Defisiensi Zat Besi pada Anak, Atasi dengan Asupan Gizi yang Optimal

Kamis, 07 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Zat besi memiliki peran penting di dalam tubuh. Jenis mineral ini dibutuhkan oleh tubuh untuk membentuk sel darah merah

Defisiensi Zat Besi pada Anak, Atasi dengan Asupan Gizi yang Optimal

Anemia tak hanya terjadi pada orang dewasa. Anemia juga bisa menyerang anak. Anemia merupakan suatu keadaan di mana nilai hemoglobin (Hb) kurang dari normal. Hb sangat penting bagi proses pertumbuhan anak oleh karena fungsinya dalam mengangkut oksigen yang juga memiliki banyak peran dalam proses metabolisme tubuh dan zat gizi.


Kekurangan oksigen dapat menghambat pertumbuhan dan juga fungsi kognitif anak. Akibatnya, kemampuan anak untuk menjalani proses belajar menjadi rendah.


Apa saja faktor penyebab anemia pada anak?

Penyebab anemia pada anak bersifat multifaktorial. Untuk banyak kasus, anemia terjadi karena defisiensi zat besi akibat intake yang tidak adekuat atau infeksi parasit seperti kecacingan.

Berikut faktor-faktor penyebab anak terjangkit anemia:


Asupan makanan yang tidak berkualitas

Kurangnya asupan makanan bergizi seringkali ditemukan pada anak yang picky eaters. Pengetahuan orangtua dalam menyiapkan makanan turut menjadi faktor penyebab seorang anak menderita anemia.


Aspek kebersihan

Pada usia anak yang sudah mulai bermain, aspek kebersihan menjadi salah satu sebab masuknya parasit yang menyebabkan anak terjangkit anemia.


Apa akibatnya bila anak terserang anemia?

Penyakit apapun pasti akan mengganggu kondisi pertumbuhan anak. Pada kasus anemia, nilai Hb akan menyebabkan kemampuan suplai oksigen ke orang-organ tubuh yang membutuhkan akan berkurang.


Padahal, tubuh sangat membutuhkan oksigen pada proses metabolisme zat gizi. Kegagalan metabolisme ini tentu akan memengaruhi pertumbuhan anak, karena untuk tumbuh tubuh membutuhkan energi dan zat gizi yang dihasilkan oleh metabolisme tersebut.


Ketika buah hati mengalami anemia, maka derajat defisiensi zat besi yang dialaminya sudah parah. Kondisi ini hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan menilai saturasi transferrin.


Untuk kasus anemia, deteksi bisa dilakukan dengan melihat konjungtiva anak atau pada kuku yang terlihat sangat pucat. Orangtua juga dapat memerhatikan aktivitas

sehari-hari anak yang tampak lesu dan tidak bergairah serta prestasi akademik yang menurun.


Kemampuan konsentrasi yang rendah (anak mudah mengantuk) juga bisa menjadi tanda anak menderita anemia.


Untuk mengetahui secara pasti, maka harus dilakukan pemeriksaan laboratorium agar diketahui penyebabnya. Dan jika anak sudah terlanjur menderita anemia, segera bawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang sesuai kausa (sebab yang menimbulkan suatu kejadian). Setiap kausa memiliki terapi yang berbeda-beda.


Berikan zat gizi yang tepat untuk anak

Untuk mencegah dan mengatasi anemia, orangtua harus memastikan bahwa anak telah diberikan asupan gizi yang adekuat dalam hal jumlah dan jenisnya. Berikan anak asupan bahan makanan yang kaya akan sumber zat besi, terutama yang berasal dari produk hewani karena jenis zat besi yang terkandung di dalamnya dapat langsung diserap oleh tubuh.


Selain itu, pastikan anak mendapatkan asupan vitamin C yang cukup agar proses absorpsi berjalan baik, serta hindari konsumsi teh, serat dan kalsium saat makan karena dapat menghambat penyerapan zat besi.


Makanan untuk mencukupi kebutuhan zat besi anak

  • Telur - Telur kaya akan zat besi dan vitamin B
  • Daging sapi - Dalam 100 gram daging sapi segar mengandung 2,8 mg zat besi
  • Ikan - Salah satu ikan yang kaya akan zat besi adalah ikan baronang yang mengandung 3,8 mg zat besi per 100 gram
  • Bayam - Sayuran yang kaya akan zat besi ini dapat mengurangi gejala anemia
  • Kismis - Kismis kaya akan zat besi sehingga sangat baik untuk dikonsumsi untuk mengatasi anemia