Hindari Cedera Olahraga pada Tendon Achilles

Minggu, 03 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Keluhan pada muskulosketal atau dikenal dengan sistem gerak yang terdiri dari rangka, otot, dan sendi sebagai penopang tubuh, kerap terjadi akibat cedera olahraga

Hindari Cedera Olahraga pada Tendon Achilles

Keluhan pada muskulosketal atau dikenal dengan sistem gerak yang terdiri dari rangka, otot, dan sendi sebagai penopang tubuh, kerap terjadi akibat cedera olahraga. Penyuka olahraga contact sport seperti basket dan sepakbola yang mengharuskan untuk banyak berlari dan melompat misalnya, sangat rentan terhadap cedera tendon Achilles.


Tendon Achilles merupakan gabungan dari tiga otot besar di betis, yaitu gastroknemius medial dan lateral, serta soleus, yang fungsi utamanya adalah mengangkat tumit kaki ke atas. Pada aktivitas berjalan saja, tendon Achilles bisa mendapatkan beban sampai dengan 125 persen berat badan, apalagi saat beraktivitas olahraga berat, seperti berlari.


Dalam contact sport, aktivitas berlari ini akan ditambah dengan trauma kontak, misalnya karena terkena tackle atau terkena sepatu pemain lain. Apabila hal ini berlangsung terus menerus, maka dapat menimbulkan kelemahan pada tendon tersebut dan mengakibatkan ruptur atau sobekan.


Cedera tendon Achilles sangat sulit untuk dicegah pada olahraga kontak. Apabila timbul nyeri pada bagian tersebut, sebaiknya segeralah istirahat untuk memberi kesempatan pada tendon untuk self-recovery.


Tindakan memberi suntikan pada tendon Achilles adalah suatu hal yang tidak dianjurkan, terutama suntikan steroid. Hanya pada kasus tertentulah dapat diindikasikan penyuntikan pada selubung tendon Achilles, misalnya pada proses tendinitis Achilles, yang sebaiknya dilakukan dengan tuntunan USG muskuloskeletal.


Gejala cedera tendon Achilles yang paling umum di antaranya adalah sakit luar biasa pada otot kaki bagian bawah, nyeri saat berjalan, pembengkakan pada betis, dan tidak bisa berjingkat.


Bila sudah terjadi sobekan total, maka akan disarankan untuk dilakukan tindakan penjahitan pada tendon tersebut. Penjahitan ini dapat dilakukan dilakukan secara minimal invasive, maupun secara konvensional, yaitu open surgery.


Jika tidak memungkinkan untuk dilakukan pembedahan, maka tindakan konservatif pun dapat dipertimbangkan, dengan dilakukan pemasangan serial gips bertahap.