Penanganan Serangan Jantung di Masa Pandemi COVID-19

Kamis, 07 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Memiliki berat badan ideal dan berusia muda bukanlah jaminan untuk terhindar dari serangan jantung

Penanganan Serangan Jantung di Masa Pandemi COVID-19

Organisasi kesehatan dunia (World Health Organization, WHO) memperkirakan bahwa 70 persen dari total angka kematian seluruh dunia disebabkan oleh penyakit tidak menular. Dari seluruh kematian akibat penyakit tidak menular ini, 45 persen di antaranya disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah.


Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2018 menunjukkan bahwa sekitar 15 orang dari 1.000 penduduk Indonesia mengalami penyakit jantung koroner. Sedangkan survei Sample Registration System 2014 menunjukkan bahwa 12,9 persen kematian disebabkan oleh penyakit jantung koroner.


Mengingat begitu besarnya dampak penyakit jantung koroner terhadap angka morbiditas dan mortalitas, penting bagi kita untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyakit ini, mulai dari pencegahan hingga pengobatannya.


Apa itu serangan jantung?

Jantung adalah salah satu organ terpenting bagi manusia, yang bertugas memompakan darah kaya oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Walaupun demikian, sama seperti organ tubuh lain, jantung juga membutuhkan asupan oksigen dan nutrisi agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik.


Darah yang membawa nutrisi dan oksigen ke otot-otot jantung akan dialirkan melalui pembuluh darah arteri koroner.


Serangan jantung dapat terjadi akibat adanya gangguan fungsi jantung saat otot jantung kekurangan darah karena penyempitan pembuluh darah arteri koroner. Hal ini mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kematian dari otot-otot jantung.


Biasanya, penyebab utama dari penyempitan tersebut adalah tumpukan plak kolesterol yang menyumbat pembuluh darah, bekuan darah, atau adanya robekan pada pembuluh darah koroner.


Penyakit jantung koroner ini dikenal sebagai the silent killer, karena dapat terjadi sewaktu-waktu tanpa ada tanda atau gejala sebelumnya, dan menyebabkan kematian mendadak.


Apa saja gejala serangan jantung?

Serangan jantung dapat dikenali dari adanya rasa nyeri atau tidak nyaman di dada yang dirasakan memberat, terutama ketika bekerja atau melakukan aktivitas fisik lain, misalnya berjalan cepat.


Keluhan ini dapat berulang atau bertambah lama durasinya, yang terjadi seiring dengan peningkatan berat aktivitas, penyempitan pembuluh darah, dan dapat disertai mual atau muntah, serta keringat dingin. Biasanya, keluhan ini akan berkurang jika seseorang beristirahat atau berhenti melakukan aktivitas.


Beberapa faktor seperti usia, riwayat keluarga, jenis kelamin, dan pola hidup dapat memengaruhi terjadinya serangan jantung. Kondisi penyakit yang diderita seperti hipertensi, diabetes melitus, hiperkolesterol juga meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung.


Sementara itu, pada usia yang lebih lanjut, biasanya gejala cenderung tampak menyerupai nyeri dada akibat cedera atau keluhan dari saluran pencernaan sehingga perlu diberikan perhatian khusus. 


Bukan hanya bisa terjadi pada orang-orang dengan berat badan berlebih dan gaya hidup sedentary saja, orang yang terlihat sibuk, kurus, dan sering berolahraga juga dapat terkena serangan jantung. Penyakit jantung koroner juga tidak mengenal usia.


Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya orang berusia muda yang mengalami penyakit ini. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan (medical check up) secara rutin sejak dini.


Sayangnya, pada masa pandemi ini banyak orang yang tidak lagi memprioritaskan pemeriksaan kesehatan berkala. Padahal, tak jarang aktivitas fisik pun berkurang, karena telah lebih dari setahun menghabiskan waktu di rumah saja.


Apalagi bagi Anda yang memiliki faktor risiko penyakit tertentu, pemeriksaan kesehatan berkala semakin penting dilakukan. Pilihlah fasilitas kesehatan yang menerapkan protokol kesehatan ketat, agar Anda tetap nyaman ketika melakukan pemeriksaan kesehatan berkala.


Bagaimana penanganan serangan jantung?

Serangan jantung bisa ditangani dengan membuka kembali sumbatan pada pembuluh darah koroner, sehingga aliran darah dapat bergerak lancar untuk memberikan oksigen dan nutrisi ke otot jantung.


Hal ini di antaranya dilakukan dengan memberikan obat-obatan untuk mengurangi keluhan yang timbul, misalnya golongan nitrat dan obat-obatan lainnya, dalam upaya menjaga agar pembuluh darah koroner tidak semakin tersumbat.


Beberapa metode untuk membuka sumbatan pada pembuluh darah jantung di antaranya: 


  • Terapi fibrinolitik
  • Terapi ini dilakukan dengan pemberian obat-obatan untuk menghilangkan penyebab sumbatan pada pembuluh darah koroner.
  • Terapi primary percutaneous coronary Intervention (PPCI)
  • Saat ini, PPCI merupakan standar pengobatan untuk penyakit jantung koroner. PPCI adalah suatu prosedur intervensi non-bedah dengan menggunakan kateter. Tindakan ini dilakukan dengan membuka sumbatan pada pembuluh darah koroner melalui balon atau pemasangan stent. Perkembangan teknologi yang pesat beberapa tahun terakhir membuat proses PPCI menjadi semakin aman dilakukan dan perkembangan prosedurnya telah banyak menyelamatkan nyawa dari serangan jantung. 
  • Operasi coronary artery bypass graft (CABG)
  • Pada kondisi tertentu, misalnya jika terdapat sumbatan atau penyempitan pembuluh darah yang banyak di beberapa tempat, operasi CABG dapat dilakukan.


Bagaimana cara mencegah serangan jantung?

Serangan jantung dapat dicegah melalui serangkaian upaya yang direkomendasikan oleh pemerintah, yakni menerapkan gaya hidup sehat dengan CERDIK, yaitu:


  • Cek kesehatan secara berkala
  • Enyahkan asap rokok
  • Rajin aktivitas fisik
  • Diet sehat dan seimbang
  • Istirahat cukup
  • Kelola stres


Jika seseorang telah mengalami penyakit jantung koroner, maka lakukanlah pola hidup dengan PATUH, yaitu:


  • Periksa kesehatan secara rutin
  • Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat
  • Tetap lakukan aktivitas fisik dengan aman
  • Upayakan diet sehat dan gizi seimbang
  • Hindari asap rokok, minuman beralkohol, dan zat karsinogenik lainnya


Serangan jantung tidak memilih waktu

Sudah lebih dari setahun sejak WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Kondisi ini juga memberikan dampak pada aktivitas masyarakat sehari-hari melalui upaya-upaya pencegahan agar pandemi ini segera berlalu.


Namun, Anda tidak boleh melupakan bahwa serangan jantung tidak memilih waktu, baik saat ada maupun tidak ada pandemi. Serangan jantung tetap terjadi dan menyebabkan angka kematian yang tinggi.


Jika Anda mengalami gejala serangan jantung, sebaiknya tetap segera periksakan diri ke dokter umum/dokter spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan kardiologi intervensi. Beberapa fasilitas kesehatan melayani konsultasi tatap muka ataupun melalui telekonsultasi. Anda dapat memilih jenis konsultasi yang sesuai dengan preferensi Anda. 


Apabila Anda merasa perlu untuk berkonsultasi tatap muka dengan dokter, pilihlah rumah sakit yang menerapkan protokol kesehatan yang ketat, sesuai dengan pedoman WHO dan Kementerian Kesehatan dalam upaya mencegah penyebaran virus COVID-19.