Cara Optimalkan Periode Tunggu Saat Jalani Bayi Tabung

Jumat, 15 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Two Weeks Waiting (TWW) atau periode tunggu setelah tindakan transfer embrio (dikenal pula dengan ET atau embryo transfer) merupakan salah satu periode yang paling mendebarkan bagi suami istri yang tengah menjalani program bayi tabung

Cara Optimalkan Periode Tunggu Saat Jalani Bayi Tabung

Two Weeks Waiting (TWW) atau periode tunggu setelah tindakan transfer embrio (dikenal pula dengan ET atau embryo transfer) merupakan salah satu periode yang paling mendebarkan bagi suami istri yang tengah menjalani program bayi tabung.


Yuk, simak do’s and don’ts’s pada periode ini supaya Anda dan pasangan lebih tenang.


Bukanlah rahasia bahwa siklus bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) dapat membebani, bukan hanya pada tubuh Anda yang menjalani program bayi tabung, melainkan juga kesejahteraan emosional dan mental.


Namun jangan khawatir. Pada periode tunggu, sebenarnya Anda tidak harus selalu istirahat di tempat tidur atau berbaring sepanjang waktu. Mempertahankan rutinitas normal juga penting untuk mengalihkan pikiran Anda dari waktu dua minggu yang pasti terasa sangat panjang. 


Bersikap santai dapat membantu mengatasi emosional yang naik turun yang mungkin kerap dialami. Sangat penting bagi Anda dan suami untuk meluangkan waktu beristirahat, bersantai, dan memulihkan diri.


Intinya, lakukan segala hal yang membuat Anda dan suami merasa santai selama menunggu hasil, sambil melakukan hal-hal yang membuat rileks dan berpikir positif. Positive thinking juga sangat penting. Dibarengi dengan mengurangi paparan informasi yang belum jelas kebenarannya, atau mengurangi akses media sosial, mungkin dapat membantu Anda dan suami lebih tenang.


Setelah transfer embrio, dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi Anda akan meresepkan obat-obatan penunjang untuk meningkatkan kemungkinan embrio untuk terimplantasi/menempel.


Lanjutkan pengobatan suportif seperti yang diinstruksikan oleh dokter. Sangat penting untuk mengikuti saran dokter dan tetap mengonsumsi obat apa pun yang direkomendasikan selama masa penantian dua minggu tersebut. Sebaiknya, hindari melewatkan dosis dan jangan memutuskan untuk menghentikan pengobatan sendiri.


Baca juga: Peran Inovasi Teknologi dalam Kesuksesan Program Bayi Tabung


Pilihan Asupan Makanan

Asupan makanan yang baik dengan gizi seimbang merupakan salah satu poin penting yang dapat menyukseskan implantasi embrio pada rahim. Jika semua berjalan sesuai rencana, di dalam tubuh Anda selama 9 bulan ke depan akan tumbuh bayi mungil yang membutuhkan nutrisi yang baik.


Ini saat yang tepat untuk merangkul kebiasaan makan sehat yang direkomendasikan untuk wanita hamil. Idealnya, calon ibu sebaiknya makan berbagai macam buah dan sayuran, serta makanan yang kaya kalsium, protein, vitamin B, dan zat besi.


Asam folat juga dapat dimasukkan ke menu harian Anda. Ada banyak manfaat mengonsumsi asam folat sebelum dan saat hamil. Ibu hamil membutuhkan sekitar 400 mcg per hari untuk mencegah neural tube defect.


Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa asam folat dapat mengurangi kemungkinan bayi mengalami celah bibir atau langit-langit, juga dikaitkan dengan risiko cacat jantung bawaan yang lebih rendah pada bayi.


Asupan asam folat dapat diperoleh dari bayam, asparagus, brokoli, alpukat, tomat, jeruk, lemon, buah bit, kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kacang polong, dan kacang walnut, daging unggas, hati sapi, daging merah, hati ayam, hidangan laut, dan telur.


