Katakan Tidak untuk Dehidrasi pada Anak!

Rabu, 06 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Dehidrasi terjadi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan dibandingkan yang didapatkan

Katakan Tidak untuk Dehidrasi pada Anak!

Anak dan remaja lebih rentan mengalami dehidrasi daripada orang dewasa. Anak-anak memiliki metabolisme yang lebih tinggi dan permukaan tubuh yang lebih luas dibandingkan dengan orang dewasa.


Hal ini menyebabkan pergantian cairan dan zat terlarut terjadi lebih cepat. Suhu tubuh anak tidak dapat menyesuaikan dengan pergantian tersebut secara efisien dan anak tidak mudah merasa haus.


Selain itu, anak masih berada dalam proses tumbuh kembang yang membutuhkan cairan tubuh lebih banyak untuk membantu menjalankan fungsi sirkulasi darah, menaikkan berat badan, meningkatkan fungsi kognitif, dan memastikan tulang maupun gigi geligi tumbuh dengan baik.


Sebuah studi di Amerika melaporkan sebanyak 50 persen anak dan remaja tidak memperoleh cairan dalam jumlah yang cukup. Beberapa studi lain juga melaporkan bahwa, meskipun sudah mengalami dehidrasi, anak-anak dan remaja ini tidak akan meminum air dalam volume yang cukup untuk mengganti kehilangan air dalam tubuh mereka jika tidak diarahkan atau diawasi oleh orang tua.


Hal ini menyebabkan anak berisiko lebih tinggi mengalami dehidrasi dibandingkan dengan orang dewasa. Orang tua memegang peran penting untuk memastikan asupan cairan anak tercukupi setiap harinya sehingga anak terhidrasi dengan baik. 


Apa tanda-tanda anak mengalami dehidrasi? 

Tanda dehidrasi pada anak bervariasi dan bergantung juga pada usia. Tanda dehidrasi pada bayi berupa:


  • Lidah dan mulut kering
  • Popok kering lebih dari 3 jam
  • Menangis tanpa mengeluarkan air mata
  • Demam
  • Mata dan ubun-ubun cekung
  • Sulit dibangunkan atau tidak mau menyusu


Sementara tanda dehidrasi pada anak dan remaja, berupa:


  • Sakit kepala atau pusing
  • Merasa lelah dan lemas atau bahkan sulit dibangunkan
  • Jumlah urine berkurang dan warna urin kuning pekat 


Cara pertama dan utama untuk mencegah anak mengalami kekurangan cairan adalah dengan memastikan anak tersebut minum air sesuai dengan rekomendasi harian yang sudah ditetapkan, yaitu:


  • Bayi usia 0-6 bulan = 700 mililiter/hari
  • (bayi dengan ASI eksklusif tidak perlu minum air putih, cukup ASI saja)
  • Bayi usia 7-12 bulan = 800 mililiter/hari
  • Anak usia 1-3 tahun = 5 gelas /hari 
  • Anak usia 4-6 tahun = 6 gelas/hari
  • Anak usia 7-9 tahun = 8 gelas/hari
  • Anak usia 10-18 tahun = 8–10 gelas/hari
  • *1 gelas = 200-400 mililiter air 


Cara yang kedua adalah memastikan anak mengonsumsi lebih banyak air saat beraktivitas di luar rumah atau ketika berolahraga, saat cuaca panas atau lembap, ketika mengalami demam, muntah, ataupun diare.


Cara yang ketiga, yaitu memperhatikan tanda-tanda dehidrasi pada anak, misalnya menggunakan grafik warna urin untuk menilai status hidrasi anak seperti pada gambar berikut ini:


Gambar 1. Grafik warna urin


Ada beberapa trik yang dapat kita lakukan agar anak minum lebih banyak, yaitu:


  • Membiarkan anak memilih dan menggunakan gelas, botol, ataupun sedotan favoritnya untuk minum setiap hari
  • Letakkan gelas atau botol berisi air putih di tempat yang aman dan mudah dijangkau oleh anak
  • Jadilah role model atau contoh minum air yang baik untuk anak, misalnya selalu menghabiskan air dalam gelas minum dan membuat serta mematuhi jadwal minum air tersebut, seperti minum air putih setelah makan atau pada jam tertentu
  • Buatlah aktivitas minum air putih menjadi sebuah permainan yang menyenangkan
  • Selalu membawakan botol minuman ketika anak pergi keluar rumah 


Anak dan remaja membutuhkan cakupan air yang memadai. Apabila dehidrasi pada anak dibiarkan dalam jangka waktu lama, maka dapat menyebabkan anak mengalami infeksi saluran kemih, gagal ginjal, hingga kematian pada kasus kelainan cairan yang parah.


Jangan lupa konsultasikan ke dokter spesialis anak apabila Anda mengalami kesulitan ketika mengupayakan hidrasi yang baik bagi si kecil.