Rotator Cuff Injury, Perlukah Dioperasi?

Selasa, 05 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Cedera di area bahu seringkali berada di area rotator cuff. Seperti apa gejala dan penanganannya? Apakah harus dioperasi?

Rotator Cuff Injury, Perlukah Dioperasi?

Pernah merasakan sakit atau nyeri di area bahu setelah olahraga? Bisa jadi Anda mengalami cedera rotator cuff.


Bahu memiliki dua otot gerak utama bernama rotator cuff dan deltoid. Dari keduanya, orang kerap kali menderita cedera pada rotator cuff.


Otot ini sendiri terdiri dari empat tendon, yaitu subscapularis, supraspinatus, infraspinatus, dan teres minor.


Ada juga long head bicep yang terselip di antaranya. Ketika satu atau lebih tendon ini cedera, inilah yang dinamakan rotator cuff injury.

Cedera rotator cuff bisa bersifat tiba-tiba, seperti setelah cedera tendonnya langsung putus. Atau, yang lebih sering terjadi, cedera terjadi akibat gerakan yang repetitif.


Cedera dapat diawali dengan proses peradangan, penebalan otot, dan jika gerakan yang mencederai berlangsung terus menerus akan menyebabkan robekan. Robekan dapat terbagi menjadi dua tipe: robekan parsial atau bahkan robekan penuh (complete tear).


Penyebab cedera rotator cuff sendiri ada beberapa faktor. Namun, cedera paling sering disebabkan karena usia dan pengapuran tulang, posisi yang tidak benar saat olahraga, dan adanya riwayat kelainan anatomi, contohnya kondisi tulang acromion yang melengkung. Kondisi ini menyebabkan orang tersebut mudah cedera.


Sementara bagi para pegiat olahraga, semua olahraga yang banyak menggerakkan bahu pada dasarnya memiliki risiko terhadap cedera ini. Namun, yang paling sering ditemui di Indonesia adalah pada mereka yang kerap berolahraga angkat beban dan golf.


Gejala dan Penanganan Cedera Rotator Cuff

Cedera ini biasanya akan menimbulkan gejala nyeri di bagian bahu. Nyeri dapat dirasakan mulai pada hari pertama yang akan bertambah intensitasnya seiring berjalannya waktu.


Jika tendon robek, selain nyeri, Anda akan merasakan kelemahan di area bahu, yang menyebabkan Anda kesulitan atau bahkan tidak dapat mengangkat bahu sama sekali. Nyeri juga dapat dirasakan saat tidur.


Ketika terjadi cedera, standar yang dilakukan sama dengan semua cedera lainnya, yaitu dengan menerapkan PRICE (Protection, Rest, Ice, Compression, and Elevation). Anda juga dapat mengonsumsi obat pereda nyeri jika dibutuhkan. Jika keadaan tidak membaik setelah 5 hari, segera konsultasikan dengan dokter.


Selain wawancara dan pemeriksaan fisik, biasanya pasien akan disarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjut dengan ultrasound, CT Arthrogram, atau MRI, tergantung kebutuhannya. Di antara ketiganya, MRI memang yang paling membantu untuk diagnosis dan perencanaan perawatan.


Dengan mesin MRI 3 Tesla yang dimiliki RS Pondok Indah, dapat terlihat apakah kualitas tendon masih bagus, yang kemudian dapat menentukan apakah diperlukan operasi untuk penanganan cedera rotator cuff.


Perlu atau tidaknya operasi ditentukan dari tingkatan cedera yang dialami dan kondisi pasien. Jika cedera berupa radang dan inflamasi kronis, maka dapat dilakukan fisioterapi dan modifikasi gerakan latihan atau olahraga.


Pada tendon yang robek parsial atau ukurannya kecil, dapat dilakukan fisioterapi untuk menguatkan otot-otot lainnya agar dapat mengambil alih tugas tendon yang robek.

Jika tendon robek besar atau sudah diterapi dan tidak membaik, maka harus dilakukan operasi. Operasi yang dilakukan pun ada dua jenis, open surgery (sudah jarang dilakukan jika cedera tidak parah) dan minimal invasive, yaitu arthroscopy.


Pasien juga perlu mengingat ada tahapan yang harus dilewati pasca operasi, yaitu sebagai berikut:  


  1. Fase pertama - proteksi
  2. Tangan akan diberikan arm sling, untuk melindungi hasil jahitan agar menempel dengan baik.
  3. Fase kedua - mengembalikan mobilitas
  4. Selama masa recovery tangan dan bahu tidak digunakan, biasanya otot menjadi kaku dan nyeri, sehingga perlu dilatih kembali.
  5. Fase ketiga - mengembalikan tenaga (power)
  6. Meningkatkan latihan agar otot menjadi lebih bertenaga.


Dalam menjaga agar terhindar dari cedera rotator cuff, Anda perlu melakukan pemanasan yang tepat sebelum olahraga, start low go slow, tidak perlu terburu-buru mengejar target saat olahraga, dan yang terakhir, listen to your body.


Jika sudah lelah atau sakit, berhenti. Perhatikan sinyal yang diberikan oleh tubuh saat berolahraga.