Baca juga: Mitos Fakta Seputar Bayi Tabung


Amankah Berolahraga dan Berhubungan Intim dalam Periode ini?

Meski tidak terbukti secara ilmiah bahwa hubungan intim menjadi kontraindikasi pascatindakan transfer embrio atau dalam kehamilan, kontraksi rahim akibat orgasme bisa menjadi hal yang mengkhawatirkan.


Maka itu, aktivitas seksual yang terkait dengan penetrasi penis ke dalam vagina sebaiknya tidak dilakukan dulu.


Pasien program bayi tabung direkomendasikan untuk menjalani gaya hidup sehari-hari seperti biasa selama periode tunggu ini. Meskipun demikian, olahraga dengan intensitas tinggi seperti aerobik, atau berlari sebaiknya tidak dilakukan dulu hingga mendapatkan konfirmasi kehamilan klinis. Lebih baik, pilih olahraga dengan intensitas rendah seperti jalan kaki, yoga, dan meditasi dengan durasi 30 menit per hari. 


Hal yang pasti harus dihindari sama sekali selama periode tunggu ini adalah merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol. Setelah transfer embrio, rokok dan alkohol dapat memberikan efek yang sangat merugikan pada perkembangan calon bayi.


Baca juga: Intrauterine Insemination: Hasil Maksimal, Risiko Minimal


Waspada Gejala yang Mengganggu

Anda mungkin ingin mengawasi gejala-gejala tertentu yang dapat terjadi pada hari-hari setelah transfer embrio. Wanita yang mengonsumsi obat kesuburan dapat mengalami kondisi yang disebut sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS). Kondisi ini dapat terjadi ketika tubuh merespons secara dramatis terhadap hormon yang disuntikkan yang digunakan sebagai bagian dari proses IVF.


OHSS dapat menyebabkan gejala seperti: sakit perut, perut kembung, mual, muntah. Gejala ini bisa ringan, tetapi juga bisa memburuk dengan sangat cepat jika calon ibu memiliki kasus sindrom yang serius. Jadi, apabila Anda tiba-tiba merasakan sakit parah di perut, jangan menunggu terlalu lama. Segera hubungi dokter, maternity counsellor, atau klinik dan jelaskan gejala yang dialami.


Baca juga: Harapan Baru Memiliki Keturunan


Be Positive, and You’ll be Pregnant!

Rasa penasaran yang teramat sangat terkadang membuat godaan untuk langsung melakukan tes urin. Namun, cobalah menahan keinginan untuk segera melakukan tes kehamilan.


Diperlukan waktu hingga beberapa minggu sejak hari transfer sampai sel-sel plasenta mulai memproduksi cukup hormon yang dikenal sebagai human chorionic gonadotropin (hCG) untuk dapat terdeteksi dengan tes darah.


Kurangi melakukan hal-hal yang membuat Anda dan suami berpikiran yang tidak-tidak, terlebih hal yang belum pasti.


Sebuah nasihat penting mengenai apa yang tidak boleh dilakukan setelah transfer embrio adalah “jangan panik”. Ini tentu jauh lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Namun, mencoba untuk tetap rileks adalah hal terbaik.


Apakah embrio menempel atau tidak, benar-benar tergantung pada kualitas embrio dan seberapa reseptif rahim calon ibu. Oleh karena itu, tidak ada hal mendasar yang dapat Anda dan suami lakukan yang akan mempengaruhi hasil.


Ini penting untuk diingat, karena ketika sebuah siklus gagal, sangat mudah untuk menyalahkan diri sendiri karena melakukan atau tidak melakukan sesuatu setelah transfer embrio. Padahal, bisa saja penyebabnya adalah hal lainnya. Jadi, ingatkan diri untuk selalu berpikiran positif dan tetap tenang, ya.


Kunjungi RS Pondok Indah IVF Centre untuk konsultasi lebih lanjut dengan dokter spesialis kami.