Ketika Menelan Terasa Berat

Rabu, 06 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Pernah mengalami kesulitan menelan? Padahal makanan yang dikonsumsi bertekstur lembut, tapi rasanya perlu ekstra usaha dan tenaga sampai akhirnya bisa tertelan

Ketika Menelan Terasa Berat

Disfagia atau gangguan menelan merupakan kondisi ketika seseorang kesulitan untuk melewatkan makanan padat dan cair dari mulut ke lambung, kurangnya respon di area faring, atau gangguan mekanisme menelan. 


Disfagia berbeda dengan nyeri menelan (odynophagia) atau rasa seperti ada yang mengganjal di tenggorokan. Selain itu, disfagia juga bisa merupakan kondisi yang berdiri sendiri (akan hilang tanpa penanganan tertentu) tapi bisa juga menjadi tanda dan gejala gangguan kesehatan. 


Proses Menelan

Menelan makanan merupakan mekanisme rangsangan otot (neuromuskular) yang kompleks yang melibatkan sekitar 40 pasang otot dan lima saraf kranialis. 


Menelan terdiri dari tiga fase, yaitu fase oral, fase faring, dan fase kerongkongan (esofagus). Gangguan yang terjadi pada salah salah satu atau seluruh fase tersebut dapat menyebabkan disfagia. 


Secara klinis, ada beberapa tanda atau gejala yang menunjukkan seseorang mengalami disfagia. Di antaranya adalah kerap tersedak saat makan atau minum, batuk setiap menelan, atau mengeces (sulit mengendalikan ludah/saliva di dalam mulut). 


Infeksi Paru dan Stroke

Disfagia umumnya disebabkan gangguan pada sistem neuromuskular, seperti akibat stroke, myansthenia gravis, keganasan di area leher, dan beberapa sindrom lainnya. Karenanya, gangguan ini memerlukan perhatian dan penanganan segera. 


Ketika tidak mendapat penanganan yang tepat, disfagia dapat menyebabkan komplikasi yang berat. Mulai dari timbulnya malabsorpsi hingga yang fatal adalah pneumonia aspirasi (infeksi dan peradangan pada paru). 


Pneumonia aspirasi terjadi ketika makanan dan minuman “salah jalur”. Asupan yang seharusnya masuk ke dalam lambung malah disalurkan ke paru sehingga menyebabkan infeksi. 


Karena merupakan suatu tanda klinis, penting mencari dan mengidentifikasi penyebab utama terjadinya disfagia. Disfagia yang timbul secara mendadak dan tiba-tiba (biasanya disertai pelemahan satu sisi tubuh dan wajah) dapat menjadi tanda-tanda stroke akut.


Pada kondisi seperti ini, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan diagnostik dan mendapatkan terapi yang sesuai. 


Pencegahan dan Penanganan Sulit Menelan

Pencegahan disfagia sangat bergantung pada penyakit penyebabnya. Untuk kasus stroke, misalnya. Pada kasus ini, pencegahan disfagia dapat dilakukan dengan melakukan pencegahan primer dan sekunder stroke.


Misalnya dengan mengontrol dan mengendalikan faktor risiko stroke dengan menjaga kadar gula darah, tekanan darah, kolesterol, menjaga hidup sehat, dan berolahraga.


Disfagia yang disebabkan penyakit lain memerlukan upaya pencegahan yang berbeda. Karenanya, segera periksakan kondisi ke dokter ketika mengalami gangguan menelan. 


Untuk mendiagnosis disfagia, ada beberapa pemeriksaan yang diperlukan—baik diagnostik maupun fisik. Pemeriksaan diagnostik antara lain Fibreoptic Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES), Magnetic Resonance Imaging (MRI), atau CT-Scan.


Pemeriksaan-pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari atau mengonfirmasi penyakit yang menyebabkan disfagia. 


Setelah terkonfirmasi mengalami disfagia, ada beberapa tindakan penanganan yang dapat dilakukan.


  • Pemasangan feeding tube. Pemasangan selang dari mulut atau hidung menuju lambung untuk memasukkan makanan (biasanya makanan cair)
  • Perubahan pola dan konsistensi makanan
  • Menjalani rehabilitasi untuk latihan menelan
  • Pada kasus disfagia tahap lanjut, dapat pula dilakukan pembedahan


Karena adanya kemungkinan menyebabkan gangguan pada berbagai organ, penanganan disfagia memerlukan kerja sama tim dokter dari berbagai ilmu bidang kedokteran.