Ketika Pertahanan Tubuh Anak Kurang Optimal

Kamis, 07 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Gangguan kekebalan tubuh membuat anak lebih mudah terkena infeksi. Deteksi serta penanganan sedini mungkin membantu kualitas serta optimalisasi tumbuh kembang anak

Ketika Pertahanan Tubuh Anak Kurang Optimal

Tubuh manusia memiliki sistem imun sebagai pelindung dari infeksi kuman. Tapi pada sebagian orang, terjadi gangguan yang dikenal sebagai imunodefisiensi sehingga pertahanan tubuh menjadi lemah atau tidak bekerja optimal.


Akibatnya, orang tersebut menjadi mudah sakit dan penyakit yang terjadi cenderung lebih berat.


Secara umum, imunodefiensi terbagi menjadi dua, yaitu primer (bawaan lahir atau kelainan genetik) dan sekunder (didapat). Pada bahasan ini, dibatasi pada jenis primer (primary immunodeficiency/PID atau sekarang dikenal dengan istilah inborn error of immunity/IEI).


Imunodefisiensi primer disebabkan oleh kelainan genetik pada gen yang bertanggung jawab mengatur berbagai komponen sistem imun. Kelainan genetik ini dapat diturunkan dari orang tua meskipun pada sebagian kasus, kelainan ini terjadi tanpa memiliki riwayat penyakit serupa pada keluarganya. 


Hingga saat ini, terdapat lebih dari 410 kelainan genetik yang termasuk dalam kelompok penyakit imunodefisiensi primer. 


Balita dengan sistem kekebalan tubuh yang normal pun mudah mengalami infeksi. Namun, pada anak dengan imunodefisiensi primer, infeksi yang diderita biasanya berat (severe), berulang, menetap (persistent), atau tidak membaik bahkan setelah pengobatan standar.


Imunodefisiensi primer dapat mulai terjadi sejak lahir, masa bayi, kanak-kanak, tetapi ada juga ada yang baru terdiagnosis setelah dewasa. 


Diagnosis terhadap gangguan penyakit ini dilakukan dalam dua tahap. Pertama, dengan mencari jenis infeksi yang sedang dialami sehingga bisa diberi pengobatan yang tepat. Misalnya saja pemeriksaan biakan kuman, Polymerase Chain Reaction (PCR), atau pemeriksaan antibodi sesuai penyakit yang dicurigai.


Yang kedua, pemeriksaan untuk menilai profil sistem imun pasien. Hal ini dilakukan dengan menghitung jumlah sel, antibodi, komplemen, serta menguji fungsinya. Tes lain yang penting juga dilakukan adalah melakukan tes genetik untuk mengonfirmasi diagnosis. 


Penanganan terpenting untuk imunodefisiensi adalah menangani infeksi yang sedang terjadi. Setelahnya, pasien akan diberikan obat antibiotik, antijamur, atau antivirus profilaksis untuk pencegahan infeksi selanjutnya.


Anak dengan gangguan pembentukan antibodi akan mendapatkan terapi pengganti imunoglobulin intravena (biasanya dilakukan setiap tiga atau empat minggu). Namun, penanganan utama pada penderita imunodefisiensi adalah transplantasi sumsum tulang. 


Infeksi yang berulang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada tingkat yang berat, infeksi dapat mengancam nyawa penderita. Karenanya, deteksi serta penanganan sedini mungkin dapat menghindarkan anak dari dampak fatal akibat imunodefisiensi.


Anak dengan imunodefisiensi sering kali tidak bisa merespon vaksin yang diberikan. Sebagian vaksin yang diberikan dapat menimbulkan efek samping pada anak dengan imunodefisiensi tertentu. Sebaiknya konsultasikan ke dokter spesialis anak sebelum si kecil melakukan vaksinasi.