Perlemakan Hati: Salah Satu Sindrom Metabolik

Jumat, 01 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Seiring perubahan gaya hidup masyarakat yang tidak sehat, berbagai penyakit yang dikenal dengan sindrom metabolik, seperti hipertensi, diabetes, obesitas, dan gangguan lemak darah menjadi marak

Perlemakan Hati: Salah Satu Sindrom Metabolik

Perlemakan hati merupakan salah satu penyakit hati yang sering terjadi selain hepatitis A, B, dan C. Dalam kasus ini, terjadi penumpukan zat lemak, terutama trigliserida, di dalam sel hati. Perlemakan hati dapat menyerang segala usia, meskipun lebih banyak pada usia di atas 30 tahun.


Dari data epidemiologi, perlemakan hati terjadi pada 10—35 persen populasi umum, dan mencapai 40—90 persen pada penderita obesitas.


Gejala yang mungkin timbul adalah rasa tidak nyaman atau terkadang nyeri pada perut kanan atas, disertai cepat lelah, lesu, dan lemas. Pada keadaan berat, dapat menyebabkan berat badan menurun.


Penyebab dan faktor risiko perlemakan hati bermacam-macam, di antaranya sindrom metabolik yang terdiri atas dyslipidemia (kelainan lemak darah kolesterol dan trigliserida), diabetes, dan obesitas.


Faktor lainnya adalah penggunaan rutin beberapa obat jantung dan kemoterapi. Asupan makanan yang banyak mengandung lemak, tinggi karbohidrat, serta konsumsi alkohol yang belebihan (alkoholik) merupakan faktor pencetus yang paling sering terjadi pada perlemakan hati.


Untuk kasus di Indonesia, perlemakan hati yang umum terjadi tentunya bukanlah jenis alkoholik (Non Alcoholic Fatty Liver Disease/NAFLD) karena sebagian besar masyarakatnya bukanlah alkoholik.


Perlemakan hati jenis ini mempunyai derajat berat yang berbeda. Derajat ringan yang hanya berupa perlemakan hati saja dikenal dengan steatosis, sedangkan yang lebih berat dikenal dengan Non Alcoholic Steatohepatitis/NASH.


Jenis ini dapat menyebabkan peradangan atau inflamasi sel hati, bahkan kematian sel hati, yang akhirnya membentuk jaringan parut (fibrosis) hati. Proses peradangannya dapat berlanjut dalam kurun 10—20 tahun dan menjadi pengerasan serta pengecilan hati yang sering dikenal dengan istilah sirosis.


Kelanjutannya akan membuat kerusakan hati menjadi permanen, tidak berfungsi dengan baik, bahkan menimbulkan kanker hati.


Pemeriksaan

Perlemakan hati sering diketahui pada saat pemeriksaan kesehatan tahunan yang ditandai oleh pemeriksaan laboratorium fungsi hati, yaitu meningkatnya SGOT dan SGPT tanpa adanya sebab lain seperti hepatitis.


Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan bentuk hati yang membesar. Ultrasonografi (USG) abdomen, CT-scan, dan MRI abdomen dapat pula dijadikan pemeriksaan penunjang. Untuk memastikan adanya perlemakan hati, terutama adanya NASH, diperlukan tindakan biopsi hati atau pengambilan jaringan hati, meskipun tidak lazim dilakukan.


Penatalaksanaan perlemakan hati bergantung pada faktor risikonya. Jika disebabkan sindrom metabolik, maka penurunan berat badan dan kadar lemak serta gula darah menjadi sangat penting untuk memperlambat perjalanan penyakit.


Perubahan ke gaya hidup lebih sehat mutlak diperlukan. Berat badan diharapkan turun setengah kilogram perminggu secara bertahap dan terkontrol. Diet yang disarankan adalah rendah lemak dan karbohidrat, namun tinggi protein.


Selain itu, alkohol pun harus dihindari. Olahraga teratur juga sangat dianjurkan bersamaan dengan diet. Beberapa obat untuk menurunkan kadar lemak darah dan diabetes terbukti dapat memperbaiki perlemakan hati. Selain itu, pemberian antioksidan terutama vitamin E juga bermanfaat.


Perlemakan hati merupakan penyakit yang semakin sering terjadi. Diperlukan deteksi dini, penatalaksanaan yang tepat dengan mengobati faktor risiko, dan perubahan gaya hidup yang lebih sehat untuk menghindarinya.