Usia Optimal untuk Khitan Anak

Jumat, 15 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Sebelum mengajak si kecil khitan, sunat, atau secara medis dikenal dengan istilah sirkumsisi, para orangtua biasanya akan melakukan survei terlebih dahulu

Usia Optimal untuk Khitan Anak

Sebelum mengajak si kecil khitan, sunat, atau secara medis dikenal dengan istilah sirkumsisi, para orangtua biasanya akan melakukan survei terlebih dahulu. Selain survei seputar harga dan tempat khitan, biasanya orangtua juga akan bertanya pada teman atau kerabat, kapan sebaiknya si kecil di-khitan, dan adakah usia optimalnya?


Usia Terbaik untuk Khitan

Dari sisi medis, tidak ada usia tertentu yang dipandang optimal untuk melakukan prosedur khitan. Jika tidak ada masalah atau indikasi medis tertentu, khitan bisa dilakukan kapan saja. Sekarang, semakin banyak orangtua yang tak segan membawa anaknya untuk dikhitan sejak dini.


Selain karena adanya indikasi medis, juga untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi saluran kemih. Manfaat yang didapat dengan khitan yang dilakukan ketika bayi tak jauh berbeda dengan tindakan khitan yang dilakukan ketika anak usia sekolah.


Bedanya, penggunaan bius bisa lebih sedikit. Lalu, ketika usia bayi, bayi belum terlalu banyak bergerak, sehingga proses penyembuhan pun bisa lebih cepat. Risiko khitan saat bayi, usia balita, hingga usia sekolah juga relatif sama.


Baca juga: Kenali Manfaat dan Komplikasi Khitan


Pasien yang Tidak Boleh Khitan

Selain memperhatikan kapan sebaiknya anak menjalani proses khitan, orangtua juga perlu memerhatikan kondisi kesehatan si kecil. Pasalnya, ada beberapa kondisi medis tertentu yang tidak disarankan untuk dilakukan tindakan khitan ini, karena dapat berisiko terjadinya komplikasi. Kondisi medis tersebut di antaranya:


  • Adanya hipospadia di muara uretra yang terletak tidak pada ujung penis, tetapi pada bagian ventral penis. Hipospadia adalah kondisi di mana pasien seakan-akan telah disunat dari dalam kandungan.
  • Adanya epispadia, berkebalikan letaknya dengan hipospadia, yaitu di bagian dorsal penis, dengan gejala yang sama.
  • Kelainan pembekuan darah, seperti hemofilia dan anemia aplastik.


Oleh karena itu, ada baiknya tindakan khitan dilakukan di rumah sakit bersama dokter spesialis bedah umum atau dokter spesialis bedah anak, agar apabila ditemukan adanya kelainan organ atau kondisi medis tertentu, dokter dapat memberikan penjelasan dan penanganan yang lebih tepat.


Baca juga: Mikropenis, Bisakah Diobati?


Pentingnya Edukasi Pasien Setelah Tindakan Khitan

Setelah tindakan khitan, pasien akan mengalami beberapa reaksi jangka pendek yang tidak membahayakan. Oleh karena itu, hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Reaksi tersebut antara lain seperti rasa ngilu pada kepala penis yang baru dikhitan. 


Hal tersebut wajar dan terjadi karena kepala penis menjadi lebih sensitif terhadap sentuhan atau kontak dengan celana dalam. Rasa ngilu akan berangsur-angsur berkurang dalam kurun waktu dua sampai empat minggu.


Pasien disarankan untuk menggunakan celana dalam yang lebih longgar atau celana dalam sunat. Bila selesai berkemih jangan lupa bersihkan sisa air dengan tisu atau kasa pada tiga hari pertama selesai khitan.


Selanjutnya, diharapkan pada seminggu awal khitan sebaiknya mengurangi aktivitas naik sepeda, naik motor, atau menunggang kuda untuk mengurangi gesekan antara luka khitan dengan sadel.


Semoga informasi ini dapat menjadi pencerahan bagi Anda yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai khitan. Jangan lupa berkonsultasi dahulu ke dokter spesialis anak Anda sebelum mengajak buah hati Anda untuk di-khitan.