Pentingnya Menjaga Kesehatan Saluran Cerna Anak

Kamis, 07 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Menjaga kesehatan saluran cerna si kecil dapat menjadi landasan kesehatan anak secara keseluruhan di masa mendatang

Pentingnya Menjaga Kesehatan Saluran Cerna Anak

Pembentukan dan Perkembangan Saluran Cerna

Periode ini dimulai sejak pembuahan hingga awal kehidupan, khususnya pada 1000 hari pertama kehidupan si kecil, yang bisa disebut juga dengan periode kritis. Mengapa demikian? Saluran cerna mulai terbentuk dari lapisan embrio terdalam saat kehamilan berusia sekitar 8 minggu dan terbentuk lengkap saat usia kehamilan sekitar 24 minggu.


Semasa dalam kandungan, bayi sudah mulai mengisap dan menelan air ketuban. Indra perasa pada lidah juga mulai berkembang. Setelah dilahirkan, bayi akan mengeluarkan feses pertama yang disebut mekonium dalam 24 jam pertama.


Hal ini merupakan salah satu tanda bahwa selama dalam kandungan, saluran cerna telah terbentuk dan siap menjalankan fungsinya secara utuh.


Penelitian epidemiologi saluran cerna di seluruh dunia menemukan adanya hubungan antara pengaruh faktor lingkungan pada masa awal kehidupan dengan perbedaan ekspresi genetik dan karakteristik biologis, yang pada akhirnya memengaruhi kesehatan dan penyakit di masa dewasa dan lanjut usia.


Perkembangan pesat saluran cerna dalam uterus (rahim) dipengaruhi faktor genetik dan maternal, termasuk nutrisi, kebiasaan merokok, status sosioekonomi, dan kesehatan ibu hamil.


Selanjutnya, pemberian ASI di awal kehidupan si kecil adalah suatu tindakan yang tidak diragukan lagi. Kebutuhan nutrisi sejak awal kehamilan, menyusui, dan penyapihan merupakan mekanisme penting yang memengaruhi perkembangan sistem biologis tubuh.


Peran Mikrobiota Usus

Selama dan sesaat setelah bayi lahir, bakteri perintis akan masuk ke dalam tubuh bayi dan ekosistem mikroba baru mulai terbentuk di usus. Jangan khawatir dulu ketika membaca mengenai banyaknya bakteri dalam tubuh kita.


Kumpulan bakteri baik dan jahat dengan jumlah yang seimbang ini memang diperlukan untuk membantu memproses zat-zat makanan yang masuk ke usus.


Kolonisasi mikroba bakteri perintis, merupakan hasil paparan terhadap mikroba lingkungan termasuk mikrobiota vagina dan kulit ibu.


Cara persalinan juga memengaruhi komposisi mikrobiota usus bayi; bayi yang lahir melalui vagina cenderung memiliki komposisi mikrobiota yang serupa dengan vagina dan usus ibu, sedangkan bayi yang lahir melalui bedah caesar cenderung memiliki komposisi mikrobiota yang menyerupai kulit ibu dan lingkungan rumah sakit.


Bayi yang dilahirkan melalui bedah caesar juga memiliki jumlah total bakteri lebih sedikit dan kurang beragam dibandingkan yang lahir melalui vagina; dengan komposisi spesies Staphylococcus, Corynebacterium, dan Propionibacterium yang lebih tinggi dan spesies Bifidobacterium yang lebih rendah atau bahkan tidak ada.


Paparan ASI maupun susu formula pada masa bayi (0-12 bulan) juga memengaruhi komposisi mikrobiota usus. Air susu ibu mengandung oligosakarida prebiotik; yaitu karbohidrat yang dapat larut namun tidak dapat dicerna yang sampai ke usus besar dalam keadaan utuh dan dapat merangsang pertumbuhan bakteri usus.


Bakteri yang ditemukan dalam ASI antara lain Bifidobacterium, Staphylococci, Streptococci, dan bakteri asam laktat. Setelah inokulasi dan kolonisasi bakteri awal, jumlah dan keragaman mikroba bertambah hingga membentuk ekosistem yang stabil dalam usus.


Pada masa pengenalan makanan pendamping ASI (MPASI), bayi mulai mengonsumsi makanan seperti buah, sayur, dan sereal. Makanan ini mengandung karbohidrat dan serat yang tidak larut dan tidak dapat dicerna, sehingga membuat jumlah dan keragaman bakteri usus menjadi lebih beragam.


Makanan padat yang beragam pada anak usia 1-2 tahun berkontribusi pada variasi mikrobiota usus anak, di mana pada usia batita ini, komposisinya sudah menyerupai mikrobiota usus orang dewasa.


Pembentukan dan perkembangan sistem saluran cerna di awal kehidupan sangat penting karena sistem saluran cerna merupakan organ yang kompleks. Pada sistem saluran cerna terdapat sekitar 70 persen sel daya tahan tubuh, sekitar 100 juta sel saraf yang memengaruhi sistem saraf seperti pengaturan mood dan rasa kenyang.


Selain itu, sepanjang sistem pencernaan juga merupakan tempat bagi seratus trilyun mikrobiota saluran cerna atau kurang lebih 150 kali jumlah gen manusia.


Saluran cerna yang sehat berkaitan dengan ekosistem mikroba yang beragam, seimbang, dan berfungsi dengan baik. Gangguan keseimbangan kompleks mikrobiota usus berkorelasi dengan berbagai gangguan, di antaranya gangguan metabolik, imunologi, dan perilaku.


Efeknya dapat mengakibatkan berbagai gangguan seperti alergi, autoimun, intoleransi makanan, Inflammatory Bowel Disease (IBD), autisme, dan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan obesitas, diabetes, kecemasan, dan depresi.


Memelihara lingkungan usus yang sehat selama masa bayi dan tumbuh kembang anak untuk mencegah penyakit dan mendukung kesehatan secara umum di masa dewasa.


Hidup Seimbang adalah Kunci

Perkembangan saluran cerna yang sehat menjamin pencernaan dan penyerapan nutrisi dan cairan untuk mencegah malnutrisi dan dehidrasi. Saluran cerna juga berfungsi mencegah agen penginfeksi, memicu toleransi mukosa dan sistemik untuk mencegah alergi, dan mengirimkan sinyal ke otak untuk mempertahankan homeostasis atau keseimbangan metabolisme tubuh.


Lapisan epitel usus bersama dengan lapisan pelindung lumen usus halus disebut sebagai barier saluran cerna. Barier ini lebih dari sekadar pelindung mekanis, karena memberikan pertahanan melalui sistem imun, menjalankan fungsi metabolik, dan mengaktifkan komunikasi antara mikrobiota usus dan otak melalui jalur imunologi, endokrin, dan sistem saraf enterik yang disebut sebagai sumbu usus-otak (gut-brain axis), sehingga usus dikatakan sebagai otak kedua kita.


Saluran cerna sebagai otak kedua manusia, memiliki pengaruh yang penting dalam tumbuh kembang seorang anak. Penting bagi setiap tenaga kesehatan untuk mengetahui jenis asupan sehat dan mengenali tanda gangguan saluran cerna agar dapat dideteksi dan ditangani sejak dini.


Pola makan seimbang yang mengandung cukup nutrisi, protein, vitamin dan mineral, bila diimbangi dengan mikrobiota usus yang sehat, akan menciptakan saluran cerna yang sehat dan optimal yang siap mendukung pertumbuhan badan dan kecerdasan otak setiap anak Indonesia.