Hamparan Kesenangan, Bukan Ancaman

Kamis, 07 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Bentangan air menjadi salah satu wahana bermain favorit anak-anak. Sayangnya, arena yang seharusnya memberi kesenangan ini pun memiliki potensi bahaya

Hamparan Kesenangan, Bukan Ancaman

Tenggelam merupakan suatu kecelakaan yang tidak disengaja dan tidak dapat diprediksi. Namun, ada banyak unsur kelalaian yang menyebabkan tenggelam bisa terjadi, khususnya pada anak-anak.


Dalam dunia medis, dikenal istilah tenggelam dan hampir tenggelam. Istilah tenggelam digunakan pada kasus kematian akibat paru-paru yang terisi cairan sehingga paru-paru tidak dapat mengabsorbsi oksigen.


Sementara, istilah hampir tenggelam digunakan saat penderita berhasil ditolong sehingga dapat tetap bertahan hidup.


Selain itu, dikenal pula dua jenis tenggelam, yaitu basah (wet) dan kering (dry). Pada kasus basah, paru-paru terisi oleh air. Berbeda dengan kasus kering, ketika hanya sedikit air yang masuk paru-paru.


Pada kasus ini, kematian dapat terjadi akibat panik yang menyebabkan asfiksia (kurangnya kadar oksigen dalam tubuh) atau bronkospasme (mengencangnya otot-otot bronkus pada paru-paru). 


Kunci keberhasilan penanganan kasus tenggelam adalah melakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR) dasar sehingga penderita dapat sadar dan kembali bernapas. Pertolongan dasar seperti mouth-to-mouth respiration dapat segera dilakukan saat mengeluarkan penderita dari air sambil berenang.


CPR lebih lanjut dapat dilakukan setelah tiba di darat atau tempat yang aman.


Tenggelam di air tawar

Meskipun dengan volume air yang teraspirasi kecil, masuknya air tawar dapat menyebabkan pecah sel darah merah (hemolisis) dan kerusakan surfaktan paru-paru.


Meski berhasil diselamatkan, sangat dianjurkan untuk memeriksakan kondisi anak ke rumah sakit terdekat. Selama perjalanan, orang tua dapat memantau kondisi anak dengan bantuan alat saturasi oksigen.


Pengawasan tetap diperlukan karena masih mungkin terjadi late asphyxia atau next drowning. Diperlukan beberapa pemeriksaan, seperti foto toraks, analisis gas darah (AGD), kadar gula darah, elektrolit, elektrokardiogram (EKG), atau pemeriksaan lain untuk memastikan kondisi anak.


Tidak jarang ditemukan aspirasi benda asing terutama pada kasus tenggelam yang terjadi di tempat kotor, seperti sungai dan danau. Pemantauan biasanya dilakukan selama delapan jam sebelum anak dinyatakan benar-benar aman. 


Pada kondisi tertentu, anak perlu dirawat secara insentif. Misalnya saja ketika anak tak sadar setelah dilakukan CPR, tidak berhasil bernapas spontan atau memerlukan alat bantu pernapasan, kesadaran menurun, saturasi oksigen di bawah normal, ketidakseimbangan elektrolit, atau ditemukan edema paru.


Selain itu, anak yang mengalami tenggelam juga sangat dianjurkan melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mengetahui ada-tidaknya gejala sisa (sequele).


Banyaknya kasus tenggelam, terutama pada anak, membutuhkan peran orang tua.


Beberapa upaya preventif dapat dilakukan, misalnya: 


  • Perhatikan sistem keselamatan jika di rumah terdapat kolam renang; 
  • Saat mengawasi anak yang bermain di air, ikut turun dan jangan melakukan aktivitas lain; 
  • Bagi anak remaja yang tidak bisa berenang, beri pengertian untuk memberi tahu guru atau pembimbing saat melakukan aktivitas luar ruangan di tempat, seperti kolam, sungai, laut, atau danau; serta 
  • Mengajari anak berenang pada usia sedini mungkin.