Panggul Sehat Kini dan Nanti

Kamis, 07 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Panggul termasuk bagian yang rentan terkena cedera. Penanganannya pun harus dilakukan segera demi hasil penanganan yang optimal

Panggul Sehat Kini dan Nanti

Berkebalikan dengan pentingnya peran yang dimiliki dalam struktur alat gerak bawah, panggul ternyata merupakan salah satu bagian yang paling riskan terjadi pengeroposan. Tingginya kemungkinan terjadi pengeroposan membuat panggul menjadi salah satu titik utama dalam tes kepadatan tulang.


Karenanya, tidak heran jika kemudian banyak terjadi permasalahan pada tulang panggul, terutama pada leher bonggol dan trochanter


Permasalahan pada tulang panggul umumnya terjadi pada usia lanjut (mulai dari 65 tahun). Pengeroposan tulang (osteoporosis) menjadi penyebab utama, dengan dominasi dialami oleh kaum wanita.


Selain itu, permasalahan pada bagian ini juga bisa disebabkan kecelakaan (trauma) dan kondisi patologis lain seperti tumor, infeksi (TBC tulang panggul), dan kelainan sewaktu masa pertumbuhan. 


Karena biasanya merupakan kejadian emergency, diagnosa pada kasus cedera leher bonggol maupun trochanter cukup memanfaatkan hasil rontgen. CT-scan terkadang diperlukan jika terdapat keraguan dari hasil rontgen. 


Rutin melakukan tes kepadatan tulang secara berkala, terutama bagi yang berusia lebih dari 60 tahun, menjadi penting agar terhindar dari permasalahan tulang panggul. Dengan melakukan tes kepadatan tulang, jika terdeteksi mulai atau sudah mengalami pengeroposan, dapat dilakukan penanganan untuk menanggulanginya.


Selain itu, penting pula menjalani aktivitas rutin (olahraga) dan menjaga asupan gizi demi menjaga kepadatan tulang. 


Cedera Leher Bonggol

Patah leher bonggol merupakan kasus yang bisa terjadi secara spontan (spontaneous fracture). Banyak masyarakat yang berpikir bahwa patahnya bagian ini merupakan akibat dari jatuh, padahal patahnya bagian inilah yang membuat seseorang tiba-tiba jatuh. 


Secara umum, penanganan kasus ini terbagi menjadi dua. Jika patah yang terjadi tidak komplit, dapat ditangani secara non-operasi dengan imobilisasi menggunakan skin traction untuk meminimalisir gerakan.


Sementara, jika patah komplit, harus dilakukan operasi penggantian bonggol (replacement).


Operasi penggantian bonggol bisa sebagian (partial) atau menyeluruh (total). Penentuan sebagian atau menyeluruh ini tergantung pada usia dan aktivitas pasien sebelum mengalami kepatahan serta kondisi tulang pasien.


Untuk collum femur pasien berusia kurang dari 60 tahun bisa dilakukan dengan pinning screw, sedangkan tindakan ini tidak dapat dilakukan untuk pasien berusia 60 tahun ke atas, harus dilakukan replacement hemi atau total. 


Cedera Trochanter

Terletak di luar kapsul (extracapsular fracture) dan berkarakter spongious, trochanter termasuk bagian yang rentan cedera tapi juga memiliki potensi yang tinggi untuk kembali menyambung.


Meski begitu, diperlukan dukungan alat untuk menopang demi optimalisasi proses penyambungan (jika berhasil kembali menyambung) atau menggantikan fungsi bagian yang patah. Penanganan yang dilakukan disebut fiksasi internal (penanaman alat di dalam tubuh). 


Pada masa lalu, pemasangan pen dilakukan di bagian samping tulang yang kemudian direkatkan dengan skrup. Pen jenis ini secara umum tidak sebaik pen dengan metode terbaru, apalagi bila disertai dengan pembenanan.


Untuk saat ini, sudah digunakan pen baru yang berbentuk seperti paku, proximal femoral nail. Pemasangan pen jenis ini secara umum membuat pasien lebih cepat dapat berjalan dengan menumpu lebih dini. Tindakan ini bisa dilakukan untuk menangani cedera atau patah trochanter.


Hanya saja, tindakan ini tidak dapat dilakukan jika bagian pangkal tulang sudah hancur.  Untuk kasus seperti itu, dilakukan operasi penggantian (replacement).


Penanganan Segera Cedera Panggul

Penting diingat, cedera pada tulang panggul harus segera ditangani demi optimalisasi tindakan yang dilakukan. Pada penanganan fiksasi internal, harus dilakukan segera, karena beberapa komplikasi dapat muncul akibat penundaan penanganan/tindakan, terutama untuk pasien lanjut usia.


Selain itu, penting pula untuk menaati tahapan-tahapan proses pemulihan. Pasien operasi penggantian memang cenderung lebih cepat untuk kembali beraktivitas.


Terlebih jika yang menggunakan semen tulang (bone cement). Sementara, pasien fiksasi internal akan terlebih dahulu menggunakan alat bantu jalan dengan tahapan-tahapan proses yang akan dijelaskan oleh dokter atau fisioterapis.