Tubuh Ideal dengan Tulang Sempurna

Jumat, 08 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Meski sampai saat ini belum diketahui penyebab pastinya, skoliosis dapat dideteksi sejak dini

Tubuh Ideal dengan Tulang Sempurna

Tulang belakang memiliki arti penting bagi tubuh manusia. Tidak sekadar menopang kepala dan tubuh, tapi juga menjadi organ dalam, tempat melekatnya tulang rusuk, serta penentu   sikap tubuh.


Sayangnya, tidak jarang seseorang menyepelekan ketika terjadi kondisi tertentu pada bagian tubuh yang satu ini. Skoliosis yang merupakan salah satu deformitas tulang belakang pun kerap tidak disadari oleh penderitanya.


Seseorang dikatakan menderita skoliosis jika terdapat kemiringan pada tulang belakang dengan sudut lebih dari 10 derajat. Pada kasus dengan derajat kemiringan yang tinggi, skoliosis dapat membuat organ penting seperti jantung dan paru-paru tidak dapat bekerja dengan sempurna, yang pada tingkat keparahan tertentu akhirnya dapat menyebabkan kematian. 


Pada kasus dengan derajat kemiringan yang rendah atau sedang, skoliosis dapat menyebabkan rasa nyeri pada penderitanya.


Secara umum, skoliosis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu postural dan struktural.  Kasus postural sering kali terjadi karena kebiasaan tidak baik, seperti menaruh beban di salah satu pundak atau posisi duduk yang tidak benar.


Kasus ini dapat diatasi dengan mengubah kebiasaan buruk. Sementara, skoliosis struktural sampai saat ini belum dapat diketahui penyebabnya (idiopatik).


Berdasarkan data dari berbagai kasus yang ditemukan, terdapat beberapa kecenderungan terkait skoliosis, sebagai berikut:


  • Lebih banyak diderita oleh wanita dibanding pria dengan rasio 8:1
  • Memiliki saudara kandung yang menderita skoliosis meningkatkan risiko terkena skoliosis hingga tujuh kali, sementara anak dengan orangtua yang menderita skoliosis memiliki tingkat risiko hingga tiga kali


Meski penyebab pasti kelainan ini masih menjadi misteri, bukan berarti tidak dapat diatasi. Deteksi dini menjadi langkah penting agar terhindar dari dampak negatif skoliosis. Deteksi dini ini sebaiknya dilakukan pada saat seseorang berusia 10 hingga 14 tahun, dan dilakukan setahun sekali selama tiga tahun.


Hal ini dilakukan mengingat kasus skoliosis paling banyak ditemukan pada usia remaja. Selain itu, jika skoliosis ditemukan pada usia di bawah 18 tahun, tatalaksana yang dilakukan dapat menjadi lebih maksimal karena proses pembentukan tulang pada saat itu belum sempurna.


Proses deteksi dini skoliosis pun terbilang mudah dan dapat dilakukan di rumah. Yang pertama adalah dengan berdiri tegak dan rileks. Perhatikan dan bandingkan asimetri leher, bahu, pinggang, panggul, posisi tulang belikat, jarak lengan dengan batang tubuh, serta inspeksi kulit. Disebut normal adalah ketika sisi yang kiri simetris dengan sisi kanan.


Pemeriksaan kedua adalah Adam’s Forward Bending Test. Anda cukup melakukan posisi rukuk (menekuk tubuh ke arah depan hingga sudut kemiringan 90 derajat). Setelahnya, minta orang lain untuk meraba bagian tulang belakang, dari panggul hingga leher. Jika terasa kemiringan di salah satu sisi, atau terjadi tonjolan, patut dicurigai terjadinya skoliosis.


Atau, Anda juga dapat menggunakan skoliometer untuk mengukur sudut kemiringan. Seseorang dikatakan menderita skoliosis jika sudut kemiringan melebihi 10 derajat.

Saat ini, smartphone Anda juga dapat berfungsi menjadi skoliometer. Anda cukup mengunduh dan memasang aplikasi skoliometer (baik Android maupun iOS).


Jika ditemukan kondisi asimetris atau sudut kemiringan lebih dari 10 derajat, segera lakukan pemeriksaan x-ray untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi tulang belakang Anda. Jangan pernah menunda, karena semakin cepat tatalaksana dilakukan, semakin maksimal hasil yang didapat.