Selasa, 05 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Jika dahulu identik dengan penyakit orang tua, angka kejadian dan penderita stroke kini semakin bergeser ke arah usia produktif, dan bahkan bisa terjadi pada remaja atau anak-anak

Jika dahulu identik dengan ‘penyakit orang tua’, angka kejadian dan penderita stroke kini semakin bergeser ke arah usia produktif, dan bahkan bisa terjadi pada remaja atau anak-anak. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?


Apa Itu Stroke?

Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis yang berlangsung lebih dari 24 jam.


Serangan stroke terjadi saat pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang, yang jika dilihat dari penyebabnya dapat dibagi menjadi dua, yakni akibat penyumbatan yang disebut dengan stroke iskemik, serta akibat pecahnya pembuluh darah yang disebut dengan stroke hemoragik.


Dua belas persen kasus stroke disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah, sedangkan 86 persen sisanya ialah akibat penyumbatan. Pola hidup manusia modern yang semakin sibuk dan penuh dengan stres sedikit banyak berpengaruh terhadap kejadian stroke ini.


Stres Pengaruhi Kejadian Stroke

Saat Anda mengalami stres, tubuh akan menghasilkan beberapa hormon seperti kortisol yang merupakan hormon stres yang dapat mempengaruhi homeostasis pada sistem organ, serta mempengaruhi tekanan darah dan denyut jantung menjadi lebih tinggi, juga memicu proses aterosklerosis di pembuluh darah.


Oleh karena itu, jika tidak dikelola dengan baik, stres yang disertai dengan faktor risiko lain seperti kadar kolesterol, riwayat tekanan darah tinggi, dan diabetes, serta kurang aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke.


Proses aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah akan mengakibatkan pembuluh darah menjadi lebih kaku dan rapuh sehingga semakin mudah terjadi pecah pembuluh darah atau sumbatan yang lepas, sehingga mengakibatkan penyumbatan pada pembuluh darah otak.


Saat pembuluh darah tersumbat, darah pun tidak bisa menyalurkan makanan ke wilayah yang seharusnya dituju. Akhirnya, daerah tersebut akan mati. Sedangkan jika pembuluh darah pecah, darah tersebut akan membanjiri daerah sekitarnya dan menggumpal sehingga mengganggu fungsi dari organ tersebut, bahkan dapat menyebabkan kecacatan yang menetap pada penderitanya.


Dua per tiga dari penderita stroke mengalami kecacatan seumur hidup, dan sepertiga di antaranya mengalami kesulitan dalam berbicara, meski sudah menjalani pengobatan dan terapi.


Bukan ‘Penyakit Orang Tua’

Tak hanya orang dewasa, stroke juga bisa menyerang anak-anak. Bedanya, stroke yang dialami oleh anak-anak atau remaja biasanya disebabkan oleh adanya kelainan pada pembuluh darah atau cacat bawaan sejak lahir, misalnya aneurisma.


Hal ini bisa dideteksi sejak dini, salah satunya dengan pemeriksaan MRA brain. Orang tua diimbau untuk lebih waspada jika anak sering mengeluh sakit kepala yang tak tertahankan dan berulang.


Sementara pada orang dengan usia produktif, stroke lebih sering disebabkan oleh gaya hidup seperti pola makan yang tidak teratur dan asupan gizi yang tidak seimbang, kebiasaan merokok, enggan berolahraga, obesitas, dan kurang berkegiatan dengan aktif.


Kenali Serangan Stroke

Untuk mengenali apakah seseorang terserang stroke, kuncinya adalah waspada pada sesuatu yang terjadi secara mendadak atau tiba-tiba. Perubahan secara mendadak tersebut dapat ditemukan pada enam hal yang dapat dirangkum dalam akronim “SeGeRa Ke RS”.


Enam hal tersebut adalah perubahan mendadak pada senyum (Se), gerakan (Ge), bicara (Ra), kebas alias kesemutan (Ke), rabun (R), dan sakit kepala (S).


Jika tiba-tiba ada yang berbeda dengan senyum Anda, terjadi perubahan dalam gerak kaki atau tangan, ada masalah saat berbicara (seperti misalnya berbicara pelo atau tidak jelas), kebas yang terjadi secara mendadak di anggota gerak atau separuh badan, kerabunan yang terjadi tiba-tiba pada salah satu atau kedua mata, ataupun sakit kepala hebat yang terjadi begitu saja tanpa ada penyebnya, kejadian tersebut patut dicurigai sebagai tanda terjadinya serangan stroke.


Jika Anda atau orang terdekat mengalami tanda-tanda tersebut, segera konsultasikan dengan dokter spesialis saraf, atau bawa ke unit gawat darurat jika kondisinya sudah sangat parah. Durasi waktu terbaik untuk mencegah terjadinya keparahan pada serangan stroke adalah di bawah 5 jam.