Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yang Mengganggu Aktivitas

Selasa, 05 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Jangan sepelekan rasa kebas, kesemutan, dan nyeri yang Anda rasakan di tangan. Bisa jadi, itu gejala awal Carpal Tunnel Syndrome

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yang Mengganggu Aktivitas

Bisa jadi, itu gejala awal Carpal Tunnel Syndrome. Aktivitas harian berulang yang mengutamakan fungsi tangan, seperti mengetik atau melakukan pekerjaan yang berulang dalam jangka waktu lama, ternyata dapat meningkatkan risiko timbulnya sindrom ini.

 

Apa itu Carpal Tunnel Syndrome?

Nama Carpal Tunnel Syndrome berasal dari tulang karpal yang berada di sekitar pergelangan tangan. Dinamakan Carpal Tunnel karena karpal berbentuk seperti terowongan. Tulang karpal ditutup oleh selubung jaringan ikat bernama transverse carpal ligament.


Di dalam ‘terowongan’ itu ada banyak tendon yang menggerakkan jari tangan dan saraf medianus yang saling berdekatan. Saraf ini berfungsi sebagai saraf sensorik yang merasakan sensasi sakit, dingin, kesemutan, kebas atau panas yang mengirimkan sinyal ke otak sebagai saraf pusat.


Saraf medianus juga berfungsi sebagai saraf motorik. Saat otak berpikir untuk mengambil benda, saraf-saraf tepi di tangan akan menyambungkan perintah ke saraf medianus yang berlokasi di tangan untuk menggerakkan otot thenar, dan kemudian mengambil benda.


Maka itu, komplikasi dari Carpal Tunnel Syndrome yang tidak ditangani adalah menurunnya fungsi sensorik seperti kesemutan dan kebas juga fungsi gerak tangan terutama sulit menggenggam atau bila memegang benda bisa lepas karena tidak ada kekuatan.

 

Penyebab Carpal Tunnel Syndrome

Sindrom Carpal Tunnel terjadi karena adanya tekanan pada saraf medianus. Tekanan itu bisa muncul karena mengecilnya terowongan karpal karena kecelakaan, atau penebalan carpal ligamen.


Mengecilnya terowongan karpal dari luar bisa terjadi karena gerakan tangan yang membengkok ke bawah yang berulang ulang, seperti mengetik di keyboard komputer, dan lainnya. Awalnya, gejala bersifat ringan dan muncul kadang-kadang saja, namun bila tidak diobati, gejala bisa menetap dan bertambah berat.


Penyempitan lorong Carpal ini juga bisa disebabkan karena penyakit degeneratif, seperti cedera tulang karena trauma atau kecelakaan, komplikasi diabetes, rheumatoid arthritis yang menyebabkan pembengkakan otot tendon sehingga menghimpit lorong Carpal serta hipotiroid.


Faktor genetik juga disebut-sebut sebagai salah satu faktor penyebab sindrom ini. Apabila dalam keluarga Anda ada yang mengidap penyakit ini, Anda harus lebih waspada mengenali gejalanya.

 

Carpal Tunnel Syndrome pada Ibu Hamil

Carpal Tunnel Syndrome juga dapat menyerang ibu hamil. Ketidakseimbangan hormon estrogen yang terjadi pada saat hamil, mengakibatkan pembengkakan otot kaki dan tangan. Sehingga ketika tangan bengkak, maka saraf medianus akan ‘terjepit’.


Namun, jangan khawatir, pasca persalinan, biasanya gejala Carpal Tunnel akan menghilang dengan sendirinya.

 

Gejala Khas Carpal Tunnel Syndrome

Carpal Tunnel Syndrome bisa dikenali melalui beberapa gejala yang khas, seperti kesemutan, kebas, rasa terbakar, nyeri, atau sensasi kesetrum di telapak tangan dan jari-jari, terutama ibu jari, jari telunjuk, jari tengah dan separuh jari manis.


Gejala ini juga kerap memburuk saat malam hari. Sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter spesialis bedah ortopedi dengan subspesialis bedah tangan, dokter spesialis saraf, atau dokter spesialis bedah saraf.


Jangan dibiarkan, apalagi berharap gejala bisa hilang dengan sendirinya. Ketika penyakit semakin parah, jari-jari Anda dapat berkurang fungsinya untuk bergerak dan memegang barang.


Proses pengobatan dan penyembuhan pun akan memerlukan waktu yang lama bila dibandingkan jika ditangani sedari dini.

 

Mendiagnosa Carpal Tunnel Syndrome

Untuk mendiagnosa penyakit ini, dokter akan menanyakan beberapa hal terkait keluhan yang Anda rasakan. Kemudian, biasanya Anda akan dirujuk untuk melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang untuk memastikan diagnosa.


Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan seperti: elektromiografi untuk mengidentifikasi apakah kelainan sarf berasal dari carpal tunnel atau jepitan saraf di leher dan mengetahuhi derajat beratnya CTS, atau pencitraan dengan ultrasonografi.

 

Penyembuhan Carpal Tunnel Syndrome

Pengobatan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) bervariasi, tergantung derajat keparahannya. Gejala yang ringan dan sedang bisa ditangani dengan cara memekai stabilizer pergelangan tangan atau wrist splint.


Pembalutan tangan ini bertujuan untuk meminimalisir gerakan yang dapat memicu penekanan saraf medianus, terutama gerakan menekuk pergelangan tangan ke arah dalam.


Apabila metode pembalutan tangan ini kurang efektif, dokter mungkin akan memberikan obat-obatan anti radang, obat dan atau suntikan kortikosteroid langsung pada daerah yang sakit.


Suntikan ini bertujuan untuk mengurangi reaksi peradangan pada saraf medianus. Jika kedua hal ini tidak berhasil, prosedur operasi mungkin akan dilakukan, yakni dengan operasi membuka transverse carpal ligament agar lorong karpal lebih lapang dan saraf medianus tidak tertekan lagi.


Pemeriksaan status saraf yang paling penting adalah pemeriksaan elektromiografi (EMG), hasilnya bisa diketahui apakah keluhan tersebut diakibatkan oleh tekanan saraf di leher atau di pergelangan tangan atau CTS.


Ada enam tingkatan keparahan tekanan pada saraf medianus. Tingkat tiga dengan keluhan klinis yang sangat mengganggu bisa menjadi indikasi untuk operasi.


Pemulihan pasca operasi akibat Carpal Tunnel Syndrome mungkin butuh waktu lama jika kasusnya sudah lebih parah yaitu pada hasil EMG dengan tingkat lima atau enam dan terdapat penipisan otot thenar yang ada di bawah jempol.


Bahkan, ada kemungkinan tidak ada perkembangan dari penanganan yang sudah dilakukan.

 

Cegah Carpal Tunnel Syndrome

Untuk mencegah Carpal Tunnel Syndrome, istirahatkan tangan setiap satu jam beraktivitas. Jika Anda beraktivitas di kantor, gunakan bantalan pergelangan tangan saat mengetik. Selain itu, lakukan olahraga teratur agar otot tangan menjadi lebih fleksibel. Mencegah tentu jauh lebih baik daripada mengobati.