Mengatasi Saraf Terjepit Tanpa Operasi, Apakah Bisa?

Kamis, 07 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Pernah mendengar seseorang menderita saraf terjepit? Kenali penyebabnya dan cara penanganannya

Mengatasi Saraf Terjepit Tanpa Operasi, Apakah Bisa?

Saraf terjepit dapat terjadi ketika lingkaran jaringan ikat yang mengelilingi diskus atau cakram bantalan tulang terjadi kerusakan, dan menyebabkan material bantalan di dalam cakram menonjol keluar. 


Tulang belakang manusia memiliki beberapa ruas tulang vertebrae. Ada 7 ruas vertebrae di leher, 12 ruas punggung, 5 ruas pinggang, 5 ruas pinggul, dan 4 ruas di tulang ekor.


Di antara ruas-ruas tulang tersebut kecuali di tulang ekor dan pinggul, terdapat diskus atau cakram bantalan tulang. Diskus terdiri dari dinding (annulus) di bagian luar dan inti yang berupa seperti gel disebut nucleus pulposus.


Annulus merupakan bagian yang sangat kuat karena berfungsi sebagai penahan beban ketika seseorang beraktivitas. Namun, dalam keadaan tertentu annulus dapat robek. Ketika nucleus pulposus mendapat tekanan yang berat atau tekanan yang berulang, dapat terjadi kerusakan atau pecah.


Robekan annulus dan pecahnya nucleus pulposus ini dapat menimbulkan nyeri pinggang. Peristiwa keluarnya material diskus atau nucleus tersebut disebut Herniated Nucleus Pulposus (HNP).


Apabila material nucleus pulposus keluar menekan saraf, dapat menimbulkan rasa sakit yang menjalar dari bokong hingga ke tungkai bawah. Kondisi inilah yang disebut dengan siatica atau nyeri radiculer. Kondisi HNP ini lebih sering terjadi pada usia muda dan aktif.


Saraf terjepit dapat terjadi di beberapa bagian tubuh. Di antara ruas-ruas belakang, terdapat sendi. Sendi yang terletak di bagian belakang disebut dengan face joint. Sementara sendi yang terletak di bagian depan disebut diskus invertebrata.


Pemicu HNP

Olahraga dengan beban yang berat dapat menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya saraf terjepit. Apalagi jika dilakukan ketika tubuh belum siap, posisi yang tidak benar, atau tanpa pengawasan pelatih.


Hal ini disebabkan karena postur tubuh yang tidak tepat, gerakan yang salah ketika berolahraga, dan karena mengangkat beban yang melebihi kemampuan tubuh. Pemicu lain cedera saat olahraga adalah kurangnya stretching, warming up atau pemanasan sebelum olahraga.


Jadi, pengetahuan yang cukup tentang gerakan olahraga dan pengawasan dari pelatih sangat diperlukan untuk pencegahan cedera.


Gejala HNP

Tidak semua penderita HNP merasakan gejala yang sama. Kondisi atau tingkat keparahan HNP secara pasti dapat diketahui dan terlihat saat melakukan tes pemindaian MRI.


Berikut ini beberapa gejala yang kerap dirasakan:


  • Nyeri pinggang bawah, nyeri leher, nyeri bahu dan punggung atas
  • Jika HNP terjadi di daerah pinggang, nyeri menjalar dengan kualitas ringan, sedang, hingga berat dari bokong ke kaki. Gejala dapat disertai kelemahan pada kedua kaki. Pada keadaan tertentu dapat disertai gangguan BAK dan BAB
  • Jika HNP terjadi pada tulang belakang leher, rasa sakit paling intens dirasakan pada bahu dan lengan, dan gangguan raba rasa pada jari-jari tangan


Jadi gejala yang ditimbulkan dapat berupa gangguan raba rasa (nyeri baal kesemutan), gangguan kekuatan otot, kelemahan otot, gangguan berkemih dan defekasi, terkadang sampai terjadi gangguan koordinasi dan keseimbangan.


Mendiagnosis HNP

Ketika berkunjung ke RS Pondok Indah dengan gejala HNP, pasien akan melewati sejumlah pemeriksaan berikut:


  1. Wawancara medis untuk mencari tahu riwayat keluhan, aktivitas sehari-hari, hingga aktivitas olahraga yang dapat memicu HNP
  2. Mengonfirmasi dengan pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan yang cermat
  3. Pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis antara lain; pemindaian dengan CT Scan atau MRI untuk melihat kondisi tulang belakang elektromiografi (EMG) untuk mengukur aktivitas listrik otot saat berkontraksi


Penanganan HNP

Berbagai jenis pengobatan HNP dilakukan sesuai gejala dan tingkat keparahan penyempitan yang terjadi. Dari cara konservatif sampai operatif. Istirahat, menghindari gerakan membungkuk, mengonsumsi obat anti-nyeri dan anti peradangan dapat dilakukan pada kasus HNP yang ringan.


Mengontrol nyeri dengan bantuan injeksi langsung ke daerah yang bermasalah dapat dilakukan pada kasus HNP minimal, tetapi nyeri tidak dapat hilang dengan sendirinya dengan pengobatan konservatif.


Namun, jika rasa nyeri di pinggang, leher, atau punggung tak kunjung hilang, menjalar ke tungkai, atau menyebabkan kesemutan serta lemah otot tungkai, hingga mengganggu aktivitas, perlu dipikirkan pengobatan yang lebih agresif.


Melonggarkan penyempitan pada daerah yang mengiritasi saraf dapat dilakukan dengan operasi konvensional maupun dengan bedah minimal invasive dengan bantuan kamera atau scope.


Operasi yang lebih agresif dapat dilakukan untuk menstabilkan tulang belakang jika ditemukan adanya pergeseran tulang.


Sebagai langkah pencegahan terjadinya masalah tulang belakang sebaiknya Anda berolahraga secara teratur, terutama olahraga yang dapat menguatkan otot pinggang dan perut (core muscle).


Selain itu, penting juga menjaga postur tubuh yang baik ketika duduk bekerja di kantor maupun saat berolahraga, mengangkat beban dengan posisi yang benar, dan dengan beban yang sesuai kemampuan tubuh.


Apabila ingin berolahraga berat, sesuaikan dengan kemampuan, lakukan secara bertahap dan dalam pengawasan pelatih. Yang paling penting, jaga berat badan ideal, hindari merokok, dan kebiasaan minum alkohol.