan kuesioner atau buku kesehatan ibu dan anak untuk dipantau bersama oleh dokter dan orang tua. 


Speech delay terjadi ketika ada keterlambatan pada perkembangan bicara dan bahasa anak jika dibandingkan dengan anak lain seusianya. Selain dilihat dari usia, keterlambatan bicara juga dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin, adat istiadat, dan kecerdasannya.


Faktor Penyebab Speech Delay

Beberapa penyebab speech delay di antaranya: 


Faktor Medis 

  • Gangguan pada mulut: sumbing pada bibir/langit-langit lidah pendek, kelainan bentuk rahang.
  • Gangguan pendengaran: tuli, adanya riwayat infeksi telinga.
  • Gangguan pada fungsi pada otak, baik reseptif (penerimaan informasi), ekspresif (cara bicara), maupun proses di antaranya. Anak dengan gangguan ini biasanya mengalami autisme, ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), palsi serebral, atau retardasi mental


Faktor Lingkungan

  • Stimulasi tidak memadai: anak jarang diajak bicara atau berinteraksi
  • Screen time: paparan terhadap gawai atau televisi yang cukup lama membuat komunikasi satu arah tanpa adanya interaksi
  • Adanya trauma
  • Nutrisi yang tidak memadai


Pada umumnya, gejala speech delay pada si kecil dapat dikenali dengan kurangnya respons si kecil terhadap suara pada segala usia. Misalnya, jika si kecil jarang terlihat kaget saat mendengar suara keras.


Pertanda lain yang dapat menjadi gejala keterlambatan bicara adalah kurangnya respons si kecil ketika berinteraksi dengan orang lain.


Dilihat dari usianya, beberapa tanda speech delay yang perlu diwaspadai pada si kecil antara lain:



Mendiagnosis dan Mengatasi Speech Delay

Sebagai upaya preventif dan deteksi speech delay yang disebabkan oleh faktor medis, usahakan agar si kecil melakukan screening uji pendengaran sejak dini. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sejak bayi baru lahir, dan sebaiknya segera dijadwalkan sebelum si kecil berusia 2 tahun.


Selain itu, orang tua juga sebaiknya mempelajari tahapan perkembangan bicara normal anak sesuai usia, serta mewaspadai tanda-tanda keterlambatan bicara (red flag) di atas. Apabila ditemukan kecurigaan terjadi speech delay pada si kecil, orang tua sebaiknya berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis anak untuk memastikan diagnosis dan menentukan tata laksana yang sesuai.


Diagnosis dapat dilakukan sesuai temuan pada pemeriksaan anak, baik melalui pemeriksaan fisik, maupun alat-alat atau kuesioner screening perkembangan anak lainnya. Setelah itu, tata laksana dapat dilakukan sesuai penyebabnya.


Semakin dini hal ini dilakukan, maka akan lebih cepat pula anak dapat mengejar keterlambatannya. 


Untuk mengatasi speech delay pada anak, beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:


  • Rajin berbicara dan berkomunikasi. Hal ini dapat dilakukan sejak masa bayi. Kata-kata yang mudah anak dengarkan akan menjadi bekal saat ia bicara nanti
  • Membacakan cerita. Hal ini merupakan salah satu cara yang baik untuk meningkatkan kosakata anak. Ia dapat diajak menunjuk gambar dan menyebut nama benda yang ditunjuk
  • Mengajak si kecil bernyanyi
  • Membatasi screen time
  • Bermain pura-pura/pretend play, misalnya bermain boneka dan bermain masak-masakan


Apabila orang tua terlambat mendeteksi keterlambatan bicara pada anak, dampaknya dapat berupa:


  • Keterlambatan berbicara yang tidak ditangani sebagian bisa menetap
  • Gangguan bahasa dapat menimbulkan kesulitan belajar, misalnya masalah membaca, menulis, memahami kalimat, yang berpengaruh pada hasil akademik dan pekerjaan saat dewasa nanti
  • Memengaruhi kemampuan bersosialisasi dengan teman-temannya dan kurang percaya diri
  • Berhubungan dengan gangguan emosi/mental, seperti kecemasan dan depresi, karena sulit mengekspresikan apa yang diinginkan atau dirasakan


Mencegah Speech Delay

Anda dapat melakukan komunikasi dua arah dengan anak sejak dini dengan intonasi, kontak mata, dan ekspresi wajah yang sesuai untuk mencegah keterlambatan bicara pada anak.


Orang tua juga dapat meminimalkan distraksi saat berkomunikasi dengan anak, misalnya tidak sambil mengoperasikan gadget, seperti ponsel atau komputer.


Pantau perkembangan bicara anak sesuai dengan usianya. Apabila ditemukan tanda bahaya atau red flag, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak. 


Apabila anak Anda memiliki riwayat terlambat bicara dan sudah melakukan terapi wicara, serta telah memperlihatkan kemajuan komunikasi yang baik, Anda harus tetap memantau perkembangannya.


Memperhatikan prestasi akademik anak, terutama yang berhubungan dengan membaca, menulis, memahami kalimat, perkembangan emosi, hingga mencermati perilaku anak dan hubungan anak dengan teman sebayanya, merupakan beberapa jenis pemantauan yang dapat dilakukan.


Pemantauan orang tua perlu terus dilakukan agar si kecil tetap berada pada kondisi perkembangan yang optimal.