Jangan Terserang Sel Penjaga

Jumat, 08 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Sel plasma yang seharusnya memberi kekuatan pada tubuh untuk menangkal infeksi dapat berubah menjadi sel yang merugikan bagi tubuh

Jangan Terserang Sel Penjaga

Myeloma (Multiple Myeloma) mungkin terdengar asing. Dari keseluruhan kasus kanker yang ditemukan, hanya sekitar satu persen di antaranya yang merupakan kasus myeloma. Tetapi, meski terdengar asing, bukan berarti dapat melepas kewaspadaan darinya.


Myeloma adalah jenis kanker yang berasal dari sel plasma sel darah yang ada di tulang sumsum. Sel plasma ini memproduksi antibodi (immunoglobulins) yang sangat penting untuk melawan infeksi. Pada kasus myeloma, sel plasma menjadi ganas, berkembang tak terkontrol, dan memproduksi monoclonal immunoglobulins (M-protein). Kondisi ini akan mengganggu fungsi tulang sumsum dan ginjal, yang menyebabkan kerusakan pada tulang.


Sampai dengan saat ini, penyebab terjadinya myeloma masih menjadi misteri. Belum diketahui secara pasti faktor yang menyebabkan sel plasma menjadi ganas. Usia lanjut diperkirakan menjadi faktor tertinggi timbulnya penyakit ini.


Dari kasus-kasus yang terjadi, myeloma umumnya terjadi pada orang berusia di atas 50 tahun--meski ada pula yang terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Selain itu, gaya hidup tak sehat, seperti merokok, diet, dan mengonsumsi minuman beralkohol, diperkirakan dapat memicu timbulnya myeloma.


Satu hal yang dapat dipastikan adalah bahwa myeloma tidak menular. Penyakit ini pun cenderung kecil kemungkinan diturunkan secara genetis. Hanya 3-5 persen kasus myeloma yang diturunkan.


Gejala myeloma

Bukan hanya faktor penyebab, myeloma pun sulit dideteksi, terutama pada tahap awal. Tidak ada gejala khusus pada tahap awal myeloma (baik itu Monoclonal Gammopathy of Undetermined Sigificance/MGUS maupun Smoldering Myeloma), dan reaksi yang ditimbulkan di setiap individu pun berbeda-beda.


Pasien yang terdeteksi pada tahap ini biasanya terjadi secara tidak sengaja, seperti saat melakukan pengecekan darah.


Baru pada tahap selanjutnya, myeloma menunjukkan gejala tertentu. Gejala-gejala tersebut sebagai berikut:


  • Sakit tulang. Biasanya terjadi di tulang belakang dan rusuk.
  • Anemia. Dapat menyebabkan rasa lelah, pusing, dan napas tersengal.
  • Hypercalcemia. Tingginya kadar protein di dalam darah dapat memperlemah otot, meningkatkan rasa haus, mual, kehilangan selera makan, konstipasi, serta kebingunan.
  • Masalah ginjal. Kerusakan pada ginjal dapat mengurangi kemampuan tubuh dalam membuang kelebihan garam, cairan, dan kotoran, sehingga menyebabkan pembengkakakan pada bagian tungkai dan rasa lemas. 
  • Infeksi yang berulang. Penderita myeloma leibh rentan terkena infeksi dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk penyembuhan. Hal ini karena menurunnya sistem kekebalan tubuh. 


Pemeriksaan myeloma

Meski masih diselimuti berbagai hal yang menjadi misteri, bukan berarti myeloma tidak dapat terdeteksi. Saat ini, terdapat berbagai pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memastikan ada tidaknya myeloma.


  1. Tes darah. Meliputi pengecekan terhadap perhitungan volume darah, chemistry (terutama kandungan kalsium), fungsi organ (ginjal dan liver), jumlah protein, deteksi jenis antibodi (immunofixation), jumlah immunoglobulin (kelas antibodi), serta sFLC yang mampu mendektsi kelaiann sel yang tak terdeteksi pada tes lain.
  2. Tes urin. Pemeriksaan mikroskopik urin dan pemeriksaan urin rutin.
  3. Imaging study. Dilakukan dengan X-ray.
  4. Pemeriksaan patologi. Dengan melakukan biopsi tulang sumsum.
  5. Pemeriksaan umum. Meliputi pemeriksaan susunan kromosom dan pengujian terhadap gen yang abnormal.