Kenal Lebih Dekat dengan Tension Type Headache

Selasa, 12 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Sakit kepala ada banyak macamnya. Salah satu tipe sakit kepala yang banyak ditemukan pada usia produktif adalah tension type headache atau sakit kepala tipe tegang

Kenal Lebih Dekat dengan Tension Type Headache

Salah satu tipe sakit kepala yang banyak ditemukan pada usia produktif adalah tension type headache atau sakit kepala tipe tegang.


Tension type headache (TTH) yang juga disebut dengan nama sakit kepala tipe tegang adalah jenis sakit kepala yang gejalanya khas, berupa sensasi tekanan dan ikatan kuat pada kedua sisi kepala. Perasaan seperti terikat itu terkadang bukan hanya muncul pada kepala, tapi juga pada otot-otot di sekitar kepala, seperti otot leher dan bahu.


Pada TTH, tidak muncul gejala kepala berdenyut dan perasaan mual. Meski demikian, terkadang penderita TTH juga mengalami gejala sensitif terhadap cahaya (fotofobia) dan sensitif terhadap suara (fonofobia).


Intensitas sakit kepala TTH berada pada level ringan sampai sedang, dan intensitasnya tidak bertambah meski penderitanya melakukan aktivitas fisik seperti naik-turun tangga dan sebagainya.


Tipe TTH dikategorikan sebagai berikut:


  • TTH Episodik: serangan sakit kepala yang terjadi kurang dari 15 kali dalam sebulan, setidaknya selama tiga bulan berturut-turut.


  • TTH Kronik: serangan sakit kepala lebih dari 15 kali dalam sebulan, setidaknya selama tiga bulan berturut-turut.


  • TTH Sewaktu: serangan sakit kepala sesekali tanpa sering berulang.


Baca juga: Agar Sakit Kepala Tak Terus Berulang


Siapa saja yang bisa menderita TTH? Menurut penelitian, TTH lebih banyak dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Meski bisa terjadi pada semua umur, mayoritas penderita TTH adalah mereka yang berusia produktif, kisaran 25 hingga 50 tahun.


Penderita TTH biasanya para eksekutif muda yang giat meniti karier, memiliki beban kerja melimpah, dan tenggat waktu kerja yang ketat setiap harinya.


Penyebab utama TTH adalah faktor psikis. Stres pekerjaan, kelelahan, dan masalah pribadi bisa memicu munculnya TTH. Itu sebabnya, jenis sakit kepala ini juga dikenal sebagai sakit kepala psikogenik.


Stres dan beban pikiran yang melanda seseorang bisa menstimulasi saraf perifer (saraf tepi) pada otak, yang memicu kontraksi pada otot-otot di area kepala dan menimbulkan nyeri. Maka itu, pada pemeriksaan, sering dijumpai ketegangan pada otot di sekitar kepala.


Jika tidak diatasi dengan baik, TTH sewaktu bisa berkembang menjadi TTH episodik, lalu meningkat lagi menjadi TTH kronik. Jika sudah kronik, TTH sangat bisa mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas seseorang, serta memicu munculnya keluhan nyeri pada titik-titik lain, seperti nyeri bahu, nyeri punggung, dan sebagainya. Kalau sudah begini, akan lebih sulit lagi mendeteksi asal muasal munculnya nyeri tersebut.


Serangan TTH kronik juga bisa membuat tubuh memproduksi hormon stres (hormon kortisol) secara terus-menerus. Jika dibiarkan berlarut-larut, tekanan darah bisa meningkat sehingga risiko pasien mengalami penyakit jantung juga ikut membesar.


Baca juga: Red Flag pada Sakit Kepala, Apa yang Perlu Diketahui?


Produksi hormon kortisol yang tinggi juga memicu pelepasan gula ke dalam darah, sehingga risiko diabetes tipe 2 pun meningkat.


Bila hanya sesekali muncul, gejala TTH bisa diredakan dengan bantuan pain killer, pijatan pada otot-otot sekitar kepala yang tegang, atau obat luar semacam essential oils misalnya. Tapi jika sering terjadi, penderita TTH perlu melakukan sesuatu untuk mengatasi penyebabnya, bukan sekadar meredakan gejala.


Menyeimbangkan ritme hidup, mengelola stres dengan baik, dan menerapkan pola hidup sehat, adalah langkah utama yang perlu dilakukan untuk mengatasi TTH. Sesibuk apa pun, sempatkan beristirahat, tidur, dan olahraga untuk melenturkan dan mengendurkan ketegangan otot.


Kuasai juga kemampuan mengelola stres. Seringkali, stres tidak dipicu oleh kesibukan, melainkan dari dalam pikiran kita sendiri. Ada orang yang sehari-harinya tidak sibuk, tapi bisa stres karena hal-hal kecil.


Jika kondisi tak kunjung membaik, jangan tunda lagi untuk berkonsultasi pada dokter. Semakin cepat ditangani, semakin besar pula kemungkinan TTH bisa diatasi hingga tuntas. Jika perlu, dokter juga bisa melakukan pemeriksaan secara menyeluruh untuk meninjau kemungkinan lain yang menyebabkan sakit kepala, seperti adanya infeksi atau kelainan fisiologis.


Dokter juga bisa memberikan penanganan tambahan jika dinilai perlu, seperti pemberian obat antidepresan, terapi akupunktur, dan fisioterapi.