Sudah Siapkah Menjadi Orangtua?

Jumat, 08 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Tidak sekadar kesiapan material, menjadi orangtua pun perlu kesiapan mental

Sudah Siapkah Menjadi Orangtua?

Tidak pernah ada sekolah untuk menjadi orangtua yang baik. Hal itu yang lantas membuat banyak orang merasa tidak pernah berhasil melewati passing grade untuk menjadi orangtua yang “baik” bagi anaknya.


Namun sebenarnya, seperti apakah orangtua yang layak mendapat cap “baik”? Tidak ada patokan tertentu yang dapat digeneralisasi mengenai predikat tersebut. Menjadi orangtua yang baik merupakan proses perjuangan yang tiada akhir.


Perjuangan yang bahkan sudah dimulai sejak buah hati belum hadir di dunia—untuk memberikan yang terbaik dan tidak pernah patah semangat memperbaiki kekurangannya.


Yang kemudian menjadi pertanyaan, apa saja amunisi yang diperlukan untuk menjadi orangtua yang baik? Faktor-faktor utama adalah kesiapan fisik, mental, hingga finansial. Semua faktor tersebut saling melengkapi, dan sebaiknya mulai didiskusikan bahkan sebelum mengikat diri menjadi sebuah keluarga.


Kenapa? Sebab, banyak hal sepele dapat menjadi masalah. Apalagi jika pasangan memiliki perbedaan yang begitu mencolok soal kebudayaan, hingga kepercayaan. Jika belum tercapai kesepakatan, dikhawatirkan suatu hari akan menjadi bumerang, tak hanya bagi Anda dan pasangan, tapi juga bagi sang buah hati.


Faktor-faktor kesiapan ini merupakan hal yang sangat penting. Hal pertama yang harus segera diidentifikasi adalah kesiapan mental. Meski tak selalu terlihat di permukaan, tapi sebenarnya setiap individu dapat merasakan kematangan, hingga gangguan yang ada di dirinya.


Sayang, tak jarang orang yang menyadari adanya gangguan psikologis dalam dirinya justru memendamnya, sehingga tidak tertangani dengan baik. Padahal, orang dengan penyakit skizofrenia sekalipun dapat sembuh dan bisa memiliki anak.


Ada banyak gangguan mental yang dapat menjadi penghambat untuk menjadi orangtua yang baik. Bahkan, gangguan kecemasan yang terkadang dipandang sebelah mata juga termasuk salah satu bentuk gangguan kejiwaan dan perlu ditangani.


Jadi, jika merasa ada sesuatu yang mengganggu, berkonsultasilah dengan pihak yang tepat tanpa harus merasa malu. Selain itu, ada pula beberapa gangguan mood yang sering dialami tapi tidak ditangani dengan tepat, misalnya depresi dan bipolar.


Gangguan seperti ini perlu ditangani hingga tuntas, karena anak yang dibesarkan oleh orangtua, khususnya ibu, yang mengalami gangguan tersebut akan terganggu perkembangannya—baik secara fisik, maupun psikologis. 


Anak yang dibesarkan oleh ibu yang mengalami depresi umumnya lebih jarang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dibandingkan anak pada umumnya. Tidak menutup kemungkinan, anak tersebut juga akan memiliki pertumbuhan badan yang tertinggal, hingga gangguan lain seperti rewel, pemurung, dan mudah marah.


Bagi para ibu, salah satu kondisi yang kerap dialami adalah baby blues syndrome. Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor hormonal maupun psikologis. Penting bagi Anda yang mengalami kondisi ini untuk mencari tahu penyebab terjadinya situasi yang Anda hadapi.


Jika Anda sudah merasa siap secara psikologis, maka berarti yang menjadi penyebab adalah hormonal. Apapun penyebabnya, baby blues syndrome perlu dianalisa dan ditangani dengan tepat agar tidak berkepanjangan. Pasalnya, tidak sedikit kondisi ini menimbulkan masalah yang fatal di kemudian hari.


Pada dasarnya, ketika seseorang diketahui memiliki gangguan psikologis, kendala terbesar bukanlah pada gangguan itu sendiri, melainkan pengaruh gangguan tersebut serta kemungkinannya untuk menghambat perjuangan sebagai orangtua.


Hal itulah yang menjadi pertimbangan mengapa gangguan psikologis harus segera ditangani dengan baik.


Menyoal kesiapan mental, pola asuh dalam mendidik anak, pembagian peran, hingga cara mengasihi juga menjadi hal yang penting untuk didiskusikan bersama pasangan sejak anak dalam kandungan.


Jangan sampai ketidaksepakatan menjadi pemicu timbulnya konflik. Semua pembagian peran harus konsisten dilakukan sejak si kecil lahir agar dapat membentuk suatu kebiasaan, karakter, dan menjadikan anak pribadi yang baik.


Meski sulit di awal, namun seiring waktu akan jadi lebih mudah dan Anda akan menuai “buah manis” di masa depan.