Intervensi Stroke dengan Terapi Endovaskular Invasif Minimal

Minggu, 03 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Stroke terdiri dari dua jenis yakni iskemik (bukan pendarahan) dan hemoragik (perdarahan)

Intervensi Stroke dengan Terapi Endovaskular Invasif Minimal

Stroke terjadi bila terdapat penyumbatan atau hambatan aliran darah ke otak. Gejala seperti kelemahan fungsi lengan, kaki atau bicara cadel merupakan tanda stroke. Keadaan ini adalah suatu kondisi darurat medis karena kurangnya suplai darah yang menyebabkan selsel otak akan rusak sehingga mengakibatkan cedera otak, cacat serius, bahkan kematian.


Stroke iskemik yang biasanya terjadi karena pembentukan gumpalan darah diterapi dengan melarutkan gumpalan tersebut dan memulihkan aliran darah ke otak.


Sementara itu, stroke hemoragik yang disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah diterapi dengan cara menghentikan perdarahan dengan menyumbat kebocoran pembuluh darah yang ada.


Time is Brain

Tim penanggulangan stroke di Inggris menggunakan akronim Face, Arm, Speech Test (FAST) untuk mendeteksi secara sederhana adanya kemungkinan stroke. “T” pada akronim tersebut juga bisa berarti “Time”, dimana semakin lama waktu penyumbatan darah ke otak, semakin banyak terjadi kerusakan otak.


Kerusakan sel-sel otak dan perawatan yang terkadang sulit untuk terpenuhi menempatkan stroke menjadi penyebab utama kecacatan jangka panjang.


Mini Stroke

Mini stroke (TIA/serangan iskemik sementara) adalah penyumbatan sementara pada pembuluh darah otak. TIA dapat memperlihatkan gejala stroke ringan dengan gambaran neuroimaging yang tampak normal.


Namun, seringkali TIA muncul sebelum stroke terjadi sehingga TIA ini bisa dijadikan sebagai suatu peringatan bahwa orang tersebut mungkin memerlukan penanganan dini untuk mencegah terjadinya stroke.


Terapi Endovaskular Invasif Minimal

Tindakan ini dilaksanakan oleh dokter spesialis radiologi intervensi, yaitu dokter spesialis radiologi yang telah selesai menjalani tambahan pendidikan subspesialisasi intervensi selama minimal dua tahun.


Terapi ini dilakukan dengan cara memasukkan kateter atau selang kecil melalui sayatan minimal pada kulit dan selanjutnya ujung selang diarahkan pada area pembuluh darah yang bermasalah kemudian dilakukan terapi sesuai jenis stroke. Terapi selalu didahului dengan memvisualisasikan pembuluh darah otak beserta kelainannya.


Pemeriksaan baku emas untuk visualisasi pembuluh darah otak adalah angiografi serebral. Pemeriksaan angiografi biasanya dilakukan setelah pemeriksaan lain mendeteksi adanya stroke pada otak dan dokter memerlukan informasi yang lebih rinci mengenai pembuluh darah otak.


Angiografi serebral dilakukan dengan memasukkan kateter atau selang kecil ke dalam pembuluh darah yang dilanjutkan dengan menyuntikkan media kontras ke dalam pembuluh darah otak.

Apabila dokter spesialis radiologi intervensi telah mendapat peta pembuluh darah dan arah yang tepat, lalu akan dilakukan terapi.


Terapi untuk melarutkan gumpalan darah dinamakan trombolisis, sedangkan untuk menyumbat perdarahan disebut juga dengan embolisasi. Kasus stroke perdarahan terbanyak terjadi akibat pecahnya aneurisma, yaitu suatu kelainan akibat lemahnya kondisi dinding pembuluh darah yang akhirnya membentuk suatu kantong yang mudah pecah. Hal ini juga terjadi akibat malformasi pembuluh darah nadi-balik pada otak (arteriovenous malformation, AVM).


Angiografi serebral juga bisa dilakukan secara non invasif dengan menggunakan CT-scan atau MRI.


Pencegahan Stroke

Dalam 12 bulan pertama setelah serangan awal stroke, 8-12 persen pasien mengalami stroke kedua, dan pasien yang memiliki TIA memiliki risiko 5-7 persen serangan stroke pada minggu berikutnya. 


Oleh karena itu, individu dengan riwayat serangan stroke memerlukan manajemen pencegahan stroke yang mencakup diagnosis dan juga terapi yang dilakukan oleh dokter spesialis radiologi intervensi yang berkompetensi, terutama dalam hal proteksi radiasi dan penggunaan kontras media secara rasional